Pejabat China Sebut Muslim Xinjiang Muslim Paling Bahagia di Dunia
A
A
A
BEIJING - Muslim yang tinggal di wilayah Xinjiang di China jauh paling bahagia di dunia dan orang-orang seharusnya tidak mempercayai kebohongan yang disebarkan oleh ekstrimis dan pendukung. Demikian pernyataan yang dikeluarkan seorang pejabat senior China dalam sebuah artikel.
Ratusan orang terbunuh di Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir karena kekerasan antara orang-orang Uighur, orang Muslim yang berbicara bahasa Turki, dan etnis mayoritas Han China. Beijing menuding mereka sebagai kelompok ekstrimis Islam.
Kelompok hak asasi manusia dan orang-orang buangan Uighur mengatakan bahwa kerusuhan tersebut merupakan produk frustrasi Uighur terkait kontrol China terhadap budaya dan agama mereka. Namun China membantah adanya tindakan represi.
Menulis di harian resmi Xinjiang, direktur publikasi asing wakil daerah Ailiti Saliyev, mengatakan bahwa wilayah Xinjiang stabil, harmonis, sejahtera, terbuka dan modern.
Ia menambahkan pengunjung melihat ini sendiri saat mereka berkunjung, menumbangkan kesan yang diciptakan di media Barat yang sebaliknya.
"Banyak orang mengatakan dari lubuk hati mereka: Muslim paling bahagia di dunia tinggal di Xinjiang," tulisnya seperti dilansir dari Reuters, Jumat (25/8/2017).
Ia lantas menyatakan bahwa permasalahan yang ada berasal dari kolusi jahat antara ekstremis dan pasukan Barat yang mempunyai sikap bermusuhan. Namun pejabat tersebut tidak menyebutkan nama apapun.
"Mereka berkoordinasi dengan pasukan Barat yang mempunyai sikap bermusuhan untuk menyebarkan rumor, menyebarkan, mengecam dan menodai Xinjiang di media luar negeri," tambahnya.
Dikatakan oleh pejabat itu ekstrimis secara tidak adil menuduh pemerintah berusaha untuk memusnahkan bahasa dan budaya Uighur dengan proyek pembangunan, mempromosikan pendidikan bilingual dan berusaha melarang agama dengan tindakan untuk menjamin keselamatan orang lain.
"Mereka juga memuji unsur-unsur kriminal sebagai pejuang yang melawan penindasan pemerintah Han China dan ibu dari orang Uighur", tulis pejabat tersebut, sebuah referensi untuk pemimpin Uighur Rebiya Kadeer, yang pernah menjadi wanita pebisnis sukses yang sekarang tinggal di pengasingan di Amerika Serikat (AS).
Pejabat tersebut kemudian mengatakan kelompok di luar negeri yang mengaku berbicara untuk orang Uighur tidak lebih dari anjing dan pion dari pasukan Barat yang sama. Ia menambahkan misinya sendiri sebagai Uighur adalah untuk menceritakan fakta sebenarnya tentang Xinjiang ke seluruh dunia.
"Citra Xinjiang tidak akan mengganggu distorsi," tulisnya.
Sementara wartawan asing dapat dengan mudah mengunjungi Xinjiang, tidak seperti Tibet yang memerlukan izin khusus, pemerintah terus mencermati gerakan mereka, membuat laporan bebas gangguan.
Ratusan orang terbunuh di Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir karena kekerasan antara orang-orang Uighur, orang Muslim yang berbicara bahasa Turki, dan etnis mayoritas Han China. Beijing menuding mereka sebagai kelompok ekstrimis Islam.
Kelompok hak asasi manusia dan orang-orang buangan Uighur mengatakan bahwa kerusuhan tersebut merupakan produk frustrasi Uighur terkait kontrol China terhadap budaya dan agama mereka. Namun China membantah adanya tindakan represi.
Menulis di harian resmi Xinjiang, direktur publikasi asing wakil daerah Ailiti Saliyev, mengatakan bahwa wilayah Xinjiang stabil, harmonis, sejahtera, terbuka dan modern.
Ia menambahkan pengunjung melihat ini sendiri saat mereka berkunjung, menumbangkan kesan yang diciptakan di media Barat yang sebaliknya.
"Banyak orang mengatakan dari lubuk hati mereka: Muslim paling bahagia di dunia tinggal di Xinjiang," tulisnya seperti dilansir dari Reuters, Jumat (25/8/2017).
Ia lantas menyatakan bahwa permasalahan yang ada berasal dari kolusi jahat antara ekstremis dan pasukan Barat yang mempunyai sikap bermusuhan. Namun pejabat tersebut tidak menyebutkan nama apapun.
"Mereka berkoordinasi dengan pasukan Barat yang mempunyai sikap bermusuhan untuk menyebarkan rumor, menyebarkan, mengecam dan menodai Xinjiang di media luar negeri," tambahnya.
Dikatakan oleh pejabat itu ekstrimis secara tidak adil menuduh pemerintah berusaha untuk memusnahkan bahasa dan budaya Uighur dengan proyek pembangunan, mempromosikan pendidikan bilingual dan berusaha melarang agama dengan tindakan untuk menjamin keselamatan orang lain.
"Mereka juga memuji unsur-unsur kriminal sebagai pejuang yang melawan penindasan pemerintah Han China dan ibu dari orang Uighur", tulis pejabat tersebut, sebuah referensi untuk pemimpin Uighur Rebiya Kadeer, yang pernah menjadi wanita pebisnis sukses yang sekarang tinggal di pengasingan di Amerika Serikat (AS).
Pejabat tersebut kemudian mengatakan kelompok di luar negeri yang mengaku berbicara untuk orang Uighur tidak lebih dari anjing dan pion dari pasukan Barat yang sama. Ia menambahkan misinya sendiri sebagai Uighur adalah untuk menceritakan fakta sebenarnya tentang Xinjiang ke seluruh dunia.
"Citra Xinjiang tidak akan mengganggu distorsi," tulisnya.
Sementara wartawan asing dapat dengan mudah mengunjungi Xinjiang, tidak seperti Tibet yang memerlukan izin khusus, pemerintah terus mencermati gerakan mereka, membuat laporan bebas gangguan.
(ian)