Kolera Mengamuk di Yaman, Satu Anak Terinfeksi Setiap Menit
A
A
A
SANAA - Epidemi kolera yang berkecamuk di Yaman melonjak lepas kendali, dengan sekitar satu anak jatuh sakit setiap menit. Demikian peringatan sebuah lembaga bantuan.
Save the Children mengatakan ribuan orang bisa meninggal dalam beberapa bulan mendatang dengan perkiraan hingga 300 ribu kasus. Lembaga ini menambahkan bahwa tingkat infeksi telah meningkat tiga kali lipat dalam dua minggu seperti dikutip dari Middle East Monitor (14/6/2017).
Dua tahun perang sipil, kondisi kelaparan dan kekurangan akses terhadap air bersih telah memperburuk penyebaran kolera. Kolera adalah penyakit diare yang dapat membunuh dalam beberapa jam.
Sistem kesehatan negara, yang sudah tidak berdaya, terguncang dengan rumah sakit yang kewalahan dan cepat kehabisan obat-obatan dan cairan intravena.
Badan PBB UNICEF mengatakan lebih dari 920 orang telah meninggal akibat penyakit ini sejak akhir April dan lebih dari 124 ribu kasus telah tercatat di mana hampir setengah dari mereka adalah anak-anak.
Perwakilan Save the Children di Yaman, Grant Pritchard, meminta peningkatan dana darurat untuk mengatasi epidemi ini.
"Sudah saatnya dunia mengambil tindakan sebelum ribuan anak laki-laki dan perempuan Yaman binasa dari penyakit yang sepenuhnya dapat dicegah," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Penyakit, kelaparan dan perang menyebabkan badai bencana yang sempurna bagi masyarakat Yaman. Negara termiskin di wilayah ini hampir mengalami kehancuran total, dan anak-anak sekarat karena mereka tidak dapat mengakses layanan kesehatan dasar," imbuhnya.
Perang sipil Yaman, yang terjadi antara kelompok militan Houthi yang didukung oleh Iran melawan koalisi Arab yang didukung Barat yang dipimpin oleh Arab Saudi, telah menyebabkan 19 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan dengan banyak orang di ambang kelaparan.
Lebih dari 2 juta anak-anak kekurangan gizi akut sehingga sangat rentan terhadap kolera karena sistem mereka yang lemah kurang mampu melawan penyakit, Save the Children mengatakan.
Pritchard mengatakan pembatasan membawa bantuan dan pasokan medis ke Yaman, termasuk penundaan untuk mengakses pelabuhan Hodeidah dan penutupan bandara Sanaa, menimbulkan kesulitan dalam menghentikan epidemi tersebut.
Transportasi yang tidak terjangkau juga membuat sulit bagi orang untuk mencapai perawatan.
Seorang pria mengatakan kepada badan amal bahwa dia telah dipaksa untuk mencari bantuan untuk anak-anaknya di ibukota Sanaa, lebih dari 200 km (125 mil) dari rumahnya, karena rumah sakit setempat penuh. Perjalanan itu memakan biaya 35.000 rial Yaman (USD140).
Seorang perawat di sebuah unit kolera Sanaa mengatakan bahwa suatu hari mereka menerima lebih dari 550 kasus. "Setiap jam kita menerima pasien. Kami bekerja di sini 24 jam. Orang-orang datang dari semua gubernur di seluruh negeri," kata sang perawat.
"Saya telah menemukan banyak cerita sedih," tukasnya.
Save the Children mengatakan ribuan orang bisa meninggal dalam beberapa bulan mendatang dengan perkiraan hingga 300 ribu kasus. Lembaga ini menambahkan bahwa tingkat infeksi telah meningkat tiga kali lipat dalam dua minggu seperti dikutip dari Middle East Monitor (14/6/2017).
Dua tahun perang sipil, kondisi kelaparan dan kekurangan akses terhadap air bersih telah memperburuk penyebaran kolera. Kolera adalah penyakit diare yang dapat membunuh dalam beberapa jam.
Sistem kesehatan negara, yang sudah tidak berdaya, terguncang dengan rumah sakit yang kewalahan dan cepat kehabisan obat-obatan dan cairan intravena.
Badan PBB UNICEF mengatakan lebih dari 920 orang telah meninggal akibat penyakit ini sejak akhir April dan lebih dari 124 ribu kasus telah tercatat di mana hampir setengah dari mereka adalah anak-anak.
Perwakilan Save the Children di Yaman, Grant Pritchard, meminta peningkatan dana darurat untuk mengatasi epidemi ini.
"Sudah saatnya dunia mengambil tindakan sebelum ribuan anak laki-laki dan perempuan Yaman binasa dari penyakit yang sepenuhnya dapat dicegah," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Penyakit, kelaparan dan perang menyebabkan badai bencana yang sempurna bagi masyarakat Yaman. Negara termiskin di wilayah ini hampir mengalami kehancuran total, dan anak-anak sekarat karena mereka tidak dapat mengakses layanan kesehatan dasar," imbuhnya.
Perang sipil Yaman, yang terjadi antara kelompok militan Houthi yang didukung oleh Iran melawan koalisi Arab yang didukung Barat yang dipimpin oleh Arab Saudi, telah menyebabkan 19 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan dengan banyak orang di ambang kelaparan.
Lebih dari 2 juta anak-anak kekurangan gizi akut sehingga sangat rentan terhadap kolera karena sistem mereka yang lemah kurang mampu melawan penyakit, Save the Children mengatakan.
Pritchard mengatakan pembatasan membawa bantuan dan pasokan medis ke Yaman, termasuk penundaan untuk mengakses pelabuhan Hodeidah dan penutupan bandara Sanaa, menimbulkan kesulitan dalam menghentikan epidemi tersebut.
Transportasi yang tidak terjangkau juga membuat sulit bagi orang untuk mencapai perawatan.
Seorang pria mengatakan kepada badan amal bahwa dia telah dipaksa untuk mencari bantuan untuk anak-anaknya di ibukota Sanaa, lebih dari 200 km (125 mil) dari rumahnya, karena rumah sakit setempat penuh. Perjalanan itu memakan biaya 35.000 rial Yaman (USD140).
Seorang perawat di sebuah unit kolera Sanaa mengatakan bahwa suatu hari mereka menerima lebih dari 550 kasus. "Setiap jam kita menerima pasien. Kami bekerja di sini 24 jam. Orang-orang datang dari semua gubernur di seluruh negeri," kata sang perawat.
"Saya telah menemukan banyak cerita sedih," tukasnya.
(ian)