Surat di Singapura Dikirim untuk Tuhan, Kim Jong-un dan Santa Claus
A
A
A
SINGAPURA - Dari bulan ini sampai akhir tahun, tim dengan lima anggota di Singapore Post, akan bekerja dua kali lipat untuk mencocokkan surat ”hilang” dengan pemilik sahnya. Surat yang mestinya itu dikirim tidak main-main, karena ditujukan kepada Tuhan, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un hingga Santa Claus.
Rata-rata, 4.000 lembar surat diterima Returned Letters Unit di kantor pos Sigapura itu setiap hari. Namun jumlahnya telah meningkat menjadi sekitar 6.000 lembar selama tiga bulan terakhir pada tahun ini.
Kenaikan jumlah surat ini disebabkan karena terkait musim perayaan. Setiap tahunnya, kantor pos Singapura itu mendapat amanat untuk mengirim sekitar 500 surat yang ditujukan ke Santa Claus.
”Kami mengeposkannya dari niat baik,” kata James Cheong, manajer operasi departemen pemrosesan surat Singapore Post, yang mengawasi unit di Paya Lebar.
”Kami tidak ingin membiarkan pelanggan kami, terutama anak-anak, down,” ujarnya, yang menambahkan bahwa surat-surat untuk Santa Claus tetap dikirim ke kantor ”Santa” di Alaska yang berada di Amerika Serikat atau pun Finlandia.
Pihak Siangapore Post juga mengaku mendapat amanat untuk mengirim surat yang ditujukan kepada Tuhan dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Tapi penulis atau pengirim surat tidak memberikan alamat penerimanya. Hal ini tentu saja membuat sulit Returned Letters Unit untuk mengirimnya.
Baru-baru ini, unit—yang bertempat di fasilitas pengolahan surat Singapore Post di Paya Lebar—juga menerima surat yang harus dikirim untuk Presiden Singapura Halimah Yacob.
Unit ini menyimpan surat kabar yang menunjukkan semua pemegang jabatan dan sebutan mereka untuk saat ini, karena banyak surat yang ditujukan kepada politisi tiba tanpa alamat.
”Kami harus selalu mengetahui peran mereka saat ini, sehingga kami bisa mengirim surat-surat ini ke alamat resmi mereka,” kata Cheong, seperti dikutip dari The Straits Times, Selasa (2/10/2017).
Alamat tidak valid atau kosong, bukan satu-satunya yang membuat khawatir para pekerja Singapore Post di unit tersebut. Sering kali, ”surat” yang dimasukkan ke dalam kotak pos sebenarnya bukan berwujud surat.
Unit itu mendapati barang yang tidak bisa dikirim, termasuk balon, pisang, pakaian dalam dan bahkan paket nasi lemak. Namun, semuanya dilengkapi perangko dan alamat yang tertulis.
”Kotak pos itu seperti kotak yang hilang dan ditemukan,” kata Cheong. ”Orang hanya akan membuang barang-barang ini.”
Rata-rata, 4.000 lembar surat diterima Returned Letters Unit di kantor pos Sigapura itu setiap hari. Namun jumlahnya telah meningkat menjadi sekitar 6.000 lembar selama tiga bulan terakhir pada tahun ini.
Kenaikan jumlah surat ini disebabkan karena terkait musim perayaan. Setiap tahunnya, kantor pos Singapura itu mendapat amanat untuk mengirim sekitar 500 surat yang ditujukan ke Santa Claus.
”Kami mengeposkannya dari niat baik,” kata James Cheong, manajer operasi departemen pemrosesan surat Singapore Post, yang mengawasi unit di Paya Lebar.
”Kami tidak ingin membiarkan pelanggan kami, terutama anak-anak, down,” ujarnya, yang menambahkan bahwa surat-surat untuk Santa Claus tetap dikirim ke kantor ”Santa” di Alaska yang berada di Amerika Serikat atau pun Finlandia.
Pihak Siangapore Post juga mengaku mendapat amanat untuk mengirim surat yang ditujukan kepada Tuhan dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Tapi penulis atau pengirim surat tidak memberikan alamat penerimanya. Hal ini tentu saja membuat sulit Returned Letters Unit untuk mengirimnya.
Baru-baru ini, unit—yang bertempat di fasilitas pengolahan surat Singapore Post di Paya Lebar—juga menerima surat yang harus dikirim untuk Presiden Singapura Halimah Yacob.
Unit ini menyimpan surat kabar yang menunjukkan semua pemegang jabatan dan sebutan mereka untuk saat ini, karena banyak surat yang ditujukan kepada politisi tiba tanpa alamat.
”Kami harus selalu mengetahui peran mereka saat ini, sehingga kami bisa mengirim surat-surat ini ke alamat resmi mereka,” kata Cheong, seperti dikutip dari The Straits Times, Selasa (2/10/2017).
Alamat tidak valid atau kosong, bukan satu-satunya yang membuat khawatir para pekerja Singapore Post di unit tersebut. Sering kali, ”surat” yang dimasukkan ke dalam kotak pos sebenarnya bukan berwujud surat.
Unit itu mendapati barang yang tidak bisa dikirim, termasuk balon, pisang, pakaian dalam dan bahkan paket nasi lemak. Namun, semuanya dilengkapi perangko dan alamat yang tertulis.
”Kotak pos itu seperti kotak yang hilang dan ditemukan,” kata Cheong. ”Orang hanya akan membuang barang-barang ini.”
(mas)