Eks Kepala AL Inggris: Perang Nuklir Korut vs AS akan Jadi Malapetaka
A
A
A
LONDON - Mantan Kepala Angkatan Laut Inggris, Laksamana Lord West, memperingatkan bahwa warga dunia akan melihat malapetaka jika perang nuklir Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS) benar-benar pecah. Menurutnya, retorika Kim Jong-un untuk menyerang Pantai Timur AS dengan rudal nuklir akan jadi pemicu konflik kedua negara yang tak terelakkan.
West yakin setiap presiden AS—apakah itu Donald Trump maupun Hillary Clinton—tidak akan membiarkan pemimpin Korut Kim Jong-un, “bersuara gila” untuk mendapatkan rudal balistik antarbenua (ICBM) nuklir.
“Konsekuensinya akan menjadi bencana besar dan ini sangat mengkhawatirkan saya,” katanya kepada Daily Star Online, Senin (24/4/2017).
”Saya tidak percaya ada presiden Amerika yang mengizinkan Kim Jong-un berada dalam posisi untuk mengatakan 'Anda memberi saya beberapa makanan lagi dan hentikan sanksi ini, jika tidak saya akan menghancurkan San Francisco',” seloroh West.
Veteran perang Falklands ini sebelumnya memperingatkan bahwa dunia berada pada risiko tertinggi terhadap serangan nuklir dalam satu dekade, karena konflik berkobar di Pasifik, Timur Tengah dan perseteruan antara Rusia dan AS.
“Tidak dapat dibayangkan bahwa negara Amerika mengizinkan Kim Jong-un untuk mengembangkan sebuah rudal balistik yang sebenarnya memiliki hulu ledak fungsional yang dapat dibawa untuk menyerang negara bagian Barat,” ujarnya.
Armada tempur kuat AS yang dipimpin kapal induk USS Carl Vinson telah menuju Semenanjung Korea setelah melintasi Samudra Hindia. Kim Jong-un dikhawatirkan akan meledakkan bom nuklir keenamnya pada puncak perayaan Hari Ulang Tahun Militer Korut pada 25 April besok.
Laksamana West mengatakan Korut tampaknya telah bergerak maju dalam hal mendapatkan kemampuan senjata nuklir yang bisa menghantam AS.
Menurutnya, ada risiko bahwa AS mungkin akan dipaksa untuk meluncurkan serangan besar-besaran dengan bom dan rudal jelajah untuk memastikan Pyongyang tidak dapat mengembangkan senjata yang mampu menyerang AS.
Trump, ujarnya, tidak akan mengambil risiko menggunakan senjata nuklir untuk melawan Korut karena akan dampaknya secara global mengerikan.
Saat ini, China dan Rusia sudah khawatir dengan kemungkinan banjir pengungsi Korut di perbatasan mereka jika AS nekat menyerang Pyongyang.
“Jika saya orang Amerika dan terus berlanjut seperti ini, saya akan mengatakan kepada China bahwa kita tidak akan memaksa pasukan di Korea (Korut dan Korea Selatan) bersatu,” ujarnya. ”Penyatuan Korea akan membuat penyatuan Jerman di akhir Perang Dingin yang terlihat seperti pakan ayam.”
”Korut sangat berbeda dengan Korea Selatan dan sangat miskin dalam banyak hal, itu akan sangat menguras mereka,” imbuh West.
West yakin setiap presiden AS—apakah itu Donald Trump maupun Hillary Clinton—tidak akan membiarkan pemimpin Korut Kim Jong-un, “bersuara gila” untuk mendapatkan rudal balistik antarbenua (ICBM) nuklir.
“Konsekuensinya akan menjadi bencana besar dan ini sangat mengkhawatirkan saya,” katanya kepada Daily Star Online, Senin (24/4/2017).
”Saya tidak percaya ada presiden Amerika yang mengizinkan Kim Jong-un berada dalam posisi untuk mengatakan 'Anda memberi saya beberapa makanan lagi dan hentikan sanksi ini, jika tidak saya akan menghancurkan San Francisco',” seloroh West.
Veteran perang Falklands ini sebelumnya memperingatkan bahwa dunia berada pada risiko tertinggi terhadap serangan nuklir dalam satu dekade, karena konflik berkobar di Pasifik, Timur Tengah dan perseteruan antara Rusia dan AS.
“Tidak dapat dibayangkan bahwa negara Amerika mengizinkan Kim Jong-un untuk mengembangkan sebuah rudal balistik yang sebenarnya memiliki hulu ledak fungsional yang dapat dibawa untuk menyerang negara bagian Barat,” ujarnya.
Armada tempur kuat AS yang dipimpin kapal induk USS Carl Vinson telah menuju Semenanjung Korea setelah melintasi Samudra Hindia. Kim Jong-un dikhawatirkan akan meledakkan bom nuklir keenamnya pada puncak perayaan Hari Ulang Tahun Militer Korut pada 25 April besok.
Laksamana West mengatakan Korut tampaknya telah bergerak maju dalam hal mendapatkan kemampuan senjata nuklir yang bisa menghantam AS.
Menurutnya, ada risiko bahwa AS mungkin akan dipaksa untuk meluncurkan serangan besar-besaran dengan bom dan rudal jelajah untuk memastikan Pyongyang tidak dapat mengembangkan senjata yang mampu menyerang AS.
Trump, ujarnya, tidak akan mengambil risiko menggunakan senjata nuklir untuk melawan Korut karena akan dampaknya secara global mengerikan.
Saat ini, China dan Rusia sudah khawatir dengan kemungkinan banjir pengungsi Korut di perbatasan mereka jika AS nekat menyerang Pyongyang.
“Jika saya orang Amerika dan terus berlanjut seperti ini, saya akan mengatakan kepada China bahwa kita tidak akan memaksa pasukan di Korea (Korut dan Korea Selatan) bersatu,” ujarnya. ”Penyatuan Korea akan membuat penyatuan Jerman di akhir Perang Dingin yang terlihat seperti pakan ayam.”
”Korut sangat berbeda dengan Korea Selatan dan sangat miskin dalam banyak hal, itu akan sangat menguras mereka,” imbuh West.
(mas)