Iran Umumkan Produksi Rudal Baru
A
A
A
TEHERAN - Media pemerintah Iran mengumumkan peluncuran sebuah lini produksi rudal baru pada akhir pekan ini. Pengumuman ini dilakukan ditengah ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Teheran.
"Rudal Sayyad 3 bisa mencapai ketinggian 27 km (16 mil) dan menempuh perjalanan sejauh 120 km (74 mil)," kata Menteri Pertahanan Iran, Hossein Dehghan, dalam sebuah upacara seperti dikutip dari Reuters, Minggu (23/7/2017).
"Rudal tersebut dapat menargetkan pesawat tempur, kendaraan udara tak berawak, rudal jelajah dan helikopter," imbuh Dehghan.
Dalam kesempatan itu Deghan menyinggung soal kesepakatan militer Amerika Serikat (AS) dengan Arab Saudi senilai USD110 miliar. Menurutnya kesepakatan yang diumumkan saat kunjungan Trump ke Riyadh dimaksudkan sebagai ancaman bagi Iran.
"Kami baru-baru ini menyaksikan sebuah pembelian besar-besaran yang dibayar beberapa negara di wilayah tersebut sebagai uang tebusan ke Amerika dan mereka berniat membawa senjata ke wilayah tersebut, dan pembelian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengancam Islam Iran," kata Dehghan.
Pekan lalu, AS menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Iran. Sanksi itu dijatuhkan untuk program rudal balistik dan "kegiatan jahat" Teheran di Timur Tengah yang mengurangi kontribusi positif dari kesepakatan nuklir Iran 2015.
Langkah tersebut memberi isyarat bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump berusaha memberi tekanan lebih besar pada Iran sambil mempertahankan kesepakatan antara Teheran dan enam kekuatan dunia untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan mengangkat sanksi minyak dan keuangan internasional.
Pemerintah AS mengatakan bahwa pihaknya menargetkan 18 entitas dan individu yang mendukung apa yang dikatakannya sebagai "pelaku gelap Iran atau aktivitas kriminal transnasional".
"Rudal Sayyad 3 bisa mencapai ketinggian 27 km (16 mil) dan menempuh perjalanan sejauh 120 km (74 mil)," kata Menteri Pertahanan Iran, Hossein Dehghan, dalam sebuah upacara seperti dikutip dari Reuters, Minggu (23/7/2017).
"Rudal tersebut dapat menargetkan pesawat tempur, kendaraan udara tak berawak, rudal jelajah dan helikopter," imbuh Dehghan.
Dalam kesempatan itu Deghan menyinggung soal kesepakatan militer Amerika Serikat (AS) dengan Arab Saudi senilai USD110 miliar. Menurutnya kesepakatan yang diumumkan saat kunjungan Trump ke Riyadh dimaksudkan sebagai ancaman bagi Iran.
"Kami baru-baru ini menyaksikan sebuah pembelian besar-besaran yang dibayar beberapa negara di wilayah tersebut sebagai uang tebusan ke Amerika dan mereka berniat membawa senjata ke wilayah tersebut, dan pembelian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengancam Islam Iran," kata Dehghan.
Pekan lalu, AS menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Iran. Sanksi itu dijatuhkan untuk program rudal balistik dan "kegiatan jahat" Teheran di Timur Tengah yang mengurangi kontribusi positif dari kesepakatan nuklir Iran 2015.
Langkah tersebut memberi isyarat bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump berusaha memberi tekanan lebih besar pada Iran sambil mempertahankan kesepakatan antara Teheran dan enam kekuatan dunia untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan mengangkat sanksi minyak dan keuangan internasional.
Pemerintah AS mengatakan bahwa pihaknya menargetkan 18 entitas dan individu yang mendukung apa yang dikatakannya sebagai "pelaku gelap Iran atau aktivitas kriminal transnasional".
(ian)