Respons Ancaman Trump, Militer Venezuela Gelar Latihan Perang
A
A
A
CARACAS - Militer Venezuela memulai latihan perang berskala besar sebagai respons atas ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan menempuh opsi militer sebagai solusi krisis politik di Caracas. Lebih dari 900 ribu orang, termasuk 200 ribu tentara terlibat dalam latihan perang.
Kepala Komando Operasional Strategis Venezuela, Remigio Ceballos, mengatakan latihan mulai digelar hari Sabtu (26/8/2017) yang melibatkan tentara dan sukarelawan sipil.
Mantan pemimpin Venezuela, Hugo Chavez, pada tahun 2009 membentuk Milisi Bolivarian Nasional, di mana setiap warga negara dimungkinkan untuk mendaftar.
Menurut Ceballos, jumlah milisi meningkat tajam sejak latihan perang diperintahkan oleh Presiden Nicolas Maduro, pertengahan Agustus lalu.
”Tujuan mendasar dari latihan ini adalah mempersiapkan orang-orang untuk bertahan,” kata Ceballos. Yang dilansir dari Russia Today, Minggu (27/8/2017).
Latihan perang digelar di hampur seluruh negeri, termasuk wilayah perbatasan.
Pihak Milisi Bolivarian Nasional menyatakan, latihan serupa dengan kekuatan 500.000 personel pernah digelar bulan Januari lalu setelah pemerintah AS memperpanjang keputusan untuk melabeli Venezuela ancaman bagi AS pada tahun 2015.
Pada hari Jumat, Gedung Putih mengumumkan sebuah paket sanksi baru terhadap Venezuela, dengan target hampir seluruh pejabat negara itu. Namun, Presiden Nicolas Maduro dan para sekutunya tidak masuk dalam daftar pejabat yang dijatuhi sanksi.
AS telah memberi label Presiden Maduro sebagai seorang diktator atas penanganan krisis politik di negara tersebut. Sikap AS itu sebagai reaksi atas kematian ratusan orang dalam bentrokan Keputusan AS itu , yang telah melihat lebih dari seratus orang terbunuh dalam bentrokan tahun ini.
Maduro sendiri menyalahkan Washington karena berusaha mengacaukan negaranya dan berusaha menyingkirkannya dari kekuasaan.
Pada hari Kamis, dia berbicara kepada petinggi militer Venezuela dan mengingatkan angkatan bersenjata atas sumpah setia mereka.
”Kita harus jelas, terutama bagi kaum muda di militer, bahwa kita harus menutup barisan di dalam tanah air, bahwa ini bukan saatnya untuk melakukan celah dan bahwa mereka yang memiliki keraguan segera harus segera meninggalkan angkatan bersenjata," katanya.
”Anda baik dengan Trump dan imperialis, atau Anda bersama angkatan bersenjata Bolivarian Nasional dan Tanah Air. Belum pernah Venezuela diancam sedemikian rupa,” imbuh Maduro.
Kepala Komando Operasional Strategis Venezuela, Remigio Ceballos, mengatakan latihan mulai digelar hari Sabtu (26/8/2017) yang melibatkan tentara dan sukarelawan sipil.
Mantan pemimpin Venezuela, Hugo Chavez, pada tahun 2009 membentuk Milisi Bolivarian Nasional, di mana setiap warga negara dimungkinkan untuk mendaftar.
Menurut Ceballos, jumlah milisi meningkat tajam sejak latihan perang diperintahkan oleh Presiden Nicolas Maduro, pertengahan Agustus lalu.
”Tujuan mendasar dari latihan ini adalah mempersiapkan orang-orang untuk bertahan,” kata Ceballos. Yang dilansir dari Russia Today, Minggu (27/8/2017).
Latihan perang digelar di hampur seluruh negeri, termasuk wilayah perbatasan.
Pihak Milisi Bolivarian Nasional menyatakan, latihan serupa dengan kekuatan 500.000 personel pernah digelar bulan Januari lalu setelah pemerintah AS memperpanjang keputusan untuk melabeli Venezuela ancaman bagi AS pada tahun 2015.
Pada hari Jumat, Gedung Putih mengumumkan sebuah paket sanksi baru terhadap Venezuela, dengan target hampir seluruh pejabat negara itu. Namun, Presiden Nicolas Maduro dan para sekutunya tidak masuk dalam daftar pejabat yang dijatuhi sanksi.
AS telah memberi label Presiden Maduro sebagai seorang diktator atas penanganan krisis politik di negara tersebut. Sikap AS itu sebagai reaksi atas kematian ratusan orang dalam bentrokan Keputusan AS itu , yang telah melihat lebih dari seratus orang terbunuh dalam bentrokan tahun ini.
Maduro sendiri menyalahkan Washington karena berusaha mengacaukan negaranya dan berusaha menyingkirkannya dari kekuasaan.
Pada hari Kamis, dia berbicara kepada petinggi militer Venezuela dan mengingatkan angkatan bersenjata atas sumpah setia mereka.
”Kita harus jelas, terutama bagi kaum muda di militer, bahwa kita harus menutup barisan di dalam tanah air, bahwa ini bukan saatnya untuk melakukan celah dan bahwa mereka yang memiliki keraguan segera harus segera meninggalkan angkatan bersenjata," katanya.
”Anda baik dengan Trump dan imperialis, atau Anda bersama angkatan bersenjata Bolivarian Nasional dan Tanah Air. Belum pernah Venezuela diancam sedemikian rupa,” imbuh Maduro.
(mas)