Ratusan Orang Terkubur Tanah Longsor di Sierra Leone

Jum'at, 18 Agustus 2017 - 05:19 WIB
Ratusan Orang Terkubur Tanah Longsor di Sierra Leone
Ratusan Orang Terkubur Tanah Longsor di Sierra Leone
A A A
FREETOWN - Sedikitnya 300 orang tewas dalam bencana tanah longsor di Sierra Leone. Sementara ratusan orang lainnya dinyatakan hilang dalam kejadian tersebut.

Presiden Sierra Leone Ernest Bai Koroma menghadiri pemakaman para korban yang dilakukan pada Kamis waktu setempat. Dalam upacara pemakaman itu, peti kayu diturunkan ke kuburan yang digali dengan terburu-buru di sebuah pemakaman di Waterloo.

Negara tersebut mencoba untuk mulai pulih dari salah satu bencana banjir terburuk di Afrika dalam memori hidup mereka.

Sedikitnya 400 orang tewas pada hari Senin saat arus lumpur menyapu rumah-rumah di ujung Freetown. Seratus lima puluh sudah dikuburkan. Secara total, sekitar 600 orang hilang, kata Palang Merah.

"Hari ini adalah saat menyedihkan bagi rekan-rekan kami yang telah mengalami kematian tragis," Koroma mengatakan kepada para pelayat, mengisyaratkan epidemi Ebola 2014-2016, yang menewaskan 4.000 orang di bekas koloni Inggris tersebut. Banyak yang korban tewas akibat Ebola dimakamkan di pemakaman yang sama seperti disitat dari Reuters, Jumat (18/8/2017).

Sementara itu, pencarian mayat yang tersisa diintensifkan di lokasi lumpur karena tim bantuan memperingatkan bahwa mayat yang terjebak dalam lumpur cenderung mencemari sumber air dan menyebabkan wabah penyakit.

"Topografi daerah ini tidak mudah dijangkau, tapi karena militer kita terus maju," kata Kolonel Abu Bakarr Bah, yang memimpin tim pencarian.

Perusahaan konstruksi lokal telah meminjamkan ekskavator tapi banyak relawan menggali dengan alat rumah tangga dan apa pun yang bisa mereka temukan, kata juru bicara Palang Merah Abu Bakarr Tarawallie.

"Kami khawatir tidak ada lagi yang selamat. Sepanjang kemarin tidak ada yang tinggal ditemukan," katanya.

Sejumlah keluarga dipanggil ke kamar mayat pada hari Rabu untuk mengidentifikasi kerabatnya. Namun banyak yang tidak dapat mengenalinya dan pejabat dipaksa untuk melanjutkan penguburan karena mayat-mayat tersebut membusuk dalam keadaan panas.

Tanah longsor dan banjir cukup umum terjadi di daerah-daerah hujan di Afrika. Penggundulan hutan dan perencanaan kota yang buruk sering menyebabkan risiko.

Amnesty International mengatakan bahwa bencana Freetown sebagian disebabkan oleh kebijakan perumahan pemerintah yang telah menyebabkan ratusan orang tinggal di permukiman informal di daerah rawan banjir.

"Sementara banjir adalah bencana alam, skala tragedi manusia di Freetown adalah, sayangnya, buatan manusia," kata Makmid Kamara, wakil ketua kelompok hak asasi manusia global.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3097 seconds (0.1#10.140)