Pengungsi Rohingya yang Menyebrang ke Bangladesh Tembus 300 Ribu
A
A
A
COXS BAZAR - Seorang pejabat agensi PBB mengatakan setidaknya 300 ribu Muslim Rohingya telah melarikan diri dari aksi kekerasan di barat laut Myanmar ke negara tetangga Bangladesh. Ia pun memperingatkan adanya kekurangan dana untuk persediaan makanan darurat bagi para pengungsi.
Menurut perkiraan yang dikeluarkan oleh pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa di wilayah perbatasan Banglades Cox's Bazar, pengungsi yang datang sejak pertumpahan darah terakhir pada 12 hari lalu sudah mencapai 146 ribu. Angka pasti dari etnis Rohingya yang melarikan diri dari gejolak tersebut sulit untuk didapat.
Namun juru bicara Program Pangan Dunia Bangladesh, Dipayan Bhattacharyya mengatakan, pejabat PBB telah menaikkan perkiraan jumlah pengungsi yang diperkirakan dari 120 ribu menjadi 300 ribu.
"Mereka mengalami kekurangan nutrisi, mereka telah terputus dari makanan normal selama mungkin lebih dari sebulan. Mereka jelas terlihat lapar, trauma," katanya seperti disitir dari Channel News Asia, Kamis (7/9/2017).
Berdasarkan prediksi bahwa 300 ribu orang bisa tiba, WFP menghitung bahwa dibutuhkan dana tambahan sebesar USD13,3 juta untuk menyediakan biskuit berenergi tinggi dan jatah nasi selama empat bulan.
Bhattacharyya menyerukan agar para pendonor segera memenuhi kekurangan tersebut. "Jika mereka tidak maju ke depan sekarang, kita mungkin melihat bahwa orang-orang ini akan berjuang untuk makanan di antara mereka sendiri, tingkat kejahatan akan naik, kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak akan meningkat," katanya.
Lonjakan pengungsi, banyak yang sakit atau terluka, telah membuat lembaga bantuan dan masyarakat berusaha mencari sumber daya setelah membantu ratusan ribu orang pengungsi akibat gelombang kekerasan sebelumnya di Myanmar. Banyak yang tidak memiliki tempat berlindung, dan lembaga bantuan berlomba menyediakan air bersih, sanitasi dan makanan.
Bhattacharyya mengatakan bahwa para pengungsi sekarang tiba dengan kapal dan juga melintasi perbatasan darat dari berbagai titik.
Seorang pekerja PBB lainnya di daerah tersebut memperingatkan bahwa perkiraan tersebut bukanlah "ilmu pasti", mengingat kekacauan dan kurangnya akses ke wilayah tersebut di sisi Myanmar dimana militer masih melakukan 'operasi pembersihan'. Sumber tersebut menambahkan bahwa angka 300 ribu mungkin mengarah pada skenario terburuk.
Kekerasan terbaru dimulai saat gerilyawan Rohingya menyerang puluhan pos polisi dan sebuah pangkalan militer. Bentrokan berikutnya dan serangan balik militer menewaskan sedikitnya 400 orang dan memicu eksodus penduduk desa ke Bangladesh.
Dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menyatakan keprihatinannya bahwa kekerasan tersebut dapat memicu terjadinya malapetaka kemanusiaan.
Menurut perkiraan yang dikeluarkan oleh pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa di wilayah perbatasan Banglades Cox's Bazar, pengungsi yang datang sejak pertumpahan darah terakhir pada 12 hari lalu sudah mencapai 146 ribu. Angka pasti dari etnis Rohingya yang melarikan diri dari gejolak tersebut sulit untuk didapat.
Namun juru bicara Program Pangan Dunia Bangladesh, Dipayan Bhattacharyya mengatakan, pejabat PBB telah menaikkan perkiraan jumlah pengungsi yang diperkirakan dari 120 ribu menjadi 300 ribu.
"Mereka mengalami kekurangan nutrisi, mereka telah terputus dari makanan normal selama mungkin lebih dari sebulan. Mereka jelas terlihat lapar, trauma," katanya seperti disitir dari Channel News Asia, Kamis (7/9/2017).
Berdasarkan prediksi bahwa 300 ribu orang bisa tiba, WFP menghitung bahwa dibutuhkan dana tambahan sebesar USD13,3 juta untuk menyediakan biskuit berenergi tinggi dan jatah nasi selama empat bulan.
Bhattacharyya menyerukan agar para pendonor segera memenuhi kekurangan tersebut. "Jika mereka tidak maju ke depan sekarang, kita mungkin melihat bahwa orang-orang ini akan berjuang untuk makanan di antara mereka sendiri, tingkat kejahatan akan naik, kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak akan meningkat," katanya.
Lonjakan pengungsi, banyak yang sakit atau terluka, telah membuat lembaga bantuan dan masyarakat berusaha mencari sumber daya setelah membantu ratusan ribu orang pengungsi akibat gelombang kekerasan sebelumnya di Myanmar. Banyak yang tidak memiliki tempat berlindung, dan lembaga bantuan berlomba menyediakan air bersih, sanitasi dan makanan.
Bhattacharyya mengatakan bahwa para pengungsi sekarang tiba dengan kapal dan juga melintasi perbatasan darat dari berbagai titik.
Seorang pekerja PBB lainnya di daerah tersebut memperingatkan bahwa perkiraan tersebut bukanlah "ilmu pasti", mengingat kekacauan dan kurangnya akses ke wilayah tersebut di sisi Myanmar dimana militer masih melakukan 'operasi pembersihan'. Sumber tersebut menambahkan bahwa angka 300 ribu mungkin mengarah pada skenario terburuk.
Kekerasan terbaru dimulai saat gerilyawan Rohingya menyerang puluhan pos polisi dan sebuah pangkalan militer. Bentrokan berikutnya dan serangan balik militer menewaskan sedikitnya 400 orang dan memicu eksodus penduduk desa ke Bangladesh.
Dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menyatakan keprihatinannya bahwa kekerasan tersebut dapat memicu terjadinya malapetaka kemanusiaan.
(ian)