UEA Berencana Serang Qatar dengan Tentara Bayaran
A
A
A
DOHA - Mantan wakil perdana menteri Qatar telah menuduh Uni Emirat Arab (UEA) merencanakan untuk menyerang Doha dengan tentara bayaran. Tuduhan itu dilayangkan Abdullah bin Hamad al-Attiyah dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh kantor beritan ABC Spanyol.
UEA, Arab Saudi, Bahrain dan Mesir memulai sebuah blokade di Qatar pada bulan Juni. Keempat negara itu menuduh Qatar mendukung ekstremisme dan terlalu dekat dengan Iran. Tuduhan yang telah ditolak Doha.
Blok tersebut telah menutup hubungan udara, maritim dan darat dengan Qatar, serta memberlakukan sanksi ekonomi.
Attiyah mengatakan bahwa UEA menyewa kontraktor keamanan pribadi yang mempunyai hubungan dengan Blackwater untuk melatih ribuan tentara bayaran guna menyerang Qatar. Tujuannya adalah untuk menggulingkan emir dan menggantinya dengan seorang penguasa yang tunduk pada blok yang dipimpin Saudi yang memboikot negara kaya gas tersebut.
"Rencana yang dipersiapkan menjelang krisis diplomatik itu tidak pernah dilakukan karena Presiden AS Donald Trump tidak memberi lampu hijau pada serangan tersebut," menurut mantan pejabat senior tersebut seperti dikutip dari Al Araby, Sabtu (14/10/2017).
Sumber resmi yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada harian tersebut bahwa tentara yang disewa dilatih di pangkalan militer Emirat di Liwa di barat negara tersebut oleh ACADEMI - sebuah perusahaan dinas keamanan AS yang sebelumnya dikenal dengan nama Blackwater.
"Kami memperkirakan bahwa Blackwater melatih sekitar 15.000 karyawan, kebanyakan dari mereka adalah orang Kolombia dan Amerika Selatan," kata sumber tersebut.
Kontraktor militer Blackwater membunuh 17 warga sipil Irak yang tidak bersenjata dan melukai 20 orang dalam sebuah pembantaian 2007 yang terkenal di Baghdad yang memaksa perusahaan tersebut untuk mengganti namanya.
Laporan pertama kali muncul pada tahun 2015 bahwa UEA mengirim tentara bayaran untuk berperang di Yaman, memilih untuk tidak mengirim warganya sendiri ambil bagian perang melawan pemberontak Houthi.
Negara tersebut telah dituduh memindahkan penjara-penjara rahasia di Yaman di mana penyiksaan dikatakan digunakan secara luas terhadap para tahanan.
"UEA tidak hanya menggunakan kontraktor keamanan swasta untuk mendukung kemampuan pertahanan diri mereka sendiri, tetapi telah menggunakannya untuk terlibat dalam perang asing dan, berpotensi menjadi penindas dalam negeri," kata pakar keamanan David Isenberg.
Menurut sebuah email baru-baru ini yang konon dikirim oleh duta besar Emirat ke AS, Yousef al-Otaiba, Arab Saudi mendekati "menaklukkan" Qatar sebelum dimulainya blokade tersebut.
Sumber yang dekat dengan Trump mengatakan pada bulan September bahwa blok pimpinan Saudi mempertimbangkan untuk melakukan tindakan militer melawan Qatar pada awal krisis sebelum Presiden AS mendesak untuk tenang.
Emir Kuwait, yang telah memimpin upaya untuk menengahi sebuah krisis diplomatik, mengatakan bahwa dia menghentikan blok tersebut untuk mengambil tindakan militer melawan Qatar.
UEA, Arab Saudi, Bahrain dan Mesir memulai sebuah blokade di Qatar pada bulan Juni. Keempat negara itu menuduh Qatar mendukung ekstremisme dan terlalu dekat dengan Iran. Tuduhan yang telah ditolak Doha.
Blok tersebut telah menutup hubungan udara, maritim dan darat dengan Qatar, serta memberlakukan sanksi ekonomi.
Attiyah mengatakan bahwa UEA menyewa kontraktor keamanan pribadi yang mempunyai hubungan dengan Blackwater untuk melatih ribuan tentara bayaran guna menyerang Qatar. Tujuannya adalah untuk menggulingkan emir dan menggantinya dengan seorang penguasa yang tunduk pada blok yang dipimpin Saudi yang memboikot negara kaya gas tersebut.
"Rencana yang dipersiapkan menjelang krisis diplomatik itu tidak pernah dilakukan karena Presiden AS Donald Trump tidak memberi lampu hijau pada serangan tersebut," menurut mantan pejabat senior tersebut seperti dikutip dari Al Araby, Sabtu (14/10/2017).
Sumber resmi yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada harian tersebut bahwa tentara yang disewa dilatih di pangkalan militer Emirat di Liwa di barat negara tersebut oleh ACADEMI - sebuah perusahaan dinas keamanan AS yang sebelumnya dikenal dengan nama Blackwater.
"Kami memperkirakan bahwa Blackwater melatih sekitar 15.000 karyawan, kebanyakan dari mereka adalah orang Kolombia dan Amerika Selatan," kata sumber tersebut.
Kontraktor militer Blackwater membunuh 17 warga sipil Irak yang tidak bersenjata dan melukai 20 orang dalam sebuah pembantaian 2007 yang terkenal di Baghdad yang memaksa perusahaan tersebut untuk mengganti namanya.
Laporan pertama kali muncul pada tahun 2015 bahwa UEA mengirim tentara bayaran untuk berperang di Yaman, memilih untuk tidak mengirim warganya sendiri ambil bagian perang melawan pemberontak Houthi.
Negara tersebut telah dituduh memindahkan penjara-penjara rahasia di Yaman di mana penyiksaan dikatakan digunakan secara luas terhadap para tahanan.
"UEA tidak hanya menggunakan kontraktor keamanan swasta untuk mendukung kemampuan pertahanan diri mereka sendiri, tetapi telah menggunakannya untuk terlibat dalam perang asing dan, berpotensi menjadi penindas dalam negeri," kata pakar keamanan David Isenberg.
Menurut sebuah email baru-baru ini yang konon dikirim oleh duta besar Emirat ke AS, Yousef al-Otaiba, Arab Saudi mendekati "menaklukkan" Qatar sebelum dimulainya blokade tersebut.
Sumber yang dekat dengan Trump mengatakan pada bulan September bahwa blok pimpinan Saudi mempertimbangkan untuk melakukan tindakan militer melawan Qatar pada awal krisis sebelum Presiden AS mendesak untuk tenang.
Emir Kuwait, yang telah memimpin upaya untuk menengahi sebuah krisis diplomatik, mengatakan bahwa dia menghentikan blok tersebut untuk mengambil tindakan militer melawan Qatar.
(ian)