Yakuza Ingin Dirikan Perusahaan Tentara Swasta di Asia Tenggara
A
A
A
TOKYO - Yakuza yang dikenal sebagai geng sangar di Jepang ingin menjalankan pekerjaannya secara legal dengan berencana mendirikan perusahaan tentara swasta di luar negara asalnya. Perusahaan tentara swasta akan didirikan yakuza di wilayah Asia Tenggara.
Dengan perusahaan militer swasta itu, para anggota yakuza akan menyediakan pengawal dan petugas keamanan untuk bisnis warga Jepang di Asia Tenggara.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Flash, Yoshinori Oda, kepala Ninkyo Dantai Yamaguchi-gumi—salah satu kelompok yakuza Jepang—mengungkap rencana tersebut.
“Di luar Jepang, PMC (private military company) sudah ada di Amerika Serikat dan Eropa,” kata Oda.
”Karena kita tidak bisa masuk ke AS, kita akan mendirikan kantor cabang di Asia Tenggara dan membuat kontrak dengan kantor (bisnis) itu secara terpisah. Setelah menerima permintaan pengawal atau petugas keamanan untuk warga negara Jepang, kami akan dikirim,” ujar Oda, yang dikutip Selasa (27/6/2017).
Rencana yakuza ini muncul setelah perusahaan dan organisasi-organisasi Jepang yang melakukan bisnis di beberapa wilayah Asia mengkhawatirkan nasib keamanan staf mereka. Kekhawatiran muncul setelah tujuh anggota Badan Kerjasama Internasional Jepang terbunuh dalam serangan gerilyawan di sebuah restoran di Bangladesh pada bulan Juli 2016.
Pada bulan Januari 2013, sepuluh insinyur Jepang termasuk di antara lebih dari 40 orang yang terbunuh ketika kelompok fundamentalis Muslim yang menyerang pabrik gas alam di Aljazair.
Jake Adelstein, penulis buku “Tokyo Vice: American Reporter on the Police Beat in Japan” yang juga pakar underwold Jepang, mengatakan bahwa anggota yakuza yang ingin mendirikan perusahaan militer swasta itu adalah pecahan dari kelompok yakuza Kobe Yamaguchi-gumi.
”Polisi menahan sejumlah kelompok itu pekan lalu dengan (tuduhan) pengiriman pistol, yang menunjukkan bahwa mereka mungkin sedikit terlalu bersemangat dalam pekerjaan mereka,” katanya.
”Selain itu, Oda selalu membicarakan pembicaraan besar dan proyek semacam ini,” ujarnya, seperti dilansir South China Morning Post.
”Jelas, kelompok ini juga mencari bisnis yang tidak dilakukan oleh kelompok lain karena mereka digencet di Jepang dengan ketat oleh polisi berkat undang-undang baru yang dirancang untuk melakukan hal itu.”
”Sisi positif lainnya adalah bahwa yakuza membuat tentara yang hebat, mereka umumnya bersedia menyerahkan nyawa untuk atasan mereka, mereka patuh, mereka mahir dalam kekerasan dan banyak dari mereka menikmatinya,” imbuh Adelstein.
Dengan perusahaan militer swasta itu, para anggota yakuza akan menyediakan pengawal dan petugas keamanan untuk bisnis warga Jepang di Asia Tenggara.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Flash, Yoshinori Oda, kepala Ninkyo Dantai Yamaguchi-gumi—salah satu kelompok yakuza Jepang—mengungkap rencana tersebut.
“Di luar Jepang, PMC (private military company) sudah ada di Amerika Serikat dan Eropa,” kata Oda.
”Karena kita tidak bisa masuk ke AS, kita akan mendirikan kantor cabang di Asia Tenggara dan membuat kontrak dengan kantor (bisnis) itu secara terpisah. Setelah menerima permintaan pengawal atau petugas keamanan untuk warga negara Jepang, kami akan dikirim,” ujar Oda, yang dikutip Selasa (27/6/2017).
Rencana yakuza ini muncul setelah perusahaan dan organisasi-organisasi Jepang yang melakukan bisnis di beberapa wilayah Asia mengkhawatirkan nasib keamanan staf mereka. Kekhawatiran muncul setelah tujuh anggota Badan Kerjasama Internasional Jepang terbunuh dalam serangan gerilyawan di sebuah restoran di Bangladesh pada bulan Juli 2016.
Pada bulan Januari 2013, sepuluh insinyur Jepang termasuk di antara lebih dari 40 orang yang terbunuh ketika kelompok fundamentalis Muslim yang menyerang pabrik gas alam di Aljazair.
Jake Adelstein, penulis buku “Tokyo Vice: American Reporter on the Police Beat in Japan” yang juga pakar underwold Jepang, mengatakan bahwa anggota yakuza yang ingin mendirikan perusahaan militer swasta itu adalah pecahan dari kelompok yakuza Kobe Yamaguchi-gumi.
”Polisi menahan sejumlah kelompok itu pekan lalu dengan (tuduhan) pengiriman pistol, yang menunjukkan bahwa mereka mungkin sedikit terlalu bersemangat dalam pekerjaan mereka,” katanya.
”Selain itu, Oda selalu membicarakan pembicaraan besar dan proyek semacam ini,” ujarnya, seperti dilansir South China Morning Post.
”Jelas, kelompok ini juga mencari bisnis yang tidak dilakukan oleh kelompok lain karena mereka digencet di Jepang dengan ketat oleh polisi berkat undang-undang baru yang dirancang untuk melakukan hal itu.”
”Sisi positif lainnya adalah bahwa yakuza membuat tentara yang hebat, mereka umumnya bersedia menyerahkan nyawa untuk atasan mereka, mereka patuh, mereka mahir dalam kekerasan dan banyak dari mereka menikmatinya,” imbuh Adelstein.
(mas)