Temui Menlu China, Menlu Retno Bahas Masalah Korut
A
A
A
BEIJING - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dilaporkan telah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Pertemuan itu berlangsung di Diayoutai State Guest House, Beijing, sebelum pelaksanaan pertemuan Belt and Road Forum (BRF)
Dalam pertemuan itu, kedua Menlu membahas sejumlah isu, termasuk di dalamnya perkembangan situasi kawasan termasuk di Semenanjug Korea. Retno menyampaikan pentingnya semua pihak mengambil langkah untuk menahan diri dan mengurangi ketegangan.
Dalam kaitan ini, kedua Menlu menyuarakan agar Korea Utara (Korut) menghormati resolusi PBB, dan mendorong semua pihak untuk mengedepankan dialog dan negosiasi dalam menyelesaikan masalah di Semenanjung Korea.
“Adanya keinginan dari pimpinan baru Korea Selatan (Korsel) untuk lebih mengedepankan dialog merupakan sinyal positif untuk mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea,” tutur Retno, seperti tertuang dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Minggu (14/5).
Di kesempatang yang sama keduanya juga membahas mengenai situasi di Laut China Selatan, dimana kedua Menlu menyambut baik perkembangan perundingan framework Code of Conduct (CoC).
Kedua Menlu menyakini perundingan framework CoC dapat selesai pertengahan 2017, sesuai dengan komitmen Tiongkok tahun lalu dan mandat dari Pemimpin ASEAN. Menlu RI menyampaikan pentingnya China dan ASEAN mulai mengambil langkah untuk mempercepat proses perundingan pasca disepakatinya framework CoC.
“Selesainya framework CoC menunjukan bahwa ASEAN dan China memiliki political will untuk menguragi tensi dan ketegangan di Laut China Selatan,” ungkap Retno.
Dalam pembahasan mengenai kerja sama bilateral, kedua Menlu berhasil memfinalisasi rencana aksi mengenai implementasi kemitraan strategis komprehensif Indonesia-China. Rencana aksi tersebut memuat berbagai langkah dan program yang akan dilakukan di bidang kerja sama politik, hukum, dan keamanan; kerja sama maritim; kerja sama perdagangan, investasi dan pariwisata, serta kerja sama people-to-people contact.
“Rencana aksi akan semakin meningkatkan kerja sama konkrit antara kedua negara, seperti dalam mengatasi dan memerangi perdagangan obat terlarang, terorisme, perdagangan orang, IUU fishing dan kerja sama hukum,” tukasnya.
Dalam pertemuan itu, kedua Menlu membahas sejumlah isu, termasuk di dalamnya perkembangan situasi kawasan termasuk di Semenanjug Korea. Retno menyampaikan pentingnya semua pihak mengambil langkah untuk menahan diri dan mengurangi ketegangan.
Dalam kaitan ini, kedua Menlu menyuarakan agar Korea Utara (Korut) menghormati resolusi PBB, dan mendorong semua pihak untuk mengedepankan dialog dan negosiasi dalam menyelesaikan masalah di Semenanjung Korea.
“Adanya keinginan dari pimpinan baru Korea Selatan (Korsel) untuk lebih mengedepankan dialog merupakan sinyal positif untuk mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea,” tutur Retno, seperti tertuang dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Minggu (14/5).
Di kesempatang yang sama keduanya juga membahas mengenai situasi di Laut China Selatan, dimana kedua Menlu menyambut baik perkembangan perundingan framework Code of Conduct (CoC).
Kedua Menlu menyakini perundingan framework CoC dapat selesai pertengahan 2017, sesuai dengan komitmen Tiongkok tahun lalu dan mandat dari Pemimpin ASEAN. Menlu RI menyampaikan pentingnya China dan ASEAN mulai mengambil langkah untuk mempercepat proses perundingan pasca disepakatinya framework CoC.
“Selesainya framework CoC menunjukan bahwa ASEAN dan China memiliki political will untuk menguragi tensi dan ketegangan di Laut China Selatan,” ungkap Retno.
Dalam pembahasan mengenai kerja sama bilateral, kedua Menlu berhasil memfinalisasi rencana aksi mengenai implementasi kemitraan strategis komprehensif Indonesia-China. Rencana aksi tersebut memuat berbagai langkah dan program yang akan dilakukan di bidang kerja sama politik, hukum, dan keamanan; kerja sama maritim; kerja sama perdagangan, investasi dan pariwisata, serta kerja sama people-to-people contact.
“Rencana aksi akan semakin meningkatkan kerja sama konkrit antara kedua negara, seperti dalam mengatasi dan memerangi perdagangan obat terlarang, terorisme, perdagangan orang, IUU fishing dan kerja sama hukum,” tukasnya.
(esn)