Wali Kota Alaska Cemas dengan Rusa ketimbang Rudal Kim Jong-un
A
A
A
ALASKA - Wali Kota Alaska, Amerika Serikat (AS), Anchorage Ethan Berkowitz, meremehkan diktator Korea Utara (Korut) Kim Jong-un yang mengancam AS dengan serangan rudal berhulu ledak nuklir. Dia mengaku lebih cemas dengan rusa ketimbang dengan rudal Pyongyang.
Komentar Wali Kota Berkowitz ini muncul dalam artikel The Washington Post dengan judul “Bears, not bomb”. Komentar muncul setelah Korut menguji tembak rudal yang diklaim sebagai rudal balistik antarbenua atau ICBM.
”Saya cemas dengan rusa, bukan rudal,” katanya. Pernyataan itu bertolak belakang dengan seruan para anggota parlemen AS untuk memperkuat pertahanan Washington dari ancaman serangan rudal rezim Kim Jong-un.
Todd Sherwood, seorang pengacara yang melayani Angkatan Udara AS lebih dari satu dekade memperingatkan Pyongyang bahwa reaksi militer Washington akan lebih parah jika rezim Kim Jong-un nekat menyerang AS. Sherwood juga meremehkan ancaman Kim Jong-un.
”Saya lebih khawatir apabila saya menjatuhkan alas paddleboard saya di danau gletser Alaska musim panas ini,” ujarnya. ”Dan saya sama sekali tidak mengkhawatirkannya,” lanjut dia mengacu pada ancaman serangan Korut, seperti dikutip Fox News, Senin (10/7/2017).
Alaska merupakan kota AS yang memiliki pengalaman pahit terkait serangan bom. Kota itu pernah dibom pada tahun 1942 selama Perang Dunia II dan pada minggu yang sama Jepang menduduki dua pulau Aleutian, pulau di Alaska.
Alaska juga waspada selama Perang Dingin dengan dengan Rusia. Beberapa rumah di Alaska sampai saat ini masih memiliki tempat penampungan.
Meskipun beberapa pihak mengabaikan ancaman serangan Korut, sejumlah anggota parlemen terus menyerukan penguatan pertahanan AS.
”Hari ini, orang-orang Alaska terbangun atas berita yang mengganggu bahwa Korea Utara menguji sebuah rudal yang dikatakan oleh beberapa ahli mungkin dapat mencapai Alaska dalam waktu dekat,” kata Senator Dan Sullivan. ”Sekarang lebih dari sebelumnya, sangat penting bagi orang Alaska dan seluruh negara kita siapkan.”
Sullivan dan Senator Brian Schatz pada bulan Mei lalu memperkenalkan RUU tentang 12 sistem pencegat rudal berbasis darat AS, yang 14 di antaranya akan berlokasi di Alaska. Sistem itu diasumsikan bisa menghancurkan target dengan kekuatan untuk menetralkan kekuatan peledak nuklirnya.
Pentagon sejatinya sudah memiliki total 36 pencegat rudal di bawah tanah di sebuah pangkalan militer di Alaska dan California. Jumlahnya diperkirakan akan meningkat menjadi 44 unit pada akhir tahun ini.
Menurut Profesor Bruce Bechtol dari Angelo State University di Texas, rudal yang diluncurkan Korea Utara bisa mencapai AS jika diposisikan pada sudut peluncuran standar.
”Saya telah mengatakan selama berbulan-bulan bahwa ini tidak lagi 'jika' tapi 'kapan' Kim Jong-un akan mendapatkan kemampuan untuk menyerang kota AS dengan sebuah rudal nuklir,” imbuh Sullivan sebelum peluncuran ICBM Korut yang diklaim berhasil.
Komentar Wali Kota Berkowitz ini muncul dalam artikel The Washington Post dengan judul “Bears, not bomb”. Komentar muncul setelah Korut menguji tembak rudal yang diklaim sebagai rudal balistik antarbenua atau ICBM.
”Saya cemas dengan rusa, bukan rudal,” katanya. Pernyataan itu bertolak belakang dengan seruan para anggota parlemen AS untuk memperkuat pertahanan Washington dari ancaman serangan rudal rezim Kim Jong-un.
Todd Sherwood, seorang pengacara yang melayani Angkatan Udara AS lebih dari satu dekade memperingatkan Pyongyang bahwa reaksi militer Washington akan lebih parah jika rezim Kim Jong-un nekat menyerang AS. Sherwood juga meremehkan ancaman Kim Jong-un.
”Saya lebih khawatir apabila saya menjatuhkan alas paddleboard saya di danau gletser Alaska musim panas ini,” ujarnya. ”Dan saya sama sekali tidak mengkhawatirkannya,” lanjut dia mengacu pada ancaman serangan Korut, seperti dikutip Fox News, Senin (10/7/2017).
Alaska merupakan kota AS yang memiliki pengalaman pahit terkait serangan bom. Kota itu pernah dibom pada tahun 1942 selama Perang Dunia II dan pada minggu yang sama Jepang menduduki dua pulau Aleutian, pulau di Alaska.
Alaska juga waspada selama Perang Dingin dengan dengan Rusia. Beberapa rumah di Alaska sampai saat ini masih memiliki tempat penampungan.
Meskipun beberapa pihak mengabaikan ancaman serangan Korut, sejumlah anggota parlemen terus menyerukan penguatan pertahanan AS.
”Hari ini, orang-orang Alaska terbangun atas berita yang mengganggu bahwa Korea Utara menguji sebuah rudal yang dikatakan oleh beberapa ahli mungkin dapat mencapai Alaska dalam waktu dekat,” kata Senator Dan Sullivan. ”Sekarang lebih dari sebelumnya, sangat penting bagi orang Alaska dan seluruh negara kita siapkan.”
Sullivan dan Senator Brian Schatz pada bulan Mei lalu memperkenalkan RUU tentang 12 sistem pencegat rudal berbasis darat AS, yang 14 di antaranya akan berlokasi di Alaska. Sistem itu diasumsikan bisa menghancurkan target dengan kekuatan untuk menetralkan kekuatan peledak nuklirnya.
Pentagon sejatinya sudah memiliki total 36 pencegat rudal di bawah tanah di sebuah pangkalan militer di Alaska dan California. Jumlahnya diperkirakan akan meningkat menjadi 44 unit pada akhir tahun ini.
Menurut Profesor Bruce Bechtol dari Angelo State University di Texas, rudal yang diluncurkan Korea Utara bisa mencapai AS jika diposisikan pada sudut peluncuran standar.
”Saya telah mengatakan selama berbulan-bulan bahwa ini tidak lagi 'jika' tapi 'kapan' Kim Jong-un akan mendapatkan kemampuan untuk menyerang kota AS dengan sebuah rudal nuklir,” imbuh Sullivan sebelum peluncuran ICBM Korut yang diklaim berhasil.
(mas)