Bersumpah Setia pada ISIS, Tentara Ini Anggap AS Dalang Serangan 9/11
A
A
A
HONOLULU - Seorang tentara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) yang diduga telah bersumpah setia kepada kelompok ISIS menganggap pemerintah Washington dalang di balik serangan teroris 11 September 2001 atau 9/11. Tentara itu ditahan atas perintah pengadilan federal di Honolulu pada hari Kamis.
Tentara bernama Sersan Kelas 1 Ikaika Kang ini merencanakan penembakan massal. Dia diduga bersumpah setia kepada kelompok Islamic State atau ISIS setelah mencium bendera kelompok itu di sebuah rumah di Honohulu pada 8 Juli 2017.
Selain menganggap pemerintah AS sebagai dalang serangan teroris 9/11, yakni serangan terhadap menara kembar World Trade Center (WTC) dengan pesawat yang dibajak, dia juga percaya bahwa pendaratan astronaut AS di bulan adalah palsu.
Kang bahkan mempertanyakan pembunuhan Presiden John F. Kennedy yang selama ini memicu teori konspirasi.
Pengacara Kang yang ditunjuk pengadilan, Birney Bervar, meminta agar kesehatan mental kliennya dievaluasi. Kang sudah ditugaskan ke medan perang Afghanistan selama beberapa tahun.
Bervar menduga kliennya mengalami masalah kesehatan mental dan layanan terkait pemerintah lalai untuk mengobati.“Pemerintah mengeksploitasi dan memanfaatkannya,” kata Bervar.
Jaksa dalam catatan di pengadilan menyatakan bahwa tentara tersebut bisa berbahaya. ”Pelatihan militer Kang, kemampuan (menggunakan) senjata dan keterampilan tempur pribadi, ditambah dengan keinginan kuatnya untuk membunuh orang-orang atas nama ISIS, menjadikannya salah satu pelaku kriminal yang paling berbahaya yang telah dikenai hukuman di distrik ini,” tulis pihak jaksa.
Menurut dokumen pengadilan, Kang bertemu dengan agen rahasia yang dia duga berasal dari ISIS di sebuah rumah di Honolulu, di mana dia bersumpah setia kepada kelompok tersebut dan mencium sebuah bendera ISIS.
“Kang ditangkap segera untuk menghapus kemungkinan bahwa dia akan bertindak atas dorongannya untuk membunuh orang-orang atas nama ISIS,” lanjut catatan jaksa.
Namun, Bervar mencatat bahwa Kang tidak pernah memiliki kontak dengan anggota kelompok ISIS. Menurutnya, pemerintah ”menuangkan bensin ke api penyakit kejiwaannya”.
Kang dan Dustin Lyles merupakan tentara AS yang bersama-sama menjalani pelatihan militer satu bulan pada tahun 2013. Keduanya berteman beberapa tahun sebelum Lyle meninggalkan Angkatan Darat dan keduanya hilang kontak.
Lyles mengatakan kepada The Associated Press, Jumat (14/7/2017), bahwa penangkapan Kang mengejutkan. Dia tidak pernah mendengar bahwa Kang menyatakan dukungannya terhadap musuh. Mereka berbagi tempat tidur, makan bersama dan berlatih seni bela diri campuran.
"Jika saya tahu itu kemudian, saya tidak akan berbicara dengannya setelah itu,” kata Lyles.
Lyles mengatakan bahwa dia dan Kang memperdebatkan tentang persekongkolan, termasuk bahwa serangan 9/11 disebut-sebut didalangi oleh AS untuk memicu peperangan di Timur Tengah.
Dee Asuncion, agen real estate yang membantu Kang membeli kondominiumnya, mengatakan kepada The Associated Press bahwa ada satu percakapan yang terasa aneh baginya. Kang berbicara tentang penghormatan ideologi kelompok teroris.
Ayah Kang, Clifford Kang, mengatakan kepada Honolulu Star-Advertiser bahwa promosi anaknya ke sersan kelas 1 datang dalam enam bulan terakhir. Promosi itu membuat putranya bertugas sebagai pengendali lalu lintas udara.
Tapi sang ayah khawatir dengan tekanan kerja. ”Saya terus mengatakan kepadanya, 'Menjadi pengendali lalu lintas udara terlalu membuat Anda selalu bisa berubah’. Dan dia berkata, 'Saya bisa menangani’.”
Tentara bernama Sersan Kelas 1 Ikaika Kang ini merencanakan penembakan massal. Dia diduga bersumpah setia kepada kelompok Islamic State atau ISIS setelah mencium bendera kelompok itu di sebuah rumah di Honohulu pada 8 Juli 2017.
Selain menganggap pemerintah AS sebagai dalang serangan teroris 9/11, yakni serangan terhadap menara kembar World Trade Center (WTC) dengan pesawat yang dibajak, dia juga percaya bahwa pendaratan astronaut AS di bulan adalah palsu.
Kang bahkan mempertanyakan pembunuhan Presiden John F. Kennedy yang selama ini memicu teori konspirasi.
Pengacara Kang yang ditunjuk pengadilan, Birney Bervar, meminta agar kesehatan mental kliennya dievaluasi. Kang sudah ditugaskan ke medan perang Afghanistan selama beberapa tahun.
Bervar menduga kliennya mengalami masalah kesehatan mental dan layanan terkait pemerintah lalai untuk mengobati.“Pemerintah mengeksploitasi dan memanfaatkannya,” kata Bervar.
Jaksa dalam catatan di pengadilan menyatakan bahwa tentara tersebut bisa berbahaya. ”Pelatihan militer Kang, kemampuan (menggunakan) senjata dan keterampilan tempur pribadi, ditambah dengan keinginan kuatnya untuk membunuh orang-orang atas nama ISIS, menjadikannya salah satu pelaku kriminal yang paling berbahaya yang telah dikenai hukuman di distrik ini,” tulis pihak jaksa.
Menurut dokumen pengadilan, Kang bertemu dengan agen rahasia yang dia duga berasal dari ISIS di sebuah rumah di Honolulu, di mana dia bersumpah setia kepada kelompok tersebut dan mencium sebuah bendera ISIS.
“Kang ditangkap segera untuk menghapus kemungkinan bahwa dia akan bertindak atas dorongannya untuk membunuh orang-orang atas nama ISIS,” lanjut catatan jaksa.
Namun, Bervar mencatat bahwa Kang tidak pernah memiliki kontak dengan anggota kelompok ISIS. Menurutnya, pemerintah ”menuangkan bensin ke api penyakit kejiwaannya”.
Kang dan Dustin Lyles merupakan tentara AS yang bersama-sama menjalani pelatihan militer satu bulan pada tahun 2013. Keduanya berteman beberapa tahun sebelum Lyle meninggalkan Angkatan Darat dan keduanya hilang kontak.
Lyles mengatakan kepada The Associated Press, Jumat (14/7/2017), bahwa penangkapan Kang mengejutkan. Dia tidak pernah mendengar bahwa Kang menyatakan dukungannya terhadap musuh. Mereka berbagi tempat tidur, makan bersama dan berlatih seni bela diri campuran.
"Jika saya tahu itu kemudian, saya tidak akan berbicara dengannya setelah itu,” kata Lyles.
Lyles mengatakan bahwa dia dan Kang memperdebatkan tentang persekongkolan, termasuk bahwa serangan 9/11 disebut-sebut didalangi oleh AS untuk memicu peperangan di Timur Tengah.
Dee Asuncion, agen real estate yang membantu Kang membeli kondominiumnya, mengatakan kepada The Associated Press bahwa ada satu percakapan yang terasa aneh baginya. Kang berbicara tentang penghormatan ideologi kelompok teroris.
Ayah Kang, Clifford Kang, mengatakan kepada Honolulu Star-Advertiser bahwa promosi anaknya ke sersan kelas 1 datang dalam enam bulan terakhir. Promosi itu membuat putranya bertugas sebagai pengendali lalu lintas udara.
Tapi sang ayah khawatir dengan tekanan kerja. ”Saya terus mengatakan kepadanya, 'Menjadi pengendali lalu lintas udara terlalu membuat Anda selalu bisa berubah’. Dan dia berkata, 'Saya bisa menangani’.”
(mas)