Eks Mata-mata AS: Operasi Membunuh Kim Jong-un seperti Meraba di Kegelapan
A
A
A
WASHINGTON - Mantan mata-mata Amerika Serikat (AS) mengungkap kesulitan besar yang akan dihadapi pasukan elite ketika menjalankan operasi pembunuhan terhadap Kim Jong-un dan merebut senjata nuklir Korea Utara (Korut). Dia mengibaratkan operasi di Korut seperti meraba dalam kegelapan.
Douglas Paal, mantan mata-mata AS yang kini jadi wakil presiden untuk studi di Carnegie Endowment for International Peace mengatakan, tindakan militer melawan rezim Stalinis adalah risiko. Alasannya, Korut hampir tidak memungkinkan mata-mata menyusup.
Selain itu, kata Paal, sebagian besar gudang senjata rezim Kim Jong-un berada di bawah tanah dan tidak dapat dilihat dengan satelit.
Paal merupakan mantan staf Dewan Keamanan Nasional untuk mantan Presiden George Bush. “Anda tidak ingin mengaduk sarang lebah dan lebah masih ada saat Anda selesai,” katanya kepada Politico.
“Jika Anda memberi pilihan kepada presiden, salah satu hal pertama yang harus kita katakan adalah kita dapat menyerang apa yang bisa kita lihat, tapi kita tidak tahu apa yang tidak dapat kita lihat,” ujarnya.
”Secara umum, saya tidak berpikir terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa kita masih meraba-raba dalam kegelapan,” imbuh Paal.
Baca Juga: Kim Jong-un Bisa Kabur ke Terowongan Bawah Tanah jika Perang Nuklir Pecah
Bruce Klingner, yang menghabiskan 20 tahun di CIA dan DIA, sependapat dengan argumen Paal. ”Kami jelas tidak berbaur dengan Korea Utara, dan bahkan Korea Selatan sendiri memiliki kesulitan untuk menjalankan agen, karena perbedaan dialek dan pengucapan,” ujarnya.
”Setiap orang asing menonjol, jadi di negara di mana orang akan melaporkan keluarga dan tetangga mereka, tentu ada orang asing yang akan dilaporkan,” papar Klingner, yang dilansir Minggu (10/9/2017).
Pada pekan ini Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa tindakan militer pasti merupakan pilihan untuk melawan Korea Utara. ”Tindakan militer pasti akan menjadi pilihan,” kata Trump dalam sebuah konferensi pers Gedung Putih. ”Saya lebih suka tidak pergi ke jalur militer, tapi pasti ada yang bisa terjadi.”
Pakar militer Inggris, Lord West, dengan bekal informasi yang diberikan oleh pembelot Pyongyang dan gambar satelit, mengatakan bahwa negara komunis itu merupakan negara yang paling banyak dibentengi di dunia.
West yang merupakan mantan kepala Angkatan Laut Inggris melanjutkan, Kim Jong-un kemungkinan akan melarikan diri ke terowongan bawah tanah yang luas jika perang nuklir terjadi. Skenario pelarian Kim akan membuatnya sulit dibunuh ketimbang membunuh Osama bin Laden.
“Meskipun intelijen AS dan sekutu sangat bagus dan Korea Utara telah menjadi target perhatian untuk waktu yang lama, sangat sulit untuk bisa menghantam setiap jaringan terowongan,” kata West.
”Terowongan yang meluas ke Korea Selatan ada di sana untuk waktu yang lama sebelum mereka ditemukan. Membunuhnya akan sangat sulit,” lanjut West.
Douglas Paal, mantan mata-mata AS yang kini jadi wakil presiden untuk studi di Carnegie Endowment for International Peace mengatakan, tindakan militer melawan rezim Stalinis adalah risiko. Alasannya, Korut hampir tidak memungkinkan mata-mata menyusup.
Selain itu, kata Paal, sebagian besar gudang senjata rezim Kim Jong-un berada di bawah tanah dan tidak dapat dilihat dengan satelit.
Paal merupakan mantan staf Dewan Keamanan Nasional untuk mantan Presiden George Bush. “Anda tidak ingin mengaduk sarang lebah dan lebah masih ada saat Anda selesai,” katanya kepada Politico.
“Jika Anda memberi pilihan kepada presiden, salah satu hal pertama yang harus kita katakan adalah kita dapat menyerang apa yang bisa kita lihat, tapi kita tidak tahu apa yang tidak dapat kita lihat,” ujarnya.
”Secara umum, saya tidak berpikir terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa kita masih meraba-raba dalam kegelapan,” imbuh Paal.
Baca Juga: Kim Jong-un Bisa Kabur ke Terowongan Bawah Tanah jika Perang Nuklir Pecah
Bruce Klingner, yang menghabiskan 20 tahun di CIA dan DIA, sependapat dengan argumen Paal. ”Kami jelas tidak berbaur dengan Korea Utara, dan bahkan Korea Selatan sendiri memiliki kesulitan untuk menjalankan agen, karena perbedaan dialek dan pengucapan,” ujarnya.
”Setiap orang asing menonjol, jadi di negara di mana orang akan melaporkan keluarga dan tetangga mereka, tentu ada orang asing yang akan dilaporkan,” papar Klingner, yang dilansir Minggu (10/9/2017).
Pada pekan ini Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa tindakan militer pasti merupakan pilihan untuk melawan Korea Utara. ”Tindakan militer pasti akan menjadi pilihan,” kata Trump dalam sebuah konferensi pers Gedung Putih. ”Saya lebih suka tidak pergi ke jalur militer, tapi pasti ada yang bisa terjadi.”
Pakar militer Inggris, Lord West, dengan bekal informasi yang diberikan oleh pembelot Pyongyang dan gambar satelit, mengatakan bahwa negara komunis itu merupakan negara yang paling banyak dibentengi di dunia.
West yang merupakan mantan kepala Angkatan Laut Inggris melanjutkan, Kim Jong-un kemungkinan akan melarikan diri ke terowongan bawah tanah yang luas jika perang nuklir terjadi. Skenario pelarian Kim akan membuatnya sulit dibunuh ketimbang membunuh Osama bin Laden.
“Meskipun intelijen AS dan sekutu sangat bagus dan Korea Utara telah menjadi target perhatian untuk waktu yang lama, sangat sulit untuk bisa menghantam setiap jaringan terowongan,” kata West.
”Terowongan yang meluas ke Korea Selatan ada di sana untuk waktu yang lama sebelum mereka ditemukan. Membunuhnya akan sangat sulit,” lanjut West.
(mas)