India Bakal Bangun Hanggar Jet Tempur Dekat Perbatasan China
A
A
A
NEW DELHI - India meningkatkan perlombaan senjatanya dengan China. New Delhi telah menyetujui rencana pembangunan hanggar yang kuat terhadap bom di dekat perbatasan China.
Rencana India untuk memperkuat pertahanannya ini terjadi ditengah kekhawatiran bakal pecah perang dengan Negeri Tirai Bambu itu.
Usulan tersebut, yang semula dijadwalkan pada tahun 2015, sangat didukung oleh kantor Perdana Menteri setelah terjadi ketegangan dengan China di perbatasan baru-baru ini.
Kementerian Pertahanan India akan menghabiskan sekitar USD750 miliar untuk membangun hanggar di lapangan terbang timur dan timur laut yang berbatasan dengan China. Hangar ini dirancang untuk menahan rudal dan bom hingga 2.000 pound seperti dikutip dari Daily Express, Sabtu (23/9/2017).
Tahun lalu sebuah panel parlemen untuk pertahanan mengangkat kekhawatiran tentang kurangnya tempat penampungan yang kuat untuk pesawat garis depan.
"IAF sudah kekurangan pesawat, dan lebih buruk dari pada itu tempat penampungan yang kuat tidak tersedia bahkan untuk jumlah pesawat yang tersedia," kata tim panel tersebut.
"Komite menginginkan agar tidak terjadi penundaan dalam pelaksanaan, karena penundaan tersebut telah menjadi ciri umum semua proyek," imbuh pernyataan tim panel.
Hanggar pesawat yang diusulkan akan berada di Leh, Ladakh dan negara-negara bagian timur laut, yang mencakup lahan pendaratan yang baru dibangun bersamaan dengan perbatasan India-China.
Angkatan Udara India telah membangun area penyimpanan senjata baru dan laboratorium dalam jumlah besar. India telah membangun 16 hanggar untuk pesawat Su-30 antara tahun 2004 dan 2007 yang mampu menahan bahan peledak 1.000 pon.
Ketegangan antara India dan China meninggi pada musim panas ini di atas perbatasan bersama mereka. Dari bulan Juni - Agustus, angkatan bersenjata dari kedua negara dikunci dalam sebuah siap siaga di sepanjang perbatasan, yang dikenal sebagai Donglang di China dan Doklam di India.
Kedua negara memiliki senjata nuklir dan jika ketegangan meningkat, hal itu bisa menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan.
"Kedua belah pihak akan merasakan banyak kehilangan, secara ekonomi," ujar analis Eurasia Group Asia, Shailesh Kumar.
Rencana India untuk memperkuat pertahanannya ini terjadi ditengah kekhawatiran bakal pecah perang dengan Negeri Tirai Bambu itu.
Usulan tersebut, yang semula dijadwalkan pada tahun 2015, sangat didukung oleh kantor Perdana Menteri setelah terjadi ketegangan dengan China di perbatasan baru-baru ini.
Kementerian Pertahanan India akan menghabiskan sekitar USD750 miliar untuk membangun hanggar di lapangan terbang timur dan timur laut yang berbatasan dengan China. Hangar ini dirancang untuk menahan rudal dan bom hingga 2.000 pound seperti dikutip dari Daily Express, Sabtu (23/9/2017).
Tahun lalu sebuah panel parlemen untuk pertahanan mengangkat kekhawatiran tentang kurangnya tempat penampungan yang kuat untuk pesawat garis depan.
"IAF sudah kekurangan pesawat, dan lebih buruk dari pada itu tempat penampungan yang kuat tidak tersedia bahkan untuk jumlah pesawat yang tersedia," kata tim panel tersebut.
"Komite menginginkan agar tidak terjadi penundaan dalam pelaksanaan, karena penundaan tersebut telah menjadi ciri umum semua proyek," imbuh pernyataan tim panel.
Hanggar pesawat yang diusulkan akan berada di Leh, Ladakh dan negara-negara bagian timur laut, yang mencakup lahan pendaratan yang baru dibangun bersamaan dengan perbatasan India-China.
Angkatan Udara India telah membangun area penyimpanan senjata baru dan laboratorium dalam jumlah besar. India telah membangun 16 hanggar untuk pesawat Su-30 antara tahun 2004 dan 2007 yang mampu menahan bahan peledak 1.000 pon.
Ketegangan antara India dan China meninggi pada musim panas ini di atas perbatasan bersama mereka. Dari bulan Juni - Agustus, angkatan bersenjata dari kedua negara dikunci dalam sebuah siap siaga di sepanjang perbatasan, yang dikenal sebagai Donglang di China dan Doklam di India.
Kedua negara memiliki senjata nuklir dan jika ketegangan meningkat, hal itu bisa menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan.
"Kedua belah pihak akan merasakan banyak kehilangan, secara ekonomi," ujar analis Eurasia Group Asia, Shailesh Kumar.
(ian)