Sejarah Panjang CIA Habisi Para Pemimpin Negara di Seluruh Dunia
A
A
A
JAKARTA - Korea Utara (Korut) menuding badan intelijen Amerika Serikat (AS), CIA, berusaha untuk membunuh pemimpin negara itu Kim Jong-un. Sebelum tuduhan itu menyeruak, CIA memang memiliki sejarah panjang untuk membantu membunuh para pemimpin di seluruh dunia.
Seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (6/5/2017), beberapa operasi CIA yang paling terkenal untuk membunuh pemimpin dunia adalah yang menargetkan mendiang presiden Kuba, Fidel Castro. Upaya berkisar dari penembak jitu hingga plot imajinatif yang layak difilmkan oleh fantasi film mata-mata, seperti cerutu meledak yang terkenal dan setelan pakaian selam beracun.
Namun, walaupun usaha CIA terbukti sia-sia dalam kasus Castro, badan intelijen AS itu sejak 1945 berhasil menggulingkan atau membunuh serangkaian pemimpin di tempat lain di seluruh dunia. Aksi itu dilakukan secara langsung atau, lebih sering, dengan menggunakan militer lokal yang simpatik, penjahat lokal yang disewa atau pembangkang.
Menurut kementerian keamanan Korut, CIA belum meninggalkan cara-cara lama. Dalam sebuah pernyataan, Korut menuduh CIA dan dinas intelijen Korea Selatan (Korsel) berada di balik dugaan upaya pembunuhan yang baru-baru ini terjadi terhadap pemimpinnya Kim Jong-un.
Upaya tersebut, menurut kementerian, melibatkan penggunaan zat biokimia termasuk zat radioaktif dan zat beracun nano. Keuntungan dari cara ini adalah tidak memerlukan akses ke target dan hasilnya akan muncul setelah enam atau 12 tahun.
Baca Juga: Korut: CIA Hendak Habisi Kim Jong-un dengan Racun Kimia
Sosok yang bertanggung jawab langsung atas operasi pembunuhan itu diduga adalah warga Korut yang bekerja untuk badan intelijen asing.
Seorang juru bicara CIA menolak untuk mengomentari tuduhan tersebut.
Tetapi meskipun klaim semacam ini tidak dapat ditampik sebagai tindakan yang benar-benar aneh, mengingat daftar panjang keterlibatan AS dalam kudeta dan pembunuhan di seluruh dunia, agensi tersebut terpaksa mengurangi aksi pembnuhan tersebut. Hal itu sebagai dampak dari penyelidikan Senat AS pada tahun 1970-an yang memperlihatkan skala operasinya.
"Tidak ada pegawai pemerintah Amerika Serikat yang terlibat, atau bersekongkol dalam pembunuhan politik," bunyi perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Presiden Gerald Ford pada tahun 1976 setelah penyelidikan.
Perintah eksekutif itu dikeluarkan sebagian karena malu pada peran CIA yang diekspos publik. Tetapi perintah itu dikeluarkan juga atas dukungan pemerintah federal bahwa kudeta dan pembunuhan yang disponsori AS seringkali ternyata kontra produktif.
Terlepas dari ini, AS tidak pernah benar-benar meninggalkan strategi tersebut, hanya mengubah terminologi dari pembunuhan menjadi pembunuhan yang ditargetkan, mulai dari pemboman udara presiden hingga serangan pesawat tak berawak terhadap para pemimpin teroris yang dituduhkan. Upaya bom udara pada para pemimpin termasuk Muammar Gaddafi Libya pada tahun 1986, Slobodan Milosevic Serbia pada tahun 1999 dan presiden Irak Saddam Hussein pada tahun 2003.
Episode terdokumentasi terdahulu termasuk perdana menteri pertama Kongo, Patrice Lumumba, yang dinilai oleh AS terlalu dekat dengan Rusia. Pada tahun 1960, CIA mengirim seorang ilmuwan untuk membunuhnya dengan virus yang mematikan, meskipun ini menjadi tidak perlu saat dia dicopot dari jabatannya pada tahun 1960 dengan cara lain. Pemimpin lainnya yang menjadi target pembunuhan tahun 1960-an termasuk diktator Dominika Rafael Trujillo, presiden Sukarno dari Indonesia dan presiden Ngo Dinh Diem dari Vietnam Selatan.
Pada tahun 1973, CIA membantu mengorganisir penggulingan presiden Chile, Salvador Allende, yang dianggap terlalu sayap kiri: dia meninggal pada hari kudeta.
Rencana pembunuhan pemimpin Korut sangatlah sederhana. Tapi badan intelijen kerap menggunakan metode yang sederhana untuk melancarkan niatannya. Rencana pembunuhan Jong-un mengingatkan pada pembunuhan terhadap pembangkang Rusia, Alexander Litvinenko pada tahun 2006. Sebuah penyelidikan Inggris menyimpulkan bahwa dia telah dibunuh oleh badan intelijen Rusia yang menggunakan polonium yang disembunyikan di teko.
AS telah mengembangkan metode yang jauh lebih canggih daripada polonium dalam pot teh, terutama di bidang perang elektronik dan cyber. Sebuah dokumen yang dibocorkan oleh WikiLeaks dan dirilis awal tahun ini menunjukkan CIA pada bulan Oktober 2014 meretas sistem kontrol mobil. Kemampuan ini memungkinkan seorang agen menghabisi targetnya dengan berkedok kecelakaan mobil.
Upaya rudal Korut yang gagal baru-baru ini, dan juga kemunduran besar dalam program nuklir Iran, dituding ada campur tangan AS dengan menanam langsung atau tidak langsung virus dalam sistem komputer mereka.
Metode ini sangat jauh dari metode kasar, meskipun imajinatif dan akhirnya terkutuk, yang digunakan untuk melawan Castro. AS mengakui delapan upaya pembunuhan terhadap Castro, meskipun Kuba membuat angka tersebut jauh lebih tinggi, dengan satu perkiraan di antara ratusan lainnya. Castro mengatakan: "Jika berhasil selamat dari upaya pembunuhan di pertandingkan dalam Olimpiade, saya akan memenangkan medali emas."
Seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (6/5/2017), beberapa operasi CIA yang paling terkenal untuk membunuh pemimpin dunia adalah yang menargetkan mendiang presiden Kuba, Fidel Castro. Upaya berkisar dari penembak jitu hingga plot imajinatif yang layak difilmkan oleh fantasi film mata-mata, seperti cerutu meledak yang terkenal dan setelan pakaian selam beracun.
Namun, walaupun usaha CIA terbukti sia-sia dalam kasus Castro, badan intelijen AS itu sejak 1945 berhasil menggulingkan atau membunuh serangkaian pemimpin di tempat lain di seluruh dunia. Aksi itu dilakukan secara langsung atau, lebih sering, dengan menggunakan militer lokal yang simpatik, penjahat lokal yang disewa atau pembangkang.
Menurut kementerian keamanan Korut, CIA belum meninggalkan cara-cara lama. Dalam sebuah pernyataan, Korut menuduh CIA dan dinas intelijen Korea Selatan (Korsel) berada di balik dugaan upaya pembunuhan yang baru-baru ini terjadi terhadap pemimpinnya Kim Jong-un.
Upaya tersebut, menurut kementerian, melibatkan penggunaan zat biokimia termasuk zat radioaktif dan zat beracun nano. Keuntungan dari cara ini adalah tidak memerlukan akses ke target dan hasilnya akan muncul setelah enam atau 12 tahun.
Baca Juga: Korut: CIA Hendak Habisi Kim Jong-un dengan Racun Kimia
Sosok yang bertanggung jawab langsung atas operasi pembunuhan itu diduga adalah warga Korut yang bekerja untuk badan intelijen asing.
Seorang juru bicara CIA menolak untuk mengomentari tuduhan tersebut.
Tetapi meskipun klaim semacam ini tidak dapat ditampik sebagai tindakan yang benar-benar aneh, mengingat daftar panjang keterlibatan AS dalam kudeta dan pembunuhan di seluruh dunia, agensi tersebut terpaksa mengurangi aksi pembnuhan tersebut. Hal itu sebagai dampak dari penyelidikan Senat AS pada tahun 1970-an yang memperlihatkan skala operasinya.
"Tidak ada pegawai pemerintah Amerika Serikat yang terlibat, atau bersekongkol dalam pembunuhan politik," bunyi perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Presiden Gerald Ford pada tahun 1976 setelah penyelidikan.
Perintah eksekutif itu dikeluarkan sebagian karena malu pada peran CIA yang diekspos publik. Tetapi perintah itu dikeluarkan juga atas dukungan pemerintah federal bahwa kudeta dan pembunuhan yang disponsori AS seringkali ternyata kontra produktif.
Terlepas dari ini, AS tidak pernah benar-benar meninggalkan strategi tersebut, hanya mengubah terminologi dari pembunuhan menjadi pembunuhan yang ditargetkan, mulai dari pemboman udara presiden hingga serangan pesawat tak berawak terhadap para pemimpin teroris yang dituduhkan. Upaya bom udara pada para pemimpin termasuk Muammar Gaddafi Libya pada tahun 1986, Slobodan Milosevic Serbia pada tahun 1999 dan presiden Irak Saddam Hussein pada tahun 2003.
Episode terdokumentasi terdahulu termasuk perdana menteri pertama Kongo, Patrice Lumumba, yang dinilai oleh AS terlalu dekat dengan Rusia. Pada tahun 1960, CIA mengirim seorang ilmuwan untuk membunuhnya dengan virus yang mematikan, meskipun ini menjadi tidak perlu saat dia dicopot dari jabatannya pada tahun 1960 dengan cara lain. Pemimpin lainnya yang menjadi target pembunuhan tahun 1960-an termasuk diktator Dominika Rafael Trujillo, presiden Sukarno dari Indonesia dan presiden Ngo Dinh Diem dari Vietnam Selatan.
Pada tahun 1973, CIA membantu mengorganisir penggulingan presiden Chile, Salvador Allende, yang dianggap terlalu sayap kiri: dia meninggal pada hari kudeta.
Rencana pembunuhan pemimpin Korut sangatlah sederhana. Tapi badan intelijen kerap menggunakan metode yang sederhana untuk melancarkan niatannya. Rencana pembunuhan Jong-un mengingatkan pada pembunuhan terhadap pembangkang Rusia, Alexander Litvinenko pada tahun 2006. Sebuah penyelidikan Inggris menyimpulkan bahwa dia telah dibunuh oleh badan intelijen Rusia yang menggunakan polonium yang disembunyikan di teko.
AS telah mengembangkan metode yang jauh lebih canggih daripada polonium dalam pot teh, terutama di bidang perang elektronik dan cyber. Sebuah dokumen yang dibocorkan oleh WikiLeaks dan dirilis awal tahun ini menunjukkan CIA pada bulan Oktober 2014 meretas sistem kontrol mobil. Kemampuan ini memungkinkan seorang agen menghabisi targetnya dengan berkedok kecelakaan mobil.
Upaya rudal Korut yang gagal baru-baru ini, dan juga kemunduran besar dalam program nuklir Iran, dituding ada campur tangan AS dengan menanam langsung atau tidak langsung virus dalam sistem komputer mereka.
Metode ini sangat jauh dari metode kasar, meskipun imajinatif dan akhirnya terkutuk, yang digunakan untuk melawan Castro. AS mengakui delapan upaya pembunuhan terhadap Castro, meskipun Kuba membuat angka tersebut jauh lebih tinggi, dengan satu perkiraan di antara ratusan lainnya. Castro mengatakan: "Jika berhasil selamat dari upaya pembunuhan di pertandingkan dalam Olimpiade, saya akan memenangkan medali emas."
(ian)