NATO: Aksi Militer terhadap Korut Miliki Konsekuensi Menghancurkan
A
A
A
BRUSSELS - Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg memperingatkan bahwa aksi militer terhadap Korea Utara (Korut) akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan. Peringatan ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa upaya diplomatik telah gagal.
Ancaman aksi militer Trump terus berlanjut terhadap Pyongyang untuk menjinakkan ambisi rezim Kim Jong-un untuk menjadi kekuatan nuklir. Ancaman Washington ini akan dimulai dengan latihan gabungan militer besar-besaran antara AS dan Korea Selatan mulai pekan depan.
Stoltenberg, yang akan mengunjungi Korea Selatan dan Jepang dalam beberapa pekan mendatang sebagai pertanda dukungan, menekankan bahwa Washington memiliki hak untuk membela diri dan sekutunya. Namun, dia tetap meminta upaya diplomatik yang lebih besar.
”Penggunaan kekuatan militer akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan, saya pikir tidak ada yang benar-benar menginginkan hal itu, oleh karena itu kita perlu terus mendorong solusi yang dinegosiasikan,” kata Stoltenberg dalam sebuah wawancara di markas besar NATO di Brussels.
”AS memiliki hak untuk membela diri, untuk mempertahankan sekutu-sekutunya, namun pada saat bersamaan saya yakin tidak ada yang menginginkan solusi militer, jadi kami masih melihat upaya bersama untuk mencoba meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara,” lanjut dia, seperti dikutip AFP, Sabtu (14/10/2017).
Latihan gabungan Angkatan Laut Washington dan Seoul pada minggu depan akan berlangsung di Laut Jepang dan Laut Kuning.
Kapal induk bertenaga nuklir AS, USS Ronald Reagan beserta armada tempurnya akan bermanuver dengan kapal-kapal Angkatan Laut Korea Selatan. Latihan ini sebagai unjuk kekuatan terhadap Korea Utara yang berpotensi membuat rezim Kim Jong-un marah.
Awal pekan ini dua pesawat pembom supersonik AS, B-1B bersama beberapa jet tempur telah melakukan penerbangan malam hari di atas semenanjung Korea.
Ancaman aksi militer Trump terus berlanjut terhadap Pyongyang untuk menjinakkan ambisi rezim Kim Jong-un untuk menjadi kekuatan nuklir. Ancaman Washington ini akan dimulai dengan latihan gabungan militer besar-besaran antara AS dan Korea Selatan mulai pekan depan.
Stoltenberg, yang akan mengunjungi Korea Selatan dan Jepang dalam beberapa pekan mendatang sebagai pertanda dukungan, menekankan bahwa Washington memiliki hak untuk membela diri dan sekutunya. Namun, dia tetap meminta upaya diplomatik yang lebih besar.
”Penggunaan kekuatan militer akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan, saya pikir tidak ada yang benar-benar menginginkan hal itu, oleh karena itu kita perlu terus mendorong solusi yang dinegosiasikan,” kata Stoltenberg dalam sebuah wawancara di markas besar NATO di Brussels.
”AS memiliki hak untuk membela diri, untuk mempertahankan sekutu-sekutunya, namun pada saat bersamaan saya yakin tidak ada yang menginginkan solusi militer, jadi kami masih melihat upaya bersama untuk mencoba meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara,” lanjut dia, seperti dikutip AFP, Sabtu (14/10/2017).
Latihan gabungan Angkatan Laut Washington dan Seoul pada minggu depan akan berlangsung di Laut Jepang dan Laut Kuning.
Kapal induk bertenaga nuklir AS, USS Ronald Reagan beserta armada tempurnya akan bermanuver dengan kapal-kapal Angkatan Laut Korea Selatan. Latihan ini sebagai unjuk kekuatan terhadap Korea Utara yang berpotensi membuat rezim Kim Jong-un marah.
Awal pekan ini dua pesawat pembom supersonik AS, B-1B bersama beberapa jet tempur telah melakukan penerbangan malam hari di atas semenanjung Korea.
(mas)