Jatuhkan Sanksi Baru, Korut Sebut AS Buang-buang Energi
A
A
A
PYONGYANG - Korea Utara (Korut) mengatakan Amerika Serikat telah menyia-nyiakan energinya dengan mengadopsi sanksi sepihak terhadap mereka. Korut mengatakan bahwa tindakan tersebut hanya akan meningkatkan stamina Pyongyang dan selanjutnya membenarkan pengembangan senjata nuklir mereka.
"Sanksi oleh penjahat AS hanya berusaha menggandakan semangat gigih tentara dan rakyat kita, bersatu sebagai kesatuan yang mengikuti pemimpin mereka dan meningkatkan kemampuan pertahanan diri DPRK," bunyi sebuah artikel di KCNA, kantor berita milik Korut.
Artikel tersebut ditulis oleh seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut yang tidak disebutkan namanya. DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korut, Republik Rakyat Demokratik Korea seperti disitat dari Sputnik, Sabtu (5/8/2017).
Juru bicara tersebut mengatakan bahwa uji coba rudal balistik antar benua Korut pada akhir Juli lalu dimaksudkan untuk mengirim peringatan keras ke AS karena menjadi ceroboh dan panik, yang menderita kekalahan dalam pertempuran habis-habisan dengan Pyongyang. Uji coba rudal itu sendiri merupakan yang kedua dalam waktu kurang dari sebulan.
Pyongyang menyarankan AS untuk memusatkan perhatian pada keamanannya sendiri dan berhenti membuang energinya pada sanksi tanpa harapan.
Ini adalah tanggapan pertama Korut terhadap Washington sejak Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menandatangani Rancangan Undang-undang Tindakan melawan Amerika tentang Sanksi menjadi undang-undang pada hari Rabu lalu.
Sementara sebuah artikel terpisah memperingatkan Korea Selatan (Korsel) bahwa mereka hanya akan mengundang bencana perang nuklir dengan menari sesuai dengan lagu Trump yang disebut psikopat.
Korut juga menuduh "otoritas boneka" Korsel mempertimbangkan sanksi sepihak mereka sendiri. "Bahkan tuan mereka, AS, menemukan dirinya dalam dilema karena sanksi dan tekanan militernya tidak bekerja di DPRK," bunyi artikel tersebut.
Baca Juga: Korsel Bakal Jatuhkan Sanksi Sepihak kepada Korut
Korut masih belum menanggapi usulan Seoul untuk sebuah reuni antara keluarga yang dipisahkan oleh Perang Korea. Rezim komunis itu juga tidak menanggapi sebuah tawaran untuk perundingan antar-militer yang dimaksudkan untuk meredam ketegangan di perbatasan militer.
Sekedar informasi, belum ada reuni keluarga di Korea sejak Oktober 2015, dan belum ada pembicaraan pemerintah di semenanjung Korea sejak Desember 2015.
"Sanksi oleh penjahat AS hanya berusaha menggandakan semangat gigih tentara dan rakyat kita, bersatu sebagai kesatuan yang mengikuti pemimpin mereka dan meningkatkan kemampuan pertahanan diri DPRK," bunyi sebuah artikel di KCNA, kantor berita milik Korut.
Artikel tersebut ditulis oleh seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut yang tidak disebutkan namanya. DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korut, Republik Rakyat Demokratik Korea seperti disitat dari Sputnik, Sabtu (5/8/2017).
Juru bicara tersebut mengatakan bahwa uji coba rudal balistik antar benua Korut pada akhir Juli lalu dimaksudkan untuk mengirim peringatan keras ke AS karena menjadi ceroboh dan panik, yang menderita kekalahan dalam pertempuran habis-habisan dengan Pyongyang. Uji coba rudal itu sendiri merupakan yang kedua dalam waktu kurang dari sebulan.
Pyongyang menyarankan AS untuk memusatkan perhatian pada keamanannya sendiri dan berhenti membuang energinya pada sanksi tanpa harapan.
Ini adalah tanggapan pertama Korut terhadap Washington sejak Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menandatangani Rancangan Undang-undang Tindakan melawan Amerika tentang Sanksi menjadi undang-undang pada hari Rabu lalu.
Sementara sebuah artikel terpisah memperingatkan Korea Selatan (Korsel) bahwa mereka hanya akan mengundang bencana perang nuklir dengan menari sesuai dengan lagu Trump yang disebut psikopat.
Korut juga menuduh "otoritas boneka" Korsel mempertimbangkan sanksi sepihak mereka sendiri. "Bahkan tuan mereka, AS, menemukan dirinya dalam dilema karena sanksi dan tekanan militernya tidak bekerja di DPRK," bunyi artikel tersebut.
Baca Juga: Korsel Bakal Jatuhkan Sanksi Sepihak kepada Korut
Korut masih belum menanggapi usulan Seoul untuk sebuah reuni antara keluarga yang dipisahkan oleh Perang Korea. Rezim komunis itu juga tidak menanggapi sebuah tawaran untuk perundingan antar-militer yang dimaksudkan untuk meredam ketegangan di perbatasan militer.
Sekedar informasi, belum ada reuni keluarga di Korea sejak Oktober 2015, dan belum ada pembicaraan pemerintah di semenanjung Korea sejak Desember 2015.
(ian)