Takut Diserang Korut, Warga Jepang Pesan Bunker Nuklir
A
A
A
TOKYO - Sebuah perusahaan Jepang pembuat bunker untuk berlindung dari serangan nuklir mengaku menerima pesanan dari sejumlah warga di negara tersebut sejak awal April. Pesanan bunker nuklir bermunculan setelah warga Jepang takut Korea Utara (Korut) meluncurkan serangan.
Perusahaan pembuat bunker nuklir itu adalah Oribe Seiki Seisakusho. Direktur perusahaan, Nobuko Oribe, mengatakan sejak awal April sudah ada delapan permintaan hunian bawah tanah yang bisa melindungi penghuninya dari serangan bom nuklir. Hunian yang dipesan juga diminta dilengkapi pemurni udara.
Fasilitas pemurni udara diperlukan karena warga Jepang khawatir Korut bisa meluncurkan serangan senjata kimia beracun, termasuk gas sarin.
Sebelum krisis nuklir Korut memanas, perusahaan itu hanya memiliki enam kontrak sepanjang tahunnya. Tapi, kini permintaan telah meningkat.
”Butuh waktu dan uang untuk membangun tempat penampungan. Tapi semua yang kita dengar akhir-akhir ini, dalam suasana tegang ini, mereka menginginkannya sekarang. Mereka meminta kami untuk segera datang dan memberi mereka perkiraan,” kata Oribe kepada Reuters, yang dilansir Selasa (25/4/2017).
Menurut Oribe, sekitar 50 pembersih atau pemurni udara buatan Swiss telah terjual habis. Fasilitas pembersih udara ini bekerja mengatasi radiasi dan gas beracu.
Oribe berniat membeli lebih banyak alat pembersih udara untuk dijual kepada warga Jepang.
Harga alat pembersih untuk enam orang dipatok sekitar 620.000 yen (sekitar Rp74,9 juta). Sedangkan untuk 13 orang, alat yang dipasang di bunker keluarga tersebut dijual sekitar 1,7 juta yen (sekitar Rp205,5 juta).
Oribe mengatakan, pemesan bunker nuklir bukan hanya kalangan rumah-rumah pribadi, tapi juga sejumlah perusahaan.
Oribe Seiki Seisakusho dalam sebuah iklannya mengatakan bahwa bunker yang mereka jual berupa terowongan tertutup rapat yang dilengkapi dengan filter gas radioaktif dan beracun. Bunker itu diklaim menahan serangan yang setara dengan bom atom yang dijatuhkan oleh militer AS di Hiroshima pada tahun 1945, jika bom tersebut jatuh sekitar 660 meter atau lebih dari terowongan.
Sebuah perusahaan serupa, Earth Shift, yang berbasis di Prefektur Shizuoka juga mengaku menerima permintaan bunker 10 kali lebih banyak dari sebelumnya.
Manajer penjualan perusahaan tersebut, Akira Shiga, mengatakan jumlah pesanan yang datang dari pelanggan di seluruh wilayah Jepang terus meningkat sejak Februari. Pemerintah Jepang sendiri telah mendesak pemerintah daerah masing-masing untuk melakukan evakuasi jika terjadi serangan rudal asing.
Kecemasan warga Jepang bermunculan setelah dua kapal perang Angkatan Laut Jepang dikirim untuk bergabung dengan armada kapal induk AS, USS Carl Vinson, yang sedang dalam perjalanan ke Semenanjung Korea untuk latihan perang guna menekan Korut. Rezim Korut yang dipimpin Kim Jong-un telah mengancam akan mengenggelamkan kapal induk AS itu dengan satu serangan.
Perusahaan pembuat bunker nuklir itu adalah Oribe Seiki Seisakusho. Direktur perusahaan, Nobuko Oribe, mengatakan sejak awal April sudah ada delapan permintaan hunian bawah tanah yang bisa melindungi penghuninya dari serangan bom nuklir. Hunian yang dipesan juga diminta dilengkapi pemurni udara.
Fasilitas pemurni udara diperlukan karena warga Jepang khawatir Korut bisa meluncurkan serangan senjata kimia beracun, termasuk gas sarin.
Sebelum krisis nuklir Korut memanas, perusahaan itu hanya memiliki enam kontrak sepanjang tahunnya. Tapi, kini permintaan telah meningkat.
”Butuh waktu dan uang untuk membangun tempat penampungan. Tapi semua yang kita dengar akhir-akhir ini, dalam suasana tegang ini, mereka menginginkannya sekarang. Mereka meminta kami untuk segera datang dan memberi mereka perkiraan,” kata Oribe kepada Reuters, yang dilansir Selasa (25/4/2017).
Menurut Oribe, sekitar 50 pembersih atau pemurni udara buatan Swiss telah terjual habis. Fasilitas pembersih udara ini bekerja mengatasi radiasi dan gas beracu.
Oribe berniat membeli lebih banyak alat pembersih udara untuk dijual kepada warga Jepang.
Harga alat pembersih untuk enam orang dipatok sekitar 620.000 yen (sekitar Rp74,9 juta). Sedangkan untuk 13 orang, alat yang dipasang di bunker keluarga tersebut dijual sekitar 1,7 juta yen (sekitar Rp205,5 juta).
Oribe mengatakan, pemesan bunker nuklir bukan hanya kalangan rumah-rumah pribadi, tapi juga sejumlah perusahaan.
Oribe Seiki Seisakusho dalam sebuah iklannya mengatakan bahwa bunker yang mereka jual berupa terowongan tertutup rapat yang dilengkapi dengan filter gas radioaktif dan beracun. Bunker itu diklaim menahan serangan yang setara dengan bom atom yang dijatuhkan oleh militer AS di Hiroshima pada tahun 1945, jika bom tersebut jatuh sekitar 660 meter atau lebih dari terowongan.
Sebuah perusahaan serupa, Earth Shift, yang berbasis di Prefektur Shizuoka juga mengaku menerima permintaan bunker 10 kali lebih banyak dari sebelumnya.
Manajer penjualan perusahaan tersebut, Akira Shiga, mengatakan jumlah pesanan yang datang dari pelanggan di seluruh wilayah Jepang terus meningkat sejak Februari. Pemerintah Jepang sendiri telah mendesak pemerintah daerah masing-masing untuk melakukan evakuasi jika terjadi serangan rudal asing.
Kecemasan warga Jepang bermunculan setelah dua kapal perang Angkatan Laut Jepang dikirim untuk bergabung dengan armada kapal induk AS, USS Carl Vinson, yang sedang dalam perjalanan ke Semenanjung Korea untuk latihan perang guna menekan Korut. Rezim Korut yang dipimpin Kim Jong-un telah mengancam akan mengenggelamkan kapal induk AS itu dengan satu serangan.
(mas)