Pertaruhan untuk Masa Depan Arab Saudi

Selasa, 07 November 2017 - 17:34 WIB
Pertaruhan untuk Masa...
Pertaruhan untuk Masa Depan Arab Saudi
A A A
RIYADH - Langkah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman,32, menahan anggota kerajaan, menteri, dan investor dalam kasus korupsi, tak hanya memperkuat pengaruhnya. Langkah tegas itu juga dilakukan untuk membangun masa depan Saudi.

Badan antikorupsi yang dipimpin Mohammed bin Salman itu tidak pandang status. Sebanyak 11 pangeran, empat menteri, dan puluhan mantan menteri telah ditahan atas tuduhan korupsi.

Salah satu yang ditahan adalah miliarder Pangeran Alwaleed bin Talal yang merupakan salah satu pebisnis paling tersohor di Saudi. Prince Alwaleed merupakan keponakan Raja Salman dan pemilik perusahaan investasi Kingdom Holding 4280.SE yang berinvestasi pada perusahaan seperti Citigroup dan Twitter.

Pembersihan terhadap elite politik dan bisnis Saudi juga menargetkan Kepala Garda Nasional Pangeran Miteb bin Abdullah yang ditahan dan digeser dari jabatannya sebagai Menteri Garda Nasional. Pangeran Miteb diganti Pangeran Khaled bin Ayyaf.

"Berbagai tuduhan terhadap Pangeran Alwaleed adalah pencucian uang, penyuapan, dan pemerasan terhadap pejabat," ungkap seorang pejabat Saudi pada kantor berita Reuters.

Adapun Pangeran Miteb dituduh melakukan penggelapan, menggaji pegawai fiktif, dan memberikan berbagai kontrak pada perusahaannya sendiri, termasuk kesepakatan senilai USD10 miliar untuk walkie talkie dan peralatan militer antipeluru senilai miliaran riyal Saudi.

Langkah cepat ini dilakukan Putra Mahkota Mohammed bin Salman setelah komite antikorupsi dibentuk Raja Salman dengan dekrit pada Sabtu (4/11). Komite itu memiliki wewenang melakukan investigasi kasus, mengeluarkan surat perintah penahanan, larangan perjalanan, dan penyitaan aset.

"Tanah air tidak akan ada hingga korupsi diberantas dan koruptor bertanggung jawab," kata dekrit Kerajaan Arab Saudi tersebut.

Beberapa pengamat menilai penangkapan ini merupakan langkah awal membersihkan tokoh-tokoh berpengaruh saat dia memperkuat pengaruh di Saudi. Langkah ini mengingatkan publik pada kudeta istana pada Juni lalu saat Mohammed bin Salman menggeser kakak sepupunya, Mohammed bin Nayef, sebagai pewaris takhta dan menteri dalam negeri.

Pemecatan Pangeran Miteb dari posisi pemimpin Garda Nasional pun telah diprediksi karena lembaga itu memiliki basis kuat pada suku-suku di Arab Saudi. Tahun lalu, Mohammed bin Salman juga telah menjadi pembuat keputusan puncak untuk kebijakan militer, luar negeri, ekonomi, dan sosial.

Sejumlah anggota dinasti Al Saud pun merasa frustrasi dengan melejitnya pengaruh Mohammed bin Salman. "Batas antara dana publik dan uang kerajaan tidak selalu jelas di Arab Saudi yang menerapkan sistem kerajaan, karena sebagian besar hukum tidak secara sistematis disusun dan tidak ada parlemen yang dipilih publik," ungkap laporan Reuters.

WikiLeaks juga merilis dokumen tentang bagaimana semua anggota kerajaan mendapat tunjangan bulanan yang besar serta skema sumber uang sebagian digunakan untuk mendanai gaya hidup mewah. Para pengamat mengatakan, penangkapan itu bertujuan lebih luas dibandingkan dengan hanya terkait korupsi.

Langkah itu, menurut pengamat, bertujuan membersihkan potensi oposisi terhadap agenda reformasi Pangeran Mohammed yang ambisius. Agenda reformasi itu populer di kalangan para pemuda Saudi, tapi mendapat penolakan dari beberapa tokoh lama yang lebih nyaman dengan tradisi lama kerajaan.

Beberapa langkah reformasi itu antara lain pada September lalu saat Raja Salman mencabut larangan perempuan mengemudi mobil. Adapun Pangeran Mohammed mencoba mengubah tradisi konservatif selama beberapa dekade dengan mempromosikan hiburan publik dan kunjungan oleh turis asing.

Putra Mahkota juga memangkas belanja negara untuk beberapa bidang dan berencana melakukan penjualan aset-aset negara, termasuk menjual sebagian saham perusahaan minyak Saudi Aramco di pasar global.

Pangeran Mohammed juga memimpin Saudi dalam perang dua tahun di Yaman untuk memerangi militan yang didukung Iran. Tidak hanya itu, Pangeran Mohammed menerapkan berbagai sanksi terhadap Qatar karena dituduh mendukung terorisme.

"Pangeran Mohammed bukannya membentuk aliansi, tapi memperluas genggaman besinya pada keluarga kerajaan, militer, dan Garda Nasional untuk menghadapi apa yang bisa menjadi oposisi dalam keluarga serta militer untuk reformasinya dan perang Yaman," ungkap James Dorsey dari AS.

Rajaratnam School of International Studies, Singapura. Meski demikian, kepentingan dinasti Al Saud tetap terlindungi. "Baik Raja Salman dan pewarisnya Mohammed bin Salman berkomitmen penuh pada mereka. Apa yang mereka inginkan ialah memodernisasi kekuasaan, tidak hanya untuk 2030, tapi lebih dari itu," kata pakar politik Joseph Kechichian.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7680 seconds (0.1#10.140)