Hacker yang Hentikan Serangan Ransomware Wannacry Ditahan di AS
A
A
A
WASHINGTON - Seorang hacker asal Inggris yang membantu menghentikan serangan Ransomware WannaCry telah ditangkap oleh FBI. Ia didakwa atas beberapa tuduhan kriminal.
Marcus Hutchins didakwa melakukan pembuatan dan penyebaran malware perbankan, menurut laporan di pengadilan. "Kasus tersebut tidak terkait dengan serangan WannaCry yang melanda NHS pada bulan Mei," kata Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) seperti dikutip dari Sky News, Jumat (4/8/2017).
Menurut seorang teman di industri keamanan TI, Hutchins ditangkap di Bandara Internasional McCarran di Las Vegas setelah dia mencoba terbang kembali dari konferensi hack Def Con.
Situs keamanan Motherboard, yang pertama kali melaporkan berita tentang penangkapannya, mengatakan bahwa Hutchins awalnya ditahan di Pusat Penahanan Henderson di Nevada dan kemudian dipindahkan ke fasilitas lain.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris mengatakan: "Kami berhubungan dengan pemerintah daerah di Las Vegas menyusul laporan seorang pria Inggris yang ditangkap."
Laporan pengadilan menuduh Hutchins, yang dikenal secara online sebagai MalwareTech, beriklan, mendistribusikan dan mengambil keuntungan dari kode malware yang dikenal dengan Kronos yang mencuri kredensial perbankan online dan data kartu kredit.
Perangkat lunak perusak tersebut menginfeksi peramban web, lalu menangkap nama pengguna dan kata sandi saat pengguna yang tidak menaruh curiga mengunjungi situs web bank atau lokasi tepercaya lainnya.
"Kegiatan yang itu dicurigai berlangsung antara Juli 2014 dan Juli 2015," menurut dokumen pengadilan.
Ibunya, Janet Hutchins, mengatakan bahwa dia sangat marah atas tuduhan tersebut. Dia menggambarkan keterlibatan anak laki-lakinya dalam aktivitas yang dituduhkan sebagai sesuatu yang sangat tidak mungkin. Sang ibu mengatakan bahwa putranya telah menghabiskan sejumlah besar waktu dan bahkan waktu luangnya untuk melawan serangan Ransomware WannaCry.
Janet mengatakan bahwa dia telah dengan panik menelpon Amerika untuk menghubungi anaknya.
Hutchins, 23 tahun dari Ilfracombe, Devon, mendapat perhatian dunia karena mendeteksi "saklar pembunuh" yang secara efektif menonaktifkan serangan worm WannaCry pada bulan Mei lalu.
Serangan tersebut melumpuhkan sempat NHS atau layanan kesehatan Inggris dan menginfeksi ratusan ribu komputer di seluruh dunia. Serangan Ransomware WannaCey menyebabkan gangguan pada pabrik mobil, rumah sakit, toko-toko dan sekolah di lebih dari 150 negara.
Beberapa komunitas cyber menyatakan keprihatinannya atas penangkapan tersebut.
"Dengan menghentikan penyebaran WannaCry sebelum AS tersadar, MalwareTech melakukan pengabdian yang sangat besar terhadap dunia dan terutama untuk bisnis Amerika," ujar Naomi Colvin, dari kelompok kampanye kebebasan sipil.
"AS memperlakukan hacker jauh lebih buruk daripada yang dilakukan negara lain, dengan hukuman penjara lebih lama lagi, kelangkaan perawatan kesehatan vital dan kurungan isolasi yang merajalela," imbuhnya.
Para ahli telah menghubungkan serangan ransomware Mei ke Lazarus, sebuah kelompok yang juga terkait dengan peretasan Sony Pictures 2014.
Perangkat lunak yang disebut WannaCry atau Wanna Decryptor, memanfaatkan kerentanan pada sistem operasi Windows. Worm ini memungkinkan perangkat lunak jahat menyebar secara otomatis ke seluruh jaringan, sehingga dapat dengan cepat menginfeksi sejumlah besar mesin di organisasi yang sama.
Marcus Hutchins didakwa melakukan pembuatan dan penyebaran malware perbankan, menurut laporan di pengadilan. "Kasus tersebut tidak terkait dengan serangan WannaCry yang melanda NHS pada bulan Mei," kata Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) seperti dikutip dari Sky News, Jumat (4/8/2017).
Menurut seorang teman di industri keamanan TI, Hutchins ditangkap di Bandara Internasional McCarran di Las Vegas setelah dia mencoba terbang kembali dari konferensi hack Def Con.
Situs keamanan Motherboard, yang pertama kali melaporkan berita tentang penangkapannya, mengatakan bahwa Hutchins awalnya ditahan di Pusat Penahanan Henderson di Nevada dan kemudian dipindahkan ke fasilitas lain.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris mengatakan: "Kami berhubungan dengan pemerintah daerah di Las Vegas menyusul laporan seorang pria Inggris yang ditangkap."
Laporan pengadilan menuduh Hutchins, yang dikenal secara online sebagai MalwareTech, beriklan, mendistribusikan dan mengambil keuntungan dari kode malware yang dikenal dengan Kronos yang mencuri kredensial perbankan online dan data kartu kredit.
Perangkat lunak perusak tersebut menginfeksi peramban web, lalu menangkap nama pengguna dan kata sandi saat pengguna yang tidak menaruh curiga mengunjungi situs web bank atau lokasi tepercaya lainnya.
"Kegiatan yang itu dicurigai berlangsung antara Juli 2014 dan Juli 2015," menurut dokumen pengadilan.
Ibunya, Janet Hutchins, mengatakan bahwa dia sangat marah atas tuduhan tersebut. Dia menggambarkan keterlibatan anak laki-lakinya dalam aktivitas yang dituduhkan sebagai sesuatu yang sangat tidak mungkin. Sang ibu mengatakan bahwa putranya telah menghabiskan sejumlah besar waktu dan bahkan waktu luangnya untuk melawan serangan Ransomware WannaCry.
Janet mengatakan bahwa dia telah dengan panik menelpon Amerika untuk menghubungi anaknya.
Hutchins, 23 tahun dari Ilfracombe, Devon, mendapat perhatian dunia karena mendeteksi "saklar pembunuh" yang secara efektif menonaktifkan serangan worm WannaCry pada bulan Mei lalu.
Serangan tersebut melumpuhkan sempat NHS atau layanan kesehatan Inggris dan menginfeksi ratusan ribu komputer di seluruh dunia. Serangan Ransomware WannaCey menyebabkan gangguan pada pabrik mobil, rumah sakit, toko-toko dan sekolah di lebih dari 150 negara.
Beberapa komunitas cyber menyatakan keprihatinannya atas penangkapan tersebut.
"Dengan menghentikan penyebaran WannaCry sebelum AS tersadar, MalwareTech melakukan pengabdian yang sangat besar terhadap dunia dan terutama untuk bisnis Amerika," ujar Naomi Colvin, dari kelompok kampanye kebebasan sipil.
"AS memperlakukan hacker jauh lebih buruk daripada yang dilakukan negara lain, dengan hukuman penjara lebih lama lagi, kelangkaan perawatan kesehatan vital dan kurungan isolasi yang merajalela," imbuhnya.
Para ahli telah menghubungkan serangan ransomware Mei ke Lazarus, sebuah kelompok yang juga terkait dengan peretasan Sony Pictures 2014.
Perangkat lunak yang disebut WannaCry atau Wanna Decryptor, memanfaatkan kerentanan pada sistem operasi Windows. Worm ini memungkinkan perangkat lunak jahat menyebar secara otomatis ke seluruh jaringan, sehingga dapat dengan cepat menginfeksi sejumlah besar mesin di organisasi yang sama.
(ian)