Arab Saudi Ingin Mengekstraksi Uranium untuk Listrik dari Nuklir
A
A
A
RIYADH - Arab Saudi berencana untuk mengkestraksi uranium untuk menghasilkan listrik yang bersumber dari nuklir. Rencana ini sejalan dengan reformasi yang dicanangkan Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman yang akan mengurangi ketergantungan negaranya pada bahan bakar minyak.
Riyadh telah berbicara dengan vendor potensial dari Korea Selatan, China, Prancis, Rusia, Jepang dan Amerika Serikat (AS) untuk mendirikan dua reaktor nuklir pertamanya.
Hashim bin Abdullah Yamani, Kepala King Abdullah City for Atomic and Renewable Energy (Kacare), mengatakan bahwa satu-satunya tujuan dari proyek ini adalah menggunakan kekuatan atom untuk tujuan damai dan untuk mendiversifikasi pasokan energi Kerajaan Arab Saudi.
Rencana Saudi yang ingin mengekstraksi uranium itu disampaikan Hashim dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Abu Dhabi. ”Mengenai produksi uranium di kerajaan, ini adalah program yang merupakan langkah pertama kami menuju swasembada dalam memproduksi bahan bakar nuklir,” katanya pada Selasa (31/10/2017).
Menurutnya, ekstrak uranium juga akan memiliki manfaat ekonomi bagi Kerajaan Arab Saudi. Namun, dia tidak merinci apakah negaranya juga berencana untuk memperkaya dan memproses uranium.
Dia membenarkan bahwa Saudi telah berbicara dengan vendor potensial dari Korea Selatan, China, Prancis, Rusia, Jepang dan AS untuk mendirikan dua reaktor nuklir pertama. Hashim seperti dikutip Reuters, Rabu (1/11/2017), menambahkan bahwa kontrak untuk pembangunan dua reaktor nuklir tersebut diperkirakan akan selesai pada akhir 2018.
Arab Saudi, lanjut dia, akan segera mengeluarkan undang-undang untuk program nuklir agar negaranya memiliki semua peraturan yang berlaku pada kuartal ketiga tahun 2018.
”IAEA juga telah diminta untuk melakukan tinjauan terpadu terhadap infrastruktur nuklir kami pada kuartal kedua tahun 2018,” ujarnya.”Proses tersebut akan memungkinkan regulator global untuk menilai usaha untuk mempersiapkan infrastruktur Saudi guna pengenalan tenaga nuklir untuk tujuan damai.”
Negara Teluk kaya minyak ini bertujuan untuk menghasilkan listrik 17,6 gigawatt dari nuklir pada tahun 2032. Jumlah pasokan listrik sebanyak itu bisa dihasilkan dari sekitar 17 reaktor.
Studi awal menunjukkan bahwa Arab Saudi memiliki sekitar 60.000 ton bijih uranium. Data ini diungkap Maher al Odan, kepala perwira energi atom Kacare yang dikutip Reuters dalam sebuah forum listrik di Riyadh, 11 Oktober lalu.
Riyadh telah berbicara dengan vendor potensial dari Korea Selatan, China, Prancis, Rusia, Jepang dan Amerika Serikat (AS) untuk mendirikan dua reaktor nuklir pertamanya.
Hashim bin Abdullah Yamani, Kepala King Abdullah City for Atomic and Renewable Energy (Kacare), mengatakan bahwa satu-satunya tujuan dari proyek ini adalah menggunakan kekuatan atom untuk tujuan damai dan untuk mendiversifikasi pasokan energi Kerajaan Arab Saudi.
Rencana Saudi yang ingin mengekstraksi uranium itu disampaikan Hashim dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Abu Dhabi. ”Mengenai produksi uranium di kerajaan, ini adalah program yang merupakan langkah pertama kami menuju swasembada dalam memproduksi bahan bakar nuklir,” katanya pada Selasa (31/10/2017).
Menurutnya, ekstrak uranium juga akan memiliki manfaat ekonomi bagi Kerajaan Arab Saudi. Namun, dia tidak merinci apakah negaranya juga berencana untuk memperkaya dan memproses uranium.
Dia membenarkan bahwa Saudi telah berbicara dengan vendor potensial dari Korea Selatan, China, Prancis, Rusia, Jepang dan AS untuk mendirikan dua reaktor nuklir pertama. Hashim seperti dikutip Reuters, Rabu (1/11/2017), menambahkan bahwa kontrak untuk pembangunan dua reaktor nuklir tersebut diperkirakan akan selesai pada akhir 2018.
Arab Saudi, lanjut dia, akan segera mengeluarkan undang-undang untuk program nuklir agar negaranya memiliki semua peraturan yang berlaku pada kuartal ketiga tahun 2018.
”IAEA juga telah diminta untuk melakukan tinjauan terpadu terhadap infrastruktur nuklir kami pada kuartal kedua tahun 2018,” ujarnya.”Proses tersebut akan memungkinkan regulator global untuk menilai usaha untuk mempersiapkan infrastruktur Saudi guna pengenalan tenaga nuklir untuk tujuan damai.”
Negara Teluk kaya minyak ini bertujuan untuk menghasilkan listrik 17,6 gigawatt dari nuklir pada tahun 2032. Jumlah pasokan listrik sebanyak itu bisa dihasilkan dari sekitar 17 reaktor.
Studi awal menunjukkan bahwa Arab Saudi memiliki sekitar 60.000 ton bijih uranium. Data ini diungkap Maher al Odan, kepala perwira energi atom Kacare yang dikutip Reuters dalam sebuah forum listrik di Riyadh, 11 Oktober lalu.
(mas)