Eks Negosiator: 1 Tentara Israel Diculik, 200 Tentara Musuh Harus Ditangkap
A
A
A
TEL AVIV - Mantan negosiator Israel menyatakan, nasib satu tentara negara itu disamakan dengan 200 tentara musuh. Jika satu tentara Israel diculik, maka militer negara itu tersebut harus menangkap 200 tentara musuh.
Lior Lotan mengundurkan diri akhir pekan lalu sebagai koordinator yang membawa pulang tahanan dan orang-orang Israel yang diculik musuh. Dia telah menjadi negosiator Israel selama tiga tahun terakhir.
Dia meratapi kelangkaan sumber daya untuk menegosiasikan orang-orang Israel yang hilang untuk dibawa pulang. ”Israel harus mengisi ‘dompet’-nya,” kata Lotan mengacu pada langkanya negosiator. Pandangan Lotan ini dibuat sebelum dia mengundurkan diri dan rekamannya disiarkan Radio Militer Israel, Senin (28/8/2017).
Jika musuh menyandera salah satu tentara Israel, kata Lotan, perang harus diakhiri dengan Israel yang menangkap 200 tentara musuh. ”Kalau sudah dua, maka harus 400, kalau tiga, maka 600 (tentara musuh). Itu tidak berarti masalah akan terpecahkan, tapi rencananya akan berbeda,” katanya, yang dilansir Haaretz.
Pendapatnya mencerminkan pandangan yang semakin diterima di kalangan militer, bahwa Israel membutuhkan lebih banyak “kartu” untuk dimainkan saat tentaranya ditangkap musuh.
Salah satu praktiknya adalah menahan jasad orang-orang Palestina yang terbunuh dalam konflik, dan menggunakannya sebagai kartu negosiasi ke depan.
Moshe Yaalon yang menjadi Menteri Pertahanan Israel saat perang dengan Hamas tahun 2014 dengan operasi yang diberi nama “Operation Protective Edge”, menolak apa yang di sebut sebagai “perdagangan” mayat.
Selama “Operation Protective Edge” dijalankan, enam tentara Israel tewas oleh sebuah roket yang menabrak kendaraan lapis baja mereka dan seorang tentara bernama Oron Shaul hilang. Shaul kemudian dinyatakan tewas. Israel kemudian bereaksi dengan menguburkan 18 jasad orang-orang Palestina di Israel.
Lotan mengklaim pandangannya itu merupakan praktik di masa lalu yang telah menjadi norma. ”Setelah setiap konflik antara pasukan tempur, kedua pihak saling bertukar tahanan dan mayat. Itulah norma Israel dan Hizbullah melakukannya sebelum Perang Libanon Kedua. Selanjutnya juga,” katanya.
Lior Lotan mengundurkan diri akhir pekan lalu sebagai koordinator yang membawa pulang tahanan dan orang-orang Israel yang diculik musuh. Dia telah menjadi negosiator Israel selama tiga tahun terakhir.
Dia meratapi kelangkaan sumber daya untuk menegosiasikan orang-orang Israel yang hilang untuk dibawa pulang. ”Israel harus mengisi ‘dompet’-nya,” kata Lotan mengacu pada langkanya negosiator. Pandangan Lotan ini dibuat sebelum dia mengundurkan diri dan rekamannya disiarkan Radio Militer Israel, Senin (28/8/2017).
Jika musuh menyandera salah satu tentara Israel, kata Lotan, perang harus diakhiri dengan Israel yang menangkap 200 tentara musuh. ”Kalau sudah dua, maka harus 400, kalau tiga, maka 600 (tentara musuh). Itu tidak berarti masalah akan terpecahkan, tapi rencananya akan berbeda,” katanya, yang dilansir Haaretz.
Pendapatnya mencerminkan pandangan yang semakin diterima di kalangan militer, bahwa Israel membutuhkan lebih banyak “kartu” untuk dimainkan saat tentaranya ditangkap musuh.
Salah satu praktiknya adalah menahan jasad orang-orang Palestina yang terbunuh dalam konflik, dan menggunakannya sebagai kartu negosiasi ke depan.
Moshe Yaalon yang menjadi Menteri Pertahanan Israel saat perang dengan Hamas tahun 2014 dengan operasi yang diberi nama “Operation Protective Edge”, menolak apa yang di sebut sebagai “perdagangan” mayat.
Selama “Operation Protective Edge” dijalankan, enam tentara Israel tewas oleh sebuah roket yang menabrak kendaraan lapis baja mereka dan seorang tentara bernama Oron Shaul hilang. Shaul kemudian dinyatakan tewas. Israel kemudian bereaksi dengan menguburkan 18 jasad orang-orang Palestina di Israel.
Lotan mengklaim pandangannya itu merupakan praktik di masa lalu yang telah menjadi norma. ”Setelah setiap konflik antara pasukan tempur, kedua pihak saling bertukar tahanan dan mayat. Itulah norma Israel dan Hizbullah melakukannya sebelum Perang Libanon Kedua. Selanjutnya juga,” katanya.
(mas)