Pembantaian Paddock di Las Vegas, 22 Senjata dan 10.000 Peluru

Rabu, 04 Oktober 2017 - 00:15 WIB
Pembantaian Paddock...
Pembantaian Paddock di Las Vegas, 22 Senjata dan 10.000 Peluru
A A A
LAS VEGAS - Pada suatu waktu di hari Kamis, 29 September 2017, seorang pensiunan akuntan bernama Stephen Paddock, 64, check in ke kamar 32135 di Mandalay Bay Resort and Casino, Las Vegas, Amerika Serikat (AS).

Kedatangannya tidak akan mengejutkan siapa pun. Paddock merupakan penjudi dengan nilai taruhan tinggi yang baru-baru ini mengklaim mendapat “rezeki nomplok” USD250.000 (sekitar Rp3,3 miliar) dan menjadi penonton konser reguler.

Paddock memesan sebuah kamar double yang menghadap ke panggung utama untuk festival Route 91 Harvest, sebuah festival musik selama tiga hari yang dimulai pada Jumat, 30 September 2017. Lokasi festival musik country ini berada di Las Vegas Boulevard 450, tepat di seberang resort tempat Paddock check-in. Jaraknya hanya beberapa meter.

Selama empat hari berikutnya, menurut polisi AS, dia membawa lebih dari 10 koper ke kamar resort yang berisi 22 senjata api, termasuk dua di tripod yang kemudian diubah menjadi senapan otomatis. Di mobilnya, yang diparkir oleh petugas valet hotel, dia memiliki beberapa kilogram ammonium nitrat, pupuk yang digunakan untuk membuat bahan peledak.

Rumah Paddock berada di Mesquite, yang bisa ditempuh satu jam dengan kendaraan dari Las Vegas. Di rumah itu, Paddock selama ini tinggal dengan kekasihnya, Marilou Danley, warga Australia-Filipina, berusia 62 tahun, yang sempat dikabarkan sebagai warga keturunan Indonesia. Di rumah itu pula, Paddock memiliki 19 senjata lagi, beberapa ribu peluru dan bahan peledak lainnya.

Semua diperoleh secara legal. Beberapa di antaranya diperoleh setelah dilakukan pemeriksaan latar belakang.

Sekitar pukul 22.08 malam, hari Minggu (1/10/2017) dan karena alasan yang masih belum jelas bagi pihak berwenang, keluarganya dan bahkan mungkin Danley, dia menggunakan palu untuk menghancurkan dua jendela di kedua ujung suite dan secara metodis mulai menembaki kerumunan di Las Vegas Boulevard 450 yang terkenal.

Beberapa dari 22.000 penonton konser awalnya menganggapnya sebagai petasan atau masalah sound system. Tapi, penyanyi Jason Aldean yang membawakan lagu terakhirnya tiba-tiba berhenti bernyanyi dan berlari meninggalkan panggung. Teriakan mulai terdengar ramai dan orang-orang menunduk untuk berlindung. Sebagian berlari menuju pintu masuk festival.

Selama 15 menit waktu yang menyiksa, lebih dari 10.000 peluru diumbar ke kerumunan orang arah atas. Tembakan brutal Paddock menewaskan 59 orang dan melukai 527 orang lainnya. Ada jeda kecil, yakni diduga saat Paddock mengisi ulang peluru senapannya dan mulai beraksi lagi.

”Saya melihat orang memasukkan lubang peluru dengan jarinya,” kata peserta konser Russell Bleck. Menurutnya, kerumunan orang mencoba melarikan diri setelah terjebak oleh pagar festival.

”Orang-orang berjalan satu jalur dan kemudian Anda akan menemui jalan buntu, itu hanya kotak pembunuhan, tidak ada yang bisa berlari dan menyebar, saya melihat mayat di mana-mana,” tutur Bleck menggambarkan situasi pembantaian tersebut.

Tujuh puluh dua menit setelah tembakan pertama dilesatkan, petugas keamanan hotel—yang mempersempit ancaman tersebut setelah tamu di antara lantai 29 sampai 32 melaporkan ada kaca yang dipukul—disertai tim SWAT menerobos pintu. Diyakini, saat itu Paddock mengarahkan pistolnya ke petugas. Sang pembantai dilaporkan ditembak mati oleh tim SWAT usai beraksi.

Aksi maut Paddock membuat Gedung Putih terdiam pada hari Selasa (3/102017). Pihak kantor Presiden Donald Trump tersebut menolak untuk berbicara tentang kebijakan senjata, setelah penembakan massal di Las Vegas tercatat sebagai serangan paling berdarah sepanjang sejarah modern AS.

”Kesatuan kita tidak dapat dihancurkan oleh kejahatan, ikatan kita tidak dapat dipatahkan oleh kekerasan dan meskipun kita merasa sangat marah atas pembunuhan tanpa logika dari sesama warga kita, cinta kita inilah yang mendefinisikan kita hari ini dan akan selalu selamanya,” kata Presiden AS Donald Trump.

Lebih dari 24 jam setelah penembakan tersebut, pihak berwenang masih belum mengungkap motifnya. Paddock adalah seorang penjudi dengan taruhan tinggi yang terkenal di kasino Nevada. Dia sudah dua kali bercerai. Dia memiliki lisensi pilot, memiliki beberapa properti, tidak memiliki catatan kriminal kecuali karena masalah lalu lintas kecil dan tidak bekerja penuh waktu dalam 30 tahun.

Mengutip laporan McClatchy, dalam beberapa pekan terakhir, Paddock membuat beberapa laporan wajib mengenai kemenangan judi senilai lebih dari USD10.000. Pihak berwenang memeriksa apakah dia juga mengalami kerugian besar.

Danley, wanita 62 kelahiran Filipina, juga seorang penjudi top. Dia pernah mencantumkan pekerjaan awalnya sebagai nyonya rumah kasino dengan taruhan tinggi di Reno's Atlantis Casino. Di Facebook, dia menulis bahwa dia ”menjalani hidup dengan semaksimal mungkin” dan dia memajang foto dari turnamen perjudian Vegas, termasuk menginap di Mandalay Bay pada tahun 2014.

Dia berada di Tokyo, Jepang, pada saat penembakan massal oleh Paddock terjadi. Menurut pejabat polisi Las Vegas, Joseph Lombardo, Danley akan diinterogasi ketika kembali. Lombardo menekankan pihaknya percaya Paddock bertindak sendiri.

”Kami tidak tahu apa sistem kepercayaannya, saya tidak bisa masuk ke dalam pikiran psikopat,” katanya.

Danley tinggal di Queensland sampai sekitar tahun 2003. Dia kemudian pindah ke Nevada dengan suaminya, Geary Danley yang jauh lebih muda. Dia memiliki anak perempuan dan cucu perempuan, namun dari suami yang lain. Mereka bercerai pada tahun 2013.

Putri Geary Danley, Diedre Pierson, mengatakan bahwa keluarganya belum pernah mendengar tentang pasangan baru ibu tirinya.

”Dia baik hati, dia lembut, dia sangat baik, tidak akan pernah kita dalam hidup berpikir bahwa dia akan berafiliasi dengannya (Paddock) selama ini,” katanya.
Di sekitar Mesquite, Danley dikenal sebagai wanita ramah. Namun, sang kekasih, Paddock, dikenal luar biasa ekstrem dalam menjaga dirinya sendiri.

”Dia aneh,” kata mantan tetangga, Diane McKay, kepada New York Times. ”Rasanya seperti hidup tanpa apa-apa. Paling tidak Anda bisa marah, ada sesuatu,” ujarnya.

Di Florida, saudara Paddock, Eric, mengatakan bahwa berita penembakan massal di Las Vegas seperti ”sebuah asteroid yang jatuh dari langit”.

Menurutnya, saudaranya itu bukan sosok religius, politis atau bahkan berpendirian. Dia tahu bahwa Paddock memiliki beberapa pistol. Sang pembantai, kata Eric, menyukai Taco Bell, musik country, kapal pesiar dan berjudi USD100 di video poker.

”Dia adalah seorang pria yang tinggal di sebuah rumah di Mesquite, yang mengendarai mobil dan berjudi di Las Vegas. Dia melakukan berbagai hal, (seperti) makan burrito,” katanya. ”Dia bahkan tidak punya tiket parkir. Jika dia membunuh anak-anak saya, saya tidak bisa lebih dari tercengang. Maksud saya, itu tidak. Tidak ada apa-apa.”

Ayah mereka, Benjamin Paddock, adalah perampok bank yang terbukti bersalah dan pernah masuk buron yang paling dicari oleh FBI tahun 1969. Benjamin Paddock digambarkan sebagai psikopat yang akhirnya bunuh diri.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7408 seconds (0.1#10.140)