Bahan Bakar 'Racun Setan' Kunci Sukses Program Rudal Korut
A
A
A
WASHINGTON - Bahan bakar roket berbahaya yang dijuluki “racun setan” oleh Rusia dilaporkan sebagai kunci kesuksesan program peluru kendali (rudal) balistik Korea Utara (Korut). Badan Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS) meyakini, bahwa rezim Kim Jong-un sudah memproduksi bahan bakar berbahaya itu secara mandiri.
“Racun setan” adalah nama julukan untuk unsymmetrical dimethyl hydrazine (UDMH), kombinasi cairan volatil bahan kimia yang digunakan untuk bahan bakar roket.
Korut sebenarnya telah memiliki akses untuk penggunaan bahan bakar tersebut sejak era pemerintahan George W Bush.
Menurut laporan New York Times, China atau Rusia diduga kuat telah memasok propelan ke Korea Utara selama beberapa dekade dan kini sudah terlabat untuk menghentikan rezim Kim Jong-un memproduksi bahan bakar itu secara mandiri.
UDMH digunakan dalam bencana roket Uni Soviet tahun 1960, di mana pada saat itu sebuah ledakan besar terjadi di landasan peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM). Bola api dan gas beracun yang dihasilkan telah menewaskan sekitar 124 orang.
AS meninggalkan penggunaan bahan bakar beracun mengikuti peringatan NASA tentang bahaya yang terjadi hingga tahun 1966. Dalam peringatannya, NASA menampilkan video ledakan spektakuler dari bahan bakar “racun setan” tersebut.
Korea Utara, lanjut laporan New York Times, menggunakan propelan volatil tersebut baru-baru ini seperti pada Jumat lalu ketika meluncurkan rudal jarak menengah di atas wilayah Jepang.
Dalam mendorong sanksi PBB, pemerintah Presiden Donald telah berfokus pada pembatasan pasokan minyak dan gas ke negara, tetapi UDMH diproduksi tanpa bergantung pada minyak.
”Berdasarkan kemampuan sains dan teknologi Korut—ditambah dengan prioritas tempat Pyongyang pada program rudal—Korea Utara kemungkinan mampu memproduksi UDMH di dalam negeri,” kata juru bicara Direktur Intelijen Nasional AS, Timothy Barrett, kepada media AS tersebut.
Laporan itu menunjukkan bahwa menghentikan penggunaan bahan bakar Korut—baik dengan sanksi atau sabotase—bisa menjadi kunci untuk melumpuhkan program senjata negara tersebut.
"Jika Korea Utara tidak memiliki UDMH, hal itu tidak dapat mengancam Amerika Serikat, sesederhana itu,” kata senator dari Partai Demokrat ,Edward Markey, yang dilansir Rabu (20/9/2017).
Program senjata nuklir Korea Utara telah menjadi topik diskusi utama di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya di PBB, mengancam akan menghancurkan Korea Utara secara total jika Washington dipaksa untuk membela diri maupun sekutu-sekutunya. Ancaman Trump itu membuat Duta Besar Korut untuk PBB Ja Song Nam meninggalkan ruang sidang.
“Racun setan” adalah nama julukan untuk unsymmetrical dimethyl hydrazine (UDMH), kombinasi cairan volatil bahan kimia yang digunakan untuk bahan bakar roket.
Korut sebenarnya telah memiliki akses untuk penggunaan bahan bakar tersebut sejak era pemerintahan George W Bush.
Menurut laporan New York Times, China atau Rusia diduga kuat telah memasok propelan ke Korea Utara selama beberapa dekade dan kini sudah terlabat untuk menghentikan rezim Kim Jong-un memproduksi bahan bakar itu secara mandiri.
UDMH digunakan dalam bencana roket Uni Soviet tahun 1960, di mana pada saat itu sebuah ledakan besar terjadi di landasan peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM). Bola api dan gas beracun yang dihasilkan telah menewaskan sekitar 124 orang.
AS meninggalkan penggunaan bahan bakar beracun mengikuti peringatan NASA tentang bahaya yang terjadi hingga tahun 1966. Dalam peringatannya, NASA menampilkan video ledakan spektakuler dari bahan bakar “racun setan” tersebut.
Korea Utara, lanjut laporan New York Times, menggunakan propelan volatil tersebut baru-baru ini seperti pada Jumat lalu ketika meluncurkan rudal jarak menengah di atas wilayah Jepang.
Dalam mendorong sanksi PBB, pemerintah Presiden Donald telah berfokus pada pembatasan pasokan minyak dan gas ke negara, tetapi UDMH diproduksi tanpa bergantung pada minyak.
”Berdasarkan kemampuan sains dan teknologi Korut—ditambah dengan prioritas tempat Pyongyang pada program rudal—Korea Utara kemungkinan mampu memproduksi UDMH di dalam negeri,” kata juru bicara Direktur Intelijen Nasional AS, Timothy Barrett, kepada media AS tersebut.
Laporan itu menunjukkan bahwa menghentikan penggunaan bahan bakar Korut—baik dengan sanksi atau sabotase—bisa menjadi kunci untuk melumpuhkan program senjata negara tersebut.
"Jika Korea Utara tidak memiliki UDMH, hal itu tidak dapat mengancam Amerika Serikat, sesederhana itu,” kata senator dari Partai Demokrat ,Edward Markey, yang dilansir Rabu (20/9/2017).
Program senjata nuklir Korea Utara telah menjadi topik diskusi utama di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya di PBB, mengancam akan menghancurkan Korea Utara secara total jika Washington dipaksa untuk membela diri maupun sekutu-sekutunya. Ancaman Trump itu membuat Duta Besar Korut untuk PBB Ja Song Nam meninggalkan ruang sidang.
(mas)