Ini Cara Rusia Hadapi Banjir Hoax
Senin, 01 Mei 2017 - 15:16 WIB

Ini Cara Rusia Hadapi Banjir Hoax
A
A
A
JAKARTA - Atase Pers Kedutaan Besar di Rusia di Jakata, Nikolay Karapetyan menuturkan berita hoax, atau berita palsu turut menjadi masalah di Rusia. Dia menuturkan Rusia memiliki sejumlah cara untuk menghalau berita-berita palsu, salah satu caranya adalah dengan melakukan komunikasi dengan masyrakat.
"Kami bekerjasama secara langsung dengan para audiens dan memberikan informasi yang berkualitas secara tepat waktu, yang telah didukung oleh fakta-fakta, angka dan contoh-contoh konkrit. Saya rasa ini menjadi sarana yang paling penting untuk melawan agresi dari sisi informasi," kata Nikolay pada Senin (1/5).
"Kami telah membuka bagian khusus pada website Kemenlu Federasi Rusia, yang mengulas mengenai berita hoax tersebut. Bagian tersebut sudah aktif. Praktis setiap minggu muncul beberapa pemberitaan," sambungnya saat berbicara di World Press Freedom Day di Jakarta.
Dia kemudian menyatakan, Rusia saat ini dijadikan sasaran berita paksu oleh negara-negara Barat, dan pihaknya sangat menyangkan hal ini. Nikolay berharap media-media di Indonesia tidak termakan oleh berita-berita tersebut.
"Kami menyayangkan apa yang terjadi belakangan ini, sehubungan dengan kampanye Barat untuk mengisolasi Rusia secara politik (termasuk di dalamnya yaitu perang informasi), sehingga Rusia seringkali menjadi objek dari fake news yang diberitakan. Justru dalam hal inilah, media massa dipergunakan oleh pemerintah Barat sebagai instrumen dalam perang informasi. Seringkali terjadi pada ruang publik dimana media dan pejabat, hal ini yg kami sesalkan, memberitakan fake news mengenai Rusia, tanpa berusaha memeriksa ulang berita tersebut dari sumber-sumber Rusia. Dan ketika Rusia mengumgkapkan sudut pandangnya, media justru mengabaikannya," ucapnya.
"Kami menghimbau kepada rekan-rekan wartawan di Indonesia agar tidak langsung mempublikasikan fake news dari Barat. Kami mohon untuk dapat melakukan pendekatan yg lebih menyeluruh. Kedubes Rusia siap dan bersedia memberikan informasi," tukasnya.
"Kami bekerjasama secara langsung dengan para audiens dan memberikan informasi yang berkualitas secara tepat waktu, yang telah didukung oleh fakta-fakta, angka dan contoh-contoh konkrit. Saya rasa ini menjadi sarana yang paling penting untuk melawan agresi dari sisi informasi," kata Nikolay pada Senin (1/5).
"Kami telah membuka bagian khusus pada website Kemenlu Federasi Rusia, yang mengulas mengenai berita hoax tersebut. Bagian tersebut sudah aktif. Praktis setiap minggu muncul beberapa pemberitaan," sambungnya saat berbicara di World Press Freedom Day di Jakarta.
Dia kemudian menyatakan, Rusia saat ini dijadikan sasaran berita paksu oleh negara-negara Barat, dan pihaknya sangat menyangkan hal ini. Nikolay berharap media-media di Indonesia tidak termakan oleh berita-berita tersebut.
"Kami menyayangkan apa yang terjadi belakangan ini, sehubungan dengan kampanye Barat untuk mengisolasi Rusia secara politik (termasuk di dalamnya yaitu perang informasi), sehingga Rusia seringkali menjadi objek dari fake news yang diberitakan. Justru dalam hal inilah, media massa dipergunakan oleh pemerintah Barat sebagai instrumen dalam perang informasi. Seringkali terjadi pada ruang publik dimana media dan pejabat, hal ini yg kami sesalkan, memberitakan fake news mengenai Rusia, tanpa berusaha memeriksa ulang berita tersebut dari sumber-sumber Rusia. Dan ketika Rusia mengumgkapkan sudut pandangnya, media justru mengabaikannya," ucapnya.
"Kami menghimbau kepada rekan-rekan wartawan di Indonesia agar tidak langsung mempublikasikan fake news dari Barat. Kami mohon untuk dapat melakukan pendekatan yg lebih menyeluruh. Kedubes Rusia siap dan bersedia memberikan informasi," tukasnya.
(esn)