Mengenal Halimah Yacob, Presiden Muslimah Pertama Singapura
A
A
A
SINGAPURA - Mantan Ketua Parlemen Singapura Halimah Yacob dipastikan menjadi presiden muslimah pertama di negara itu setelah menjadi satu-satunya kandidat yang memenuhi syarat pemilu presiden 2017.
Pemilu presiden Singapura sedianya digelar pekan kedua September 2017. Namun, lantaran Halimah menjadi kandidat tunggal, dia dipastikan jadi presiden tanpa pemungutan suara. Dua kandidat rival Halimah, Mohamed Salleh Marican dan Farid Khan gagal memenuhi syarat meski nominasi presiden resmi ditutup Rabu (13/9/2017) siang besok.
Halimah jadi sorotan dunia, karena dia dari etnis Melayu yang selama ini langka jadi pemimpin negeri Merlion. Politisi Melayu muslim ini lahir 23 Agustus 1954. Dia pernah menjadi anggota People's Action Party (PAP) atau Partai Aksi Rakyat yang kemudian menjadi Ketua Parlemen dari Januari 2013 sampai Agustus 2017.
Pada tanggal 7 Agustus 2017, dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Parlemen dan anggota PAP karena menjadi kandidat untuk pemilihan presiden Singapura 2017.
Halimah dididik di Singapore Chinese Girls’ School dan Tanjong Katong Girls’ School, sebelum melanjutkan ke University of Singapore di mana dia menyelesaikan gelar LLB (Bachelor Legum Of Law) pada tahun 1978. Pada tahun 2001, dia menyelesaikan gelar LLM (The Master of Laws) di National University of Singapore, dan mendapat gelar Doktor Kehormatan dari National University of Singapore pada tanggal 7 Juli 2016.
Perempuan ini pernah bekerja sebagai praktisi hukum di Kongres Serikat Perdagangan Nasional pada tahun 1992. Dia ditunjuk sebagai direktur Institut Studi Ketenagakerjaan Singapura (sekarang dikenal sebagai Institut Studi Ketenagakerjaan Ong Teng Cheong) pada tahun 1999.
Baca Juga: Halimah Yacob, Presiden Wanita Pertama Singapura
Halimah memasuki politik pada tahun 2001 saat dia terpilih sebagai anggota parlemen untuk Konstituensi Perwakilan Jurong Group (GRC). Pada pemilu 2015, Halimah adalah satu-satunya calon minoritas untuk PAP.
Perempuan ini dikenal aktif berkampanye melawan kelompok Islam radikal. Dia kerap mengecam kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
”Saya berjanji untuk melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan untuk melayani masyarakat Singapura dan itu tidak berubah, apakah ada pemilu atau tidak ada pemilu,” katanya, kemarin.
”Semangat dan komitmen saya untuk melayani rakyat Singapura tetap sama. Saya tetap berkomitmen penuh untuk melayani Singapura,” ujarnya.
Halimah akan menggantikan posisi Tony Tan, yang telah 6 tahun menjabat sebagai presiden negara tersebut. Selain menjadi wanita pertama yang menjabat sebagai presiden, Halimah juga akan menjadi warga keturunan Melayu pertama yang menyandang jabatan presiden dalam kurun 47 tahun terakhir.
Hingga kini, sudah 7 figur yang pernah menjabat sebagai Presiden Singapura. Mereka adalah Yusof Ishak (1965-1970), Benjamin Sheares (1971-1981), C. V. Devan Nair (1981-1985), Wee Kim Wee (1985-1993), Ong Teng Cheong (1993-1999), Sellapan Ramanathan (1999-2011), dan Tony Tan Keng Yam (2011-2017).
Pemilu presiden Singapura sedianya digelar pekan kedua September 2017. Namun, lantaran Halimah menjadi kandidat tunggal, dia dipastikan jadi presiden tanpa pemungutan suara. Dua kandidat rival Halimah, Mohamed Salleh Marican dan Farid Khan gagal memenuhi syarat meski nominasi presiden resmi ditutup Rabu (13/9/2017) siang besok.
Halimah jadi sorotan dunia, karena dia dari etnis Melayu yang selama ini langka jadi pemimpin negeri Merlion. Politisi Melayu muslim ini lahir 23 Agustus 1954. Dia pernah menjadi anggota People's Action Party (PAP) atau Partai Aksi Rakyat yang kemudian menjadi Ketua Parlemen dari Januari 2013 sampai Agustus 2017.
Pada tanggal 7 Agustus 2017, dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Parlemen dan anggota PAP karena menjadi kandidat untuk pemilihan presiden Singapura 2017.
Halimah dididik di Singapore Chinese Girls’ School dan Tanjong Katong Girls’ School, sebelum melanjutkan ke University of Singapore di mana dia menyelesaikan gelar LLB (Bachelor Legum Of Law) pada tahun 1978. Pada tahun 2001, dia menyelesaikan gelar LLM (The Master of Laws) di National University of Singapore, dan mendapat gelar Doktor Kehormatan dari National University of Singapore pada tanggal 7 Juli 2016.
Perempuan ini pernah bekerja sebagai praktisi hukum di Kongres Serikat Perdagangan Nasional pada tahun 1992. Dia ditunjuk sebagai direktur Institut Studi Ketenagakerjaan Singapura (sekarang dikenal sebagai Institut Studi Ketenagakerjaan Ong Teng Cheong) pada tahun 1999.
Baca Juga: Halimah Yacob, Presiden Wanita Pertama Singapura
Halimah memasuki politik pada tahun 2001 saat dia terpilih sebagai anggota parlemen untuk Konstituensi Perwakilan Jurong Group (GRC). Pada pemilu 2015, Halimah adalah satu-satunya calon minoritas untuk PAP.
Perempuan ini dikenal aktif berkampanye melawan kelompok Islam radikal. Dia kerap mengecam kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
”Saya berjanji untuk melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan untuk melayani masyarakat Singapura dan itu tidak berubah, apakah ada pemilu atau tidak ada pemilu,” katanya, kemarin.
”Semangat dan komitmen saya untuk melayani rakyat Singapura tetap sama. Saya tetap berkomitmen penuh untuk melayani Singapura,” ujarnya.
Halimah akan menggantikan posisi Tony Tan, yang telah 6 tahun menjabat sebagai presiden negara tersebut. Selain menjadi wanita pertama yang menjabat sebagai presiden, Halimah juga akan menjadi warga keturunan Melayu pertama yang menyandang jabatan presiden dalam kurun 47 tahun terakhir.
Hingga kini, sudah 7 figur yang pernah menjabat sebagai Presiden Singapura. Mereka adalah Yusof Ishak (1965-1970), Benjamin Sheares (1971-1981), C. V. Devan Nair (1981-1985), Wee Kim Wee (1985-1993), Ong Teng Cheong (1993-1999), Sellapan Ramanathan (1999-2011), dan Tony Tan Keng Yam (2011-2017).
(mas)