Rusia Ancam Usir Diplomat AS sebagai Pembalasan
A
A
A
MOSKOW - Pemerintah Rusia mengeluarkan peringatan bernada ancaman berupa tindakan pengusiran diplomat Amerika Serikat (AS) sebagai pembalasan. Moskow tak bisa terima karena selain 35 diplomatnya diusir Washington, dua kantor diplomatik mereka juga masih disita.
Ancaman tidak akan terjadi jika pemerintah Presiden Donald Trump melakukan sesuatu untuk memecahkan kebuntuan terkait penutupan dua kantor diplomatik Rusia di AS.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa sulit untuk bekerja sama dengan AS karena properti Rusia yang berada di bawah kekebalan diplomatik disita secara ilegal oleh pemerintahan Presiden Barack Obama pada tahun 2016.
”Benda-benda yang disita belum dikembalikan. Washington tidak hanya gagal membatalkan keputusan untuk mengusir karyawan kami, namun juga menolak memberikan visa kepada yang akan menggantikan mereka,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada hari Jumat.
Baca Juga: Rusia Siapkan Balasan atas Pengusiran 35 Diplomatnya oleh AS
Menurut Zakharova, jika situasi tidak berubah, pembalasan dari Rusia akan terjadi. ”Kami memiliki sesuatu untuk dibalas, dengan personel Kedutaan Besar AS di Moskow sangat melebihi jumlah staf kedutaan kami di Washington,” ucap Zakharova.
Zakharova tidak menjelaskan secara tepat kapan Moskow akan melakukan tindakan pembalasan. Dia mencatat bahwa semuanya tergantung pada perundingan yang akan datang di Washington. Tapi, dia memperingatkan bahwa batas waktu kesabaran Rusia “hampir habis”.
”Untuk saat ini kami memiliki konsultasi mengenai masalah ini dan posisi yang jelas (waktu) saat ini hampir habis,” katanya.
Moskow, sambung diplomat Moskow ini, tidak bereaksi segera ketika 35 diplomatnya diusir AS. Alasannya, Rusia mempertimbangkan langkah pemerintahan Obama sebagai kebijakan provokatif dan upaya untuk mengganggu hubungan bilateral di bawah otoritas baru, yakni pemerintah Presiden Donald Trump.
Zakharova menekankan bahwa AS memiliki cukup waktu untuk menangani ”warisan” kebijakan pemerintah Obama yang dia anggap menjijikkan. “Untuk mulai membangun hubungan berdasarkan rasa saling menghormati,” imbuh Zakharova.
”Sudah setengah tahun, tapi kami tidak melihat langkah konkret. Namun, tidak ada yang menghalangi pemerintahan baru untuk menunjukkan kemerdekaan dan melakukannya,” papar dia, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (15/7/2017).
“Kami telah berulang kali mengemukakan masalah ini selama kontak bilateral, kami siap untuk melakukan konsultasi, negosiasi, pertukaran opsi yang mungkin terjadi, namun ini juga tidak terjadi.”
Ancaman tidak akan terjadi jika pemerintah Presiden Donald Trump melakukan sesuatu untuk memecahkan kebuntuan terkait penutupan dua kantor diplomatik Rusia di AS.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa sulit untuk bekerja sama dengan AS karena properti Rusia yang berada di bawah kekebalan diplomatik disita secara ilegal oleh pemerintahan Presiden Barack Obama pada tahun 2016.
”Benda-benda yang disita belum dikembalikan. Washington tidak hanya gagal membatalkan keputusan untuk mengusir karyawan kami, namun juga menolak memberikan visa kepada yang akan menggantikan mereka,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada hari Jumat.
Baca Juga: Rusia Siapkan Balasan atas Pengusiran 35 Diplomatnya oleh AS
Menurut Zakharova, jika situasi tidak berubah, pembalasan dari Rusia akan terjadi. ”Kami memiliki sesuatu untuk dibalas, dengan personel Kedutaan Besar AS di Moskow sangat melebihi jumlah staf kedutaan kami di Washington,” ucap Zakharova.
Zakharova tidak menjelaskan secara tepat kapan Moskow akan melakukan tindakan pembalasan. Dia mencatat bahwa semuanya tergantung pada perundingan yang akan datang di Washington. Tapi, dia memperingatkan bahwa batas waktu kesabaran Rusia “hampir habis”.
”Untuk saat ini kami memiliki konsultasi mengenai masalah ini dan posisi yang jelas (waktu) saat ini hampir habis,” katanya.
Moskow, sambung diplomat Moskow ini, tidak bereaksi segera ketika 35 diplomatnya diusir AS. Alasannya, Rusia mempertimbangkan langkah pemerintahan Obama sebagai kebijakan provokatif dan upaya untuk mengganggu hubungan bilateral di bawah otoritas baru, yakni pemerintah Presiden Donald Trump.
Zakharova menekankan bahwa AS memiliki cukup waktu untuk menangani ”warisan” kebijakan pemerintah Obama yang dia anggap menjijikkan. “Untuk mulai membangun hubungan berdasarkan rasa saling menghormati,” imbuh Zakharova.
”Sudah setengah tahun, tapi kami tidak melihat langkah konkret. Namun, tidak ada yang menghalangi pemerintahan baru untuk menunjukkan kemerdekaan dan melakukannya,” papar dia, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (15/7/2017).
“Kami telah berulang kali mengemukakan masalah ini selama kontak bilateral, kami siap untuk melakukan konsultasi, negosiasi, pertukaran opsi yang mungkin terjadi, namun ini juga tidak terjadi.”
(mas)