Diserang Hacker, Data Jet Tempur Siluman F-35 Australia Dicuri

Kamis, 12 Oktober 2017 - 13:47 WIB
Diserang Hacker, Data Jet Tempur Siluman F-35 Australia Dicuri
Diserang Hacker, Data Jet Tempur Siluman F-35 Australia Dicuri
A A A
SYDNEY - Data sensitif tentang pesawat jet tempur siluman F-35 Australia dan program pesawat mata-mata P-8 dicuri saat subkontraktor pertahanan di-hack. Para pejabat setempat mengatakan, para hacker melakukan serangan siber dengan alat yang digunakan oleh penjahat siber China.

Serangan siber ini terjadi bulan Juli tahun lalu, namun badan keamanan siber nasional, Australian Signals Directorate (ASD), baru menyadari pelanggaran tersebut pada bulan November lalu. Pencurian data sensitif tentang pesawat jet tempur F-35 ini dipublikasikan ZDNet Australia.

Pejabat ASD, Mitchell Clarke, mengatakan sekitar 30GB ”data sensitif” dicuri. Clarke, yang menangani kasus ini tidak menyebutkan nama subkontraktor yang sistem komputernya diretas.

Menurutnya, data-data yang dicuri antara lain informasi tentang F-35—jet tempur generasi terbaru Amerika Serikat (AS), pesawat mata-mata P8, kapal selam dan kapal selam mata-mata canggih.

Para peretas, kata Clarke, menggunakan alat yang disebut ”China Chopper” yang menurut pakar keamanan banyak digunakan oleh para penjahat siber China.

Menteri Pertahanan dan Perindustrian Christopher Pyne mengatakan kepada wartawan di Adelaide bahwa informasi yang diretas bersifat komersial.

”Itu tidak diklasifikasikan dan tidak berbahaya dalam hal militer,” katanya, seperti dikutip AFP, Kamis (12/10/2017).

Pyne menambahkan bahwa Australia semakin menjadi sasaran penjahat siber karena sedang menjalankan proyek kapal selam senilai USD39 miliar yang dia sebut sebagai yang proyek kapal selam terbesar di dunia.

Negara ini juga berkomitmen untuk membeli 72 pesawat F-35A seharga AUSD17 miliar.

Dia tidak berkomentar siapa yang diduga berada di balik pelanggaran tersebut. Dia hanya menyatakan bahwa pemerintah menghabiskan miliaran dolar untuk keamanan siber.

Pemerintah Barat telah lama menuduh para hacker di China “merampok” rahasia industri, perusahaan dan militer mereka.

Bocoran informasi tentang peretasan ini muncul hanya beberapa hari setelah Asisten Menteri Keamanan Siber Dan Tehan mengatakan ada 47.000 insiden siber dalam 12 bulan terakhir, meningkat 15 persen dari tahun sebelumnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7593 seconds (0.1#10.140)