Pembantai Massal di Las Vegas Sewa Pekerja Seks sebelum Beraksi

Minggu, 08 Oktober 2017 - 01:46 WIB
Pembantai Massal di...
Pembantai Massal di Las Vegas Sewa Pekerja Seks sebelum Beraksi
A A A
LAS VEGAS - Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan, investigator percaya bahwa Stephen Paddock, 64, menyewa pekerja seks komersial (PSK) beberap hari sebelum melakukan pembantaian massal di Las Vegas. Dia melakukan penembakan brutal yang menewaskan 58 orang sebelum akhirnya bunuh diri.

Investigator telah menginterogasi para “wanita panggilan” untuk mencari petunjukan terkait motif pembantaian massal yang dilakukan Paddock.

Pelaku yang terkenal sebagai penjudi ini beraksi di lantai 32 Mandalay Bay Resort and Casino di Las Vegas. Dia memecahkan jendela kamar hotel dan mengumbar tembakan ke kerumunan penonton konser musik yang berada di dekat hotel tersebut.

Pejabat tersebut mengatakan bahwa dia telah mengonfirmasi seorang PSK perempuan yang bertemu Paddock beberapa hari sebelum penembakan massal pada hari Minggu malam pekan lalu.

Pejabat yang diberi pengarahan oleh petugas penegak hukum federal itu tidak diberi wewenang untuk membahas masalah ini secara terbuka, namun dia berbicara dengan The Associated Press dengan syarat tidak disebut namanya.

Pejabat tersebut juga mengatakan bahwa Paddock telah mengoleksi setidaknya selusin kapal pesiar dari AS dalam beberapa tahun terakhir. Dia mengoleksi kapal-kapal pesiar itu dengan kekasihnya, Marilou Danley, warga kelahiran Filipina.

Satu kapal pernah dia gunakan untuk berlayar ke Timur Tengah. Sejauh ini, pemeriksaan mencakup latar belakang politik dan keuangan Paddock. Kemungkinan soal radikalisasi dan perilaku sosialnya juga sedang diselidiki.

”Kami masih belum memiliki motif atau alasan yang jelas mengapa (pembantaian massal dilakukan),” kata pejabat Undersheriff Clark County Kevin McMahill, yang dikutip Minggu (8/10/2017). ”Kami telah melihat segalanya secara harfiah.”

FBI mengumumkan bahwa orang-orang yang memiliki informasi tentang Paddock bisa menghubungi FBI. ”Jika Anda tahu sesuatu, katakan sesuatu,” kata Aaron Rouse, agen FBI yang bertanggung jawab atas kantor di Las Vegas. ”Kami tidak akan berhenti sampai kami memiliki kebenaran.”

Meski penembakan massal sudah hampir seminggu, FBI dan polisi masih belum menemukan motif Paddock beraksi. Selain menewaskan 58 orang, penembakan massal itu juga melukai lebih dari 500 orang lainnya.

Dalam kasus pembunuhan massal sebelumnya atau pun serangan teroris, pembunuh meninggalkan catatan dan informasi di media sosial dan komputer.

”Kurangnya jejak media sosial kemungkinan disengaja,” kata Erroll Southers, Direktur Studi tentang Ekstremisme di University of Southern California.

”Kami sangat terbiasa, dalam 24 sampai 48 jam pertama, bisa meninjau posting media sosial. Jika mereka tidak meninggalkan catatan atau manifesto di balik aksinya, kita tidak melihat itu, itulah yang membuat kasus ini lebih lama.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9829 seconds (0.1#10.140)