Nikah, Politisi Brazil Diusir dan Dilempari Telur Oleh Demonstran

Minggu, 16 Juli 2017 - 15:04 WIB
Nikah, Politisi Brazil...
Nikah, Politisi Brazil Diusir dan Dilempari Telur Oleh Demonstran
A A A
BRASILIA - Seorang politisi Brazil menuduh pemrotes sayap kiri telah menyerang secara fisik dan verbal tamu pernikahannya. Mereka diserang karena keluarganya mendukung Presiden Michel Temer.

Ratusan demonstran berkumpul di luar gereja saat Maria Victoria Barros (25) melangsungkan upacara pernikahan pada Jumat malam. Dengan melemparkan telur, demonstran berhasil memaksa Maria untuk meninggalkan gereja dengan kendaraan lapis baja seperti dikutip dari BBC, Minggu (16/7/2017).

Maria adalah anggota dewan negara di Parana dan putri menteri kesehatan Temer, Ricardo Baros. Upacara pernikahan mewah itu dihadiri oleh sejumolah elit politik negara tersebut. Sedikitnya 30 anggota Kongres Brazil diundang untuk melakukan perjalanan dari ibukota Brasilia ke acara pernikahan yang dihelat di ibukota negara bagian Parana, Curitiba.

Dalam aksinya, para demonstran membawa sejumlah poster anti-pemerintah dan meneriakkan slogan-slogan yang ditujukan pada Barros. Mereka menuduhnya sebagai "perencana kudeta".

Rekaman yang diposkan di YouTube menunjukkan penjaga keamanan membuka payung untuk mencoba melindungi calon pengantin saat mereka meninggalkan Gereja Rosario. Sebuah detasemen polisi anti huru hara akhirnya dipanggil untuk melindungi pengantin baru dan tamu mereka.

Barros mengatakan bahwa demonstrasi tersebut terkait dengan keputusan ibunya untuk mencalonkan diri sebagai gubernur negara bagian dan telah "dibiayai oleh partai sayap kiri dan serikat pekerja".

Dia menyesali serangan terhadap beberapa tamu namun menambahkan: "Ini adalah harga demokrasi".

Insiden tersebut merupakan ilustrasi lain tentang bagaimana perpecahan dan sengitnya situasi politik Brazil telah terjadi sejak pemakzulan pendahulu Temer tahun lalu, Dilma Rousseff.

Selama persidangan pemakzulan, Rousseff menggambarkan langkah tersebut sebagai kudeta sayap kanan, yang didukung oleh wakil presidennya saat itu, Temer.

Pendukung Partai Buruhnya semakin marah dengan hukuman sembilan tahun penjara terhadap mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva karena korupsi. Lula menolak klaim bahwa ia menerima sebuah apartemen sebagai sogokan dalam skandal korupsi terkait perusahaan minyak negara Petrobras.

Dia telah mengajukan banding atas putusan tersebut, dengan mengatakan bahwa pengadilan tersebut bermotif politik, yang bertujuan mencegahnya untuk mencalonkan diri lagi tahun depan. Lula menjabat selama delapan tahun sebagai presiden Brasil sampai tahun 2011 lalu.

Hakim Federal Sergio Moro, dari negara bagian Parana, memutuskan bahwa dia dapat tetap bebas menunggu hingga keputusan banding.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9275 seconds (0.1#10.140)