Jemaah Al-Aqsa: CCTV Israel Lebih Bahaya dari Detektor Logam!
A
A
A
YERUSALEM - Para warga Palestina jemaah Masjid Al-Aqsa bersumpah untuk melanjutkan konfrontasi dengan pasukan keamanan Israel meski detektor logam telah dilepas. Alasannya, CCTV masih dipasang Israel untuk memata-matai jemaah.
Mereka masih memboikot Masjid Al-Aqsa karena tuntutan tak sepenuhnya dipenuhi Israel. Mereka menuntut kondisi kompleks masjid suci itu dikembalikan seperti sedia kala tanpa detektor logam dan CCTV.
Dua alat itu dipasang pasukan Israel ketika mereka menutup masjid suci setelah serangan tiga pria bersenjata menewaskan dua polisi Israel pada 14 Juli lalu. Israel telah membuka masjid itu dua hari setelah ditutup dan sempat menolak melepas detektor logam dan CCTV.
Baca Juga: Israel Copot Detektor Logam di Masjid Al-Aqsa
Atas rekomendasi badan keamanan Israel, pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu setuju melepas detektor logam, kemarin. Namun, CCTV masih dipertahankan.
”Di atas segalanya, ini adalah masalah kontrol dan kekuasaan, seolah-olah mereka mengatakan bahwa mereka tidak ingin berurusan dengan Awqaf, jadi mereka akan mengambil tindakan sendiri dan memantau orang-orang Palestina melalui kamera,” kata Mohammad Abu al-Hommos, seorang aktivis dan jemaah Palestina di Kota Tua Yerusalem, kepada Al Jazeera, yang dilansir Rabu (26/7/2017).
”Saya ingin masuk dan keluar dari al-Aqsa semau saya, siapa mereka untuk (berhak) mengintip saya?,” ujar al-Hommos. ”Saya memasuki rumah ibadah, ini melanggar ruang pribadi individu, orang-orang Palestina akan terus menolak karena kami menolak tindakan ini. Ini adalah hak kami untuk menolak.”
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengkonfirmasi bahwa kabinetnya telah menerima rekomendasi dari semua badan keamanan Israel untuk mengaplikasikan teknologi pengamanan yang lebih canggih dan tindakan lainnya, bukan lagi detektor logam.
Pemerintah Israel mengatakan, pemasangan teknologi canggih itu butuh waktu enam bulan dengan anggaran 100 juta shekel (USD28 juta).
Baca Juga: Israel Bikin Al-Aqsa Kritis, Palestina Minta Perlindungan DK PBB
Meskipun detektor logam telah dilepas, para analis dan pengacara mengatakan bahwa CCTV atau kamera pengawas merupakan ancaman yang lebih besar lagi bagi orang-orang Palestina. Alat yang dipasang di kompleks masjid suci itu dianggap sebagai pelanggaran lain terhadap hukum internasional.
”Kamera-kamera ini akan dapat mendeteksi wajah dan identitas, ini berarti bahwa Israel memberlakukan kontrol penuh atas wilayah al-Haram al-Sharif (Kompleks Masjid Al-Aqsa). Peran Yordania telah dikesampingkan dan kehadiran penjaga Palestina menjadi tidak sah, karena pemain sesungguhnya adalah orang-orang di balik layar yang menonton kamera,” kata Khalil Shaheen, seorang analis politik di Ramallah kepada Al Jazeera.
”Ada sejumlah besar orang Palestina yang menolak membayar pajak kepada Israel di Yerusalem, dan banyak dari warga Tepi Barat yang memasuki Yerusalem pada hari Jumat tanpa izin—yang menurut hukum Israel dinyatakan illegal—,serta aktivis lainnya,” ujar dia.
“Ini adalah bentuk pengawasan dan kontrol baru. Orang-orang Palestina harus menolak tindakan tersebut, karena kamera ini lebih berbahaya daripada detektor logam,” imbuh dia.
Pada hari Selasa, para jemaah muslim Palestina tetap salat Subuh di luar kompleks Masjid Al-Aqsa sebagai bentuk protes lanjutan.
”Kita perlu mengetahui semua rincian sebelum kita memutuskan untuk salat di dalam kompleks,” kata Mufti Agung Yerusalem, Muhammad Hussein.
Mereka masih memboikot Masjid Al-Aqsa karena tuntutan tak sepenuhnya dipenuhi Israel. Mereka menuntut kondisi kompleks masjid suci itu dikembalikan seperti sedia kala tanpa detektor logam dan CCTV.
Dua alat itu dipasang pasukan Israel ketika mereka menutup masjid suci setelah serangan tiga pria bersenjata menewaskan dua polisi Israel pada 14 Juli lalu. Israel telah membuka masjid itu dua hari setelah ditutup dan sempat menolak melepas detektor logam dan CCTV.
Baca Juga: Israel Copot Detektor Logam di Masjid Al-Aqsa
Atas rekomendasi badan keamanan Israel, pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu setuju melepas detektor logam, kemarin. Namun, CCTV masih dipertahankan.
”Di atas segalanya, ini adalah masalah kontrol dan kekuasaan, seolah-olah mereka mengatakan bahwa mereka tidak ingin berurusan dengan Awqaf, jadi mereka akan mengambil tindakan sendiri dan memantau orang-orang Palestina melalui kamera,” kata Mohammad Abu al-Hommos, seorang aktivis dan jemaah Palestina di Kota Tua Yerusalem, kepada Al Jazeera, yang dilansir Rabu (26/7/2017).
”Saya ingin masuk dan keluar dari al-Aqsa semau saya, siapa mereka untuk (berhak) mengintip saya?,” ujar al-Hommos. ”Saya memasuki rumah ibadah, ini melanggar ruang pribadi individu, orang-orang Palestina akan terus menolak karena kami menolak tindakan ini. Ini adalah hak kami untuk menolak.”
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengkonfirmasi bahwa kabinetnya telah menerima rekomendasi dari semua badan keamanan Israel untuk mengaplikasikan teknologi pengamanan yang lebih canggih dan tindakan lainnya, bukan lagi detektor logam.
Pemerintah Israel mengatakan, pemasangan teknologi canggih itu butuh waktu enam bulan dengan anggaran 100 juta shekel (USD28 juta).
Baca Juga: Israel Bikin Al-Aqsa Kritis, Palestina Minta Perlindungan DK PBB
Meskipun detektor logam telah dilepas, para analis dan pengacara mengatakan bahwa CCTV atau kamera pengawas merupakan ancaman yang lebih besar lagi bagi orang-orang Palestina. Alat yang dipasang di kompleks masjid suci itu dianggap sebagai pelanggaran lain terhadap hukum internasional.
”Kamera-kamera ini akan dapat mendeteksi wajah dan identitas, ini berarti bahwa Israel memberlakukan kontrol penuh atas wilayah al-Haram al-Sharif (Kompleks Masjid Al-Aqsa). Peran Yordania telah dikesampingkan dan kehadiran penjaga Palestina menjadi tidak sah, karena pemain sesungguhnya adalah orang-orang di balik layar yang menonton kamera,” kata Khalil Shaheen, seorang analis politik di Ramallah kepada Al Jazeera.
”Ada sejumlah besar orang Palestina yang menolak membayar pajak kepada Israel di Yerusalem, dan banyak dari warga Tepi Barat yang memasuki Yerusalem pada hari Jumat tanpa izin—yang menurut hukum Israel dinyatakan illegal—,serta aktivis lainnya,” ujar dia.
“Ini adalah bentuk pengawasan dan kontrol baru. Orang-orang Palestina harus menolak tindakan tersebut, karena kamera ini lebih berbahaya daripada detektor logam,” imbuh dia.
Pada hari Selasa, para jemaah muslim Palestina tetap salat Subuh di luar kompleks Masjid Al-Aqsa sebagai bentuk protes lanjutan.
”Kita perlu mengetahui semua rincian sebelum kita memutuskan untuk salat di dalam kompleks,” kata Mufti Agung Yerusalem, Muhammad Hussein.
(mas)