Krisis Teknologi, Korsel Ragu Korut Mampu Gempur AS dengan Nuklir
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) meragukan kemampuan Korea Utara (Korut) untuk mampu meluncurkan rudal nuklir ke wilayah Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat. Alasannya, Pyongyang tidak memiliki teknologi “re-entry” rudal.
Keraguan itu disampaikan Wakil Menteri Pertahanan Korsel Suh Choo-suk. Menurutnya, Korut baru akan bisa mendapatkan teknologi “re-entry” rudal satu atau dua tahun lagi.
”Baik AS maupun Korea Selatan tidak percaya bahwa Korut sepenuhnya mendapatkan teknologi ‘entry-entry’ dalam hal rekayasa material,” katanya.
”Kami tidak merasa (Korut) sudah mencapai titik itu, tapi memang benar mereka mendekatinya. Kami tidak bisa menentukan waktu yang tepat, tapi akan memakan waktu setidaknya satu sampai dua tahun lagi,” ujar Suh, seperti dilansir Reuters, Senin (14/8/2017).
Presiden Donald Trump pada pekan lalu mengancam akan merespons Korut dengan “api dan amarah” jika pemimpin Korut Kim Jung-un melakukan serangan rudal dan nuklir terhadap wilayah AS. Komentar Trump itu direspons Pyongyang dengan akan menyerang Guam, wilayah AS di Pasifik dengan empat rudal balistik jarak menengah.
Para pejabat AS meyakini provokasi oleh Korut akan berlanjut. Direktur CIA Mike Pompeo percaya bahwa Kim Jong-un akan terus menguji senjatanya.
”Saya cukup yakin bahwa dia akan terus mencoba mengembangkan program misilnya, jadi tidak mengejutkan saya jika ada tes rudal lainnya,” kata Pompeo kepada Fox News.
Pompeo juga menjelaskan bahwa tidak ada informasi intelijen yang menunjukkan bahwa perang nuklir antara AS dan Korut sudah dekat.
Keraguan itu disampaikan Wakil Menteri Pertahanan Korsel Suh Choo-suk. Menurutnya, Korut baru akan bisa mendapatkan teknologi “re-entry” rudal satu atau dua tahun lagi.
”Baik AS maupun Korea Selatan tidak percaya bahwa Korut sepenuhnya mendapatkan teknologi ‘entry-entry’ dalam hal rekayasa material,” katanya.
”Kami tidak merasa (Korut) sudah mencapai titik itu, tapi memang benar mereka mendekatinya. Kami tidak bisa menentukan waktu yang tepat, tapi akan memakan waktu setidaknya satu sampai dua tahun lagi,” ujar Suh, seperti dilansir Reuters, Senin (14/8/2017).
Presiden Donald Trump pada pekan lalu mengancam akan merespons Korut dengan “api dan amarah” jika pemimpin Korut Kim Jung-un melakukan serangan rudal dan nuklir terhadap wilayah AS. Komentar Trump itu direspons Pyongyang dengan akan menyerang Guam, wilayah AS di Pasifik dengan empat rudal balistik jarak menengah.
Para pejabat AS meyakini provokasi oleh Korut akan berlanjut. Direktur CIA Mike Pompeo percaya bahwa Kim Jong-un akan terus menguji senjatanya.
”Saya cukup yakin bahwa dia akan terus mencoba mengembangkan program misilnya, jadi tidak mengejutkan saya jika ada tes rudal lainnya,” kata Pompeo kepada Fox News.
Pompeo juga menjelaskan bahwa tidak ada informasi intelijen yang menunjukkan bahwa perang nuklir antara AS dan Korut sudah dekat.
(mas)