Mohammad bin Salman bin Abdulaziz Al Saud, Bintang Baru Arab Saudi
A
A
A
DIA lah orang di balik kebijakan diperbolehkannya perempuan Arab Saudi menyetir mobil. Dia juga yang berkontribusi atas rencana dibukanya kembali bioskop di negara monarki itu.
Dengan status sebagai putra mahkota, Mohammad bin Salman bin Abdulaziz Al Saud akan menjadi the next big thing di negara Islam tersebut. Sejak diangkat menjadi putra mahkota Kerajaan Arab Saudi (KSA) pada Juni lalu, Mohammad bin Salman (dikenal dengan singkatan MBS) memang banyak melakukan gebrakan. Dalam usia terbilang muda, berusia 32 tahun pada 31 Agustus lalu, dia menyuarakan kebijakan yang cukup kontroversial di sana. Inti kebijakannya adalah pada wajah KSA yang lebih moderat dan terbuka pada perubahan, dari sisi sosial hingga ekonomi.
MBS memang memiliki kekuatan besar untuk mengubah wajah negaranya itu. Alasan utamanya karena dia mengisi banyak posisi, mulai Wakil Perdana Menteri Pertama Arab Saudi, Menteri Pertahanan (termuda di dunia), hingga Presiden Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan. Tidak mengherankan, banyak pengamat mengatakan, MBS adalah orang yang paling memengaruhi kebijakan yang diambil ayahnya, Raja Salman. Dialah penguasa de facto KSA. MBS memang pandai memanfaatkan kesempatan. Meski kurang berpengalaman, dia dikenal cerdas.
MBS seolah ingin membuktikan bahwa dia memiliki kemampuan setara dengan sepupunya, Mohammed bin Nayef, putra mahkota sebelumnya yang dicopot jabatannya dan digantikan MBS. MBS yang dikenal dengan sebutan Tuan Segalanya ini adalah putra kesayangan Raja Salman. Dia adalah anak dari istri ketiga sang raja, Fahda bint Falah bin Sultan bin Hathleen al-Ajmi.
Lulusan jurusan hukum di Al Saud University ini memulai karier politiknya sebagai gubernur Riyadh, lalu pada 2009 mulai menjadi penasihat khusus ayahnya. Dia menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi pada 2012 dengan pangkat menteri. Ketika ayahnya menjadi raja, MBS diangkat menjadi menteri pertahanan hingga saat ini.
Dikutip BBC, MBS sangat populer dan didukung kaum muda Arab Saudi yang kini menjadi mayoritas di negara tersebut. Dia dikenal bekerja 16 jam sehari, sangat energik, tekun, dan ambisius. Dengan kondisi kesehatan Raja Salman yang semakin buruk, MBS sering mewakili ayahnya pada kunjungan kenegaraan.
Dia telah berkunjung ke Beijing, Moskow, dan Washington. Dia bertemu Presiden Donald Trump pada Maret lalu dan bertemu Presiden Vladimir Putin saat ke Moskow. Dikutip The Guardian, pada April tahun lalu, MBS memperkenalkan Vision 2030, yakni sebuah rencana merombak ekonomi Saudi, mengakhiri ketergantungan pada minyak dan merangkul potensi kelompok muda, juga melakukan penghematan.
Dia juga membuat sejumlah kebijakan fenomenal yang langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat, seperti rencana membuka bioskop, mengizinkan konser bagi kaum laki-laki, dan memperbolehkan perempuan menyetir mobil.
Sebagai bagian dari Vision 2030, dia juga ingin agar perempuan menjadi mitra sejajar bagi kaum pria dalam membangun negaranya. Salah satu bukti misinya ini adalah dengan pengangkatan Fatimah Baashen, perempuan pertama di Arab Saudi yang menjadi juru bicara resmi Kedutaan Arab Saudi dan ditempatkan di Washington DC, Amerika Serikat.
Kaum hawa kini juga bisa menjadi anggota dewan syuro yang membuat dan menentukan kebijakan. Pada April lalu, KSA juga mengembalikan bonus dan tunjangan yang telah dipangkas sebelumnya. Kehadirannya juga menjadi buah bibir saat memutuskan menambah hari libur untuk Idul Fitri selama seminggu.
Sementara itu, dalam wawancaranya dengan radio Sputnik beberapa bulan lalu, pengamat masalah ketimuran, Yuri Zinin, mengatakan, MBS membuat karier yang mengesankan dan melesat cepat. Menurut Zinin, cepat atau lambat sang pangeran akan menerima status yang lebih tinggi dalam hierarki negara.
Dengan status sebagai putra mahkota, Mohammad bin Salman bin Abdulaziz Al Saud akan menjadi the next big thing di negara Islam tersebut. Sejak diangkat menjadi putra mahkota Kerajaan Arab Saudi (KSA) pada Juni lalu, Mohammad bin Salman (dikenal dengan singkatan MBS) memang banyak melakukan gebrakan. Dalam usia terbilang muda, berusia 32 tahun pada 31 Agustus lalu, dia menyuarakan kebijakan yang cukup kontroversial di sana. Inti kebijakannya adalah pada wajah KSA yang lebih moderat dan terbuka pada perubahan, dari sisi sosial hingga ekonomi.
MBS memang memiliki kekuatan besar untuk mengubah wajah negaranya itu. Alasan utamanya karena dia mengisi banyak posisi, mulai Wakil Perdana Menteri Pertama Arab Saudi, Menteri Pertahanan (termuda di dunia), hingga Presiden Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan. Tidak mengherankan, banyak pengamat mengatakan, MBS adalah orang yang paling memengaruhi kebijakan yang diambil ayahnya, Raja Salman. Dialah penguasa de facto KSA. MBS memang pandai memanfaatkan kesempatan. Meski kurang berpengalaman, dia dikenal cerdas.
MBS seolah ingin membuktikan bahwa dia memiliki kemampuan setara dengan sepupunya, Mohammed bin Nayef, putra mahkota sebelumnya yang dicopot jabatannya dan digantikan MBS. MBS yang dikenal dengan sebutan Tuan Segalanya ini adalah putra kesayangan Raja Salman. Dia adalah anak dari istri ketiga sang raja, Fahda bint Falah bin Sultan bin Hathleen al-Ajmi.
Lulusan jurusan hukum di Al Saud University ini memulai karier politiknya sebagai gubernur Riyadh, lalu pada 2009 mulai menjadi penasihat khusus ayahnya. Dia menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi pada 2012 dengan pangkat menteri. Ketika ayahnya menjadi raja, MBS diangkat menjadi menteri pertahanan hingga saat ini.
Dikutip BBC, MBS sangat populer dan didukung kaum muda Arab Saudi yang kini menjadi mayoritas di negara tersebut. Dia dikenal bekerja 16 jam sehari, sangat energik, tekun, dan ambisius. Dengan kondisi kesehatan Raja Salman yang semakin buruk, MBS sering mewakili ayahnya pada kunjungan kenegaraan.
Dia telah berkunjung ke Beijing, Moskow, dan Washington. Dia bertemu Presiden Donald Trump pada Maret lalu dan bertemu Presiden Vladimir Putin saat ke Moskow. Dikutip The Guardian, pada April tahun lalu, MBS memperkenalkan Vision 2030, yakni sebuah rencana merombak ekonomi Saudi, mengakhiri ketergantungan pada minyak dan merangkul potensi kelompok muda, juga melakukan penghematan.
Dia juga membuat sejumlah kebijakan fenomenal yang langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat, seperti rencana membuka bioskop, mengizinkan konser bagi kaum laki-laki, dan memperbolehkan perempuan menyetir mobil.
Sebagai bagian dari Vision 2030, dia juga ingin agar perempuan menjadi mitra sejajar bagi kaum pria dalam membangun negaranya. Salah satu bukti misinya ini adalah dengan pengangkatan Fatimah Baashen, perempuan pertama di Arab Saudi yang menjadi juru bicara resmi Kedutaan Arab Saudi dan ditempatkan di Washington DC, Amerika Serikat.
Kaum hawa kini juga bisa menjadi anggota dewan syuro yang membuat dan menentukan kebijakan. Pada April lalu, KSA juga mengembalikan bonus dan tunjangan yang telah dipangkas sebelumnya. Kehadirannya juga menjadi buah bibir saat memutuskan menambah hari libur untuk Idul Fitri selama seminggu.
Sementara itu, dalam wawancaranya dengan radio Sputnik beberapa bulan lalu, pengamat masalah ketimuran, Yuri Zinin, mengatakan, MBS membuat karier yang mengesankan dan melesat cepat. Menurut Zinin, cepat atau lambat sang pangeran akan menerima status yang lebih tinggi dalam hierarki negara.
(amm)