Jurnalis Negara-negara Pasifik Pelajari Kearifan Lokal Yogyakarta

Senin, 21 Agustus 2017 - 14:55 WIB
Jurnalis Negara-negara...
Jurnalis Negara-negara Pasifik Pelajari Kearifan Lokal Yogyakarta
A A A
YOGYAKARTA - Multimedia Training Course for Pacific Countries yang dilangsungkan di Sekolah Tinggi Multimedia (STMM) “MMTC” Yogyakarta, 9-19 Agustus telah menambah wawasan para jurnalis yang mengikuti pelatihan ini. Ada 15 jurnalis yang ikut dalam pelatihan yang digelar Kementerian Luar Negeri Indonesia bekerjasama dengan MMTC ini.

Para peserta berasal dari 6 negara di kawasan Pasifik, yakni Fiji, Nauru, Papua Nugini, Solomon Islands, Timor Leste, dan Indonesia. Bagi jurnalis asing, ini adalah kesempatan yang tepat untuk mengetahui kondisi Indonesia yang sebenarnya. Terlebih, mayoritas dari mereka baru pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia.

Hal-hal yang selama ini hanya mereka dengar dan lihat dari berbagai sumber, kini bisa disaksikan langsung dengan mata kepala sendiri. Mereka juga memiliki cukup banyak waktu untuk berinteraksi dengan masyarakat Indonesia, khususnya Yogyakarta.

“Sebelumnya, saya hanya mengetahui kondisi Indonesia dari berbagai sumber. Pandangan saya tentang Indonesia pun berdasar dari sumber-sumber tersebut. Tapi kini, setelah saya berinteraksi langsung dengan masyarakat Indonesia, jelas sudut pandang saya telah berubah,” tutur Mark Haihuie, jurnalis Papua Nugini yang bekerja di surat kabar The National.

Pendapat serupa datang dari Filipe Naikaso, reporter Fiji One TV. “Masyarakat Indonesia, khususnya Yogyakarta memiliki keramahan yang luar biasa. Mereka selalu tersenyum, meski tak mengenal kami. Apa yang kami bayangkan sebelumnya tentang Indonesia, ternyata berbeda jauh dengan yang kami lihat di Yogyakarta ini,” ucap Filipe.

Metode pelatihan yang diterapkan oleh MMTC mengharuskan peserta terjun langsung melakukan peliputan ke lapangan. Dengan metode ini, gambaran kian lengkap bisa didapat oleh para jurnalis asing itu. Mewawancarai langsung nara sumber dan berinteraksi dengan masyarakat pedesaan, membuat mereka bisa mengetahui kearifan lokal masyarakat pedesaan di daerah Yogyakarta, Sleman, dan sekitarnya.

“Banyak sekali hal baru yang saya temui setelah terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat pedesaan. Sejumlah kearifan lokal, yang tak pernah saya jumpai sebelumnya, bisa saya saksikan langsung ketika melakukan praktek lapangan,” lanjut Mark.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7776 seconds (0.1#10.140)