Lavrov: Rusia Akan Menanggapi dengan Keras Sanksi AS
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan negaranya akan menanggapi dengan keras hal-hal yang merusak hubungan dengan Amerika Serikat (AS). Pernyataan itu dikeluarkan untuk menanggapi sanksi baru yang dijatuhkan AS.
Rusia diberitahu bahwa mereka harus menutup konsulatnya di San Francisco, dan paviliun di New York serta Washington. Departemen luar negeri mengatakan tindakan AS "dalam semangat paritas".
Langkah tersebut sebagai balasan pengurangan terhadap 755 orang staf diplomatik AS di Rusia pada bulan Juli lalu.
Namun Lavrov menyalahkan pemerintahan Obama karena memulai perselisihan diplomatik Desember lalu. Saat itu, mantan Presiden AS Barack Obama mengusir 35 diplomat Rusia, dan menutup dua kamp atas dasar tindakan Rusia di Crimea dan dugaan adanya campur tangan dalam pemilihan AS.
"Ini dimulai tepat dengan tujuan merongrong hubungan Rusia-Amerika dan mencegah Trump membuat proposal konstruktif selama masa kepresidenannya, membuatnya sesulit mungkin guna melaksanakan janji pemilunya untuk menormalisasi hubungan dengan Rusia," tutur Lavrov seperti dilansir dari BBC, Sabtu (2/9/2017).
Dia juga mengatakan bahwa Rusia masih menimbang tanggapannya terhadap tindakan terbaru. "Kami akan bereaksi segera setelah kami menyelesaikan analisis kami," katanya.
Rusia diberitahu bahwa mereka harus menutup konsulatnya di San Francisco, dan paviliun di New York serta Washington. Departemen luar negeri mengatakan tindakan AS "dalam semangat paritas".
Langkah tersebut sebagai balasan pengurangan terhadap 755 orang staf diplomatik AS di Rusia pada bulan Juli lalu.
Namun Lavrov menyalahkan pemerintahan Obama karena memulai perselisihan diplomatik Desember lalu. Saat itu, mantan Presiden AS Barack Obama mengusir 35 diplomat Rusia, dan menutup dua kamp atas dasar tindakan Rusia di Crimea dan dugaan adanya campur tangan dalam pemilihan AS.
"Ini dimulai tepat dengan tujuan merongrong hubungan Rusia-Amerika dan mencegah Trump membuat proposal konstruktif selama masa kepresidenannya, membuatnya sesulit mungkin guna melaksanakan janji pemilunya untuk menormalisasi hubungan dengan Rusia," tutur Lavrov seperti dilansir dari BBC, Sabtu (2/9/2017).
Dia juga mengatakan bahwa Rusia masih menimbang tanggapannya terhadap tindakan terbaru. "Kami akan bereaksi segera setelah kami menyelesaikan analisis kami," katanya.
(ian)