Oposisi Venezuela Gelar Demo Terbesar
A
A
A
CARACAS - Oposisi Venezuela menggelar unjuk rasa terbesar yang mereka sebut ”ibu dari semua protes” pada Rabu (19/4) waktu setempat. Mereka menuduh Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengambil langkah-langkah keras untuk menumpas semua kritik terkait krisis ekonomi yang kian memburuk. Selama ini, berbagai unjuk rasa di negara itu telah memicu kerusuhan yang menewaskan lima orang.
Unjuk rasa terbesar sepanjang sejarah Venezuela kali ini bertujuan mendesak pemerintah memberi kejelasan waktu untuk pemilu, menghentikan aksi brutal aparat keamanan terhadap para demonstran dan pemerintah harus menghormati otonomi parlemen yang dipimpin oposisi. Oposisi berkumpul di lebih dari dua puluh lokasi di penjuru Caracas dan berjalan menuju kantor Ombudsman, penjamin hak asasi manusia.
Upaya sebelumnya untuk menggelar pawai semacam itu dihalangi Garda Nasional hingga berakhir bentrok. Seperti biasanya, otoritas Venezuela akan menutup 27 stasiun kereta api (metro) dan mendirikan pos-pos pemeriksaan untuk menghambat arus warga yang ingin masuk kota. Para pejabat Partai Sosialis menuduh pawai oposisi itu upaya mengacaukan pemerintahan.
Para demonstran juga dituduh melakukan vandalisme. ”Mobilisasi massal Chavista menuju Caracas telah dimulai. Biarkan semua berkumpul dengan damai, membela tanah air, konstitusi, dan revolusi,” tulis Wakil Presiden Partai Sosialis Diosdado Cabello, merujuk pada mendiang pemimpin sosialis Hugo Chavez.
Madoro menyebut berbagai unjuk rasa oleh oposisi itu hanya memicu kekerasan dan bertujuan menggulingkan pemerintahannya. Dia pun menyeru para pendukung Partai Sosialis yang berkuasa untuk menggelar demonstrasi tandingan di Caracas. ”Ini pemerintahan di fase terminal. Ini terus memanas dan memaksa Maduro dan rezimnya untuk menggelar pemilu yang bebas dan demokratis,” ungkap calon presiden Henrique Capriles pada kantor berita Reuters.
Warga Venezuela selama bertahun-tahun khawatir tentang krisis ekonomi yang produkproduk kebutuhan pokoknya sulit diperoleh dan inflasi mencapai tiga digit yang terus menggerus daya beli konsumen. Adapun keputusan Mahkamah Agung (MA) pada Maret yang melemahkan wewenang Kongres yang dikuasai oposisi, memicu protes hingga sekarang.
Kemarahan publik meningkat dengan keputusan Kantor Pengawas Nasional awal bulan ini yang mendiskualifikasi Capriles untuk memegang jabatan publik selama 15 tahun sehingga mematikan harapannya menjadi presiden. Dewan pemilu yang condong pada pemerintah juga menunda semua pemilu gubernur negara bagian yang seharusnya digelar tahun lalu.
Oposisi menyatakan keputusan ini muncul karena Partai Sosialis yang berkuasa akan mengalami banyak kekalahan dalam pemilu tersebut. Sebelas negara Amerika Latin lantas mengeluarkan pernyataangabunganpekaniniyangmendesak pemerintah Venezuela menetapkan waktu untuk pemilu sehingga akan ada solusi cepat bagi krisis di negara tersebut. Berbagai unjuk rasa di Venezuela sering berakhir bentrok antara demonstran dan aparat keamanan.
Para pemuda yang melemparkan batu dibalas dengan tembakan gas air mata oleh aparat keamanan. Berbagai bentrok itu sering kali berlangsung hingga malam. Para pemimpin oposisi menuduh pemerintah melakukan penyusupan dalam berbagai unjuk rasa sehingga terjadi kerusuhan untuk memojokkan oposisi.
Oposisi sayap kanan tengah berulang kali mendorong militer untuk melepas dukungan terhadap Maduro. ”Ini saatnya bagi kekuatan angkatan bersenjata menunjukkan bahwa mereka bersama konstitusi dan bersama rakyat,” ungkap pemimpin oposisi di Kongres, Julio Borges. Meski demikian, Menteri Pertahanan Venezuela Jenderal Vladimir Padrino Lopez menegaskan militer setia tanpa syarat kepada pemerintah.
Maduro menegaskan, Borges berupaya mengudeta dia dan anggota parlemen oposisi harus diadili. Presiden Maduro juga mengerahkan pasukannya pekan ini. Dia berjanji mengirim militer ke jalanan dan memerintahkan milisi propemerintah ditambah hingga setengah juta orang, dan semuanya akan dipersenjatai.
”Jam perang telah tiba. Kita di momen penting dalam takdir bangsa kita,” tegas Maduro. Kubu pendukung Maduro menegaskan mereka tidak akan gentar dengan oposisi. ”Seluruh Caracas akan dikendalikan kekuatan revolusioner,” ungkap anggota parlemen Diosdado Cabello, salah satu pendukung kuat Presiden Maduro.
Unjuk rasa terbesar sepanjang sejarah Venezuela kali ini bertujuan mendesak pemerintah memberi kejelasan waktu untuk pemilu, menghentikan aksi brutal aparat keamanan terhadap para demonstran dan pemerintah harus menghormati otonomi parlemen yang dipimpin oposisi. Oposisi berkumpul di lebih dari dua puluh lokasi di penjuru Caracas dan berjalan menuju kantor Ombudsman, penjamin hak asasi manusia.
Upaya sebelumnya untuk menggelar pawai semacam itu dihalangi Garda Nasional hingga berakhir bentrok. Seperti biasanya, otoritas Venezuela akan menutup 27 stasiun kereta api (metro) dan mendirikan pos-pos pemeriksaan untuk menghambat arus warga yang ingin masuk kota. Para pejabat Partai Sosialis menuduh pawai oposisi itu upaya mengacaukan pemerintahan.
Para demonstran juga dituduh melakukan vandalisme. ”Mobilisasi massal Chavista menuju Caracas telah dimulai. Biarkan semua berkumpul dengan damai, membela tanah air, konstitusi, dan revolusi,” tulis Wakil Presiden Partai Sosialis Diosdado Cabello, merujuk pada mendiang pemimpin sosialis Hugo Chavez.
Madoro menyebut berbagai unjuk rasa oleh oposisi itu hanya memicu kekerasan dan bertujuan menggulingkan pemerintahannya. Dia pun menyeru para pendukung Partai Sosialis yang berkuasa untuk menggelar demonstrasi tandingan di Caracas. ”Ini pemerintahan di fase terminal. Ini terus memanas dan memaksa Maduro dan rezimnya untuk menggelar pemilu yang bebas dan demokratis,” ungkap calon presiden Henrique Capriles pada kantor berita Reuters.
Warga Venezuela selama bertahun-tahun khawatir tentang krisis ekonomi yang produkproduk kebutuhan pokoknya sulit diperoleh dan inflasi mencapai tiga digit yang terus menggerus daya beli konsumen. Adapun keputusan Mahkamah Agung (MA) pada Maret yang melemahkan wewenang Kongres yang dikuasai oposisi, memicu protes hingga sekarang.
Kemarahan publik meningkat dengan keputusan Kantor Pengawas Nasional awal bulan ini yang mendiskualifikasi Capriles untuk memegang jabatan publik selama 15 tahun sehingga mematikan harapannya menjadi presiden. Dewan pemilu yang condong pada pemerintah juga menunda semua pemilu gubernur negara bagian yang seharusnya digelar tahun lalu.
Oposisi menyatakan keputusan ini muncul karena Partai Sosialis yang berkuasa akan mengalami banyak kekalahan dalam pemilu tersebut. Sebelas negara Amerika Latin lantas mengeluarkan pernyataangabunganpekaniniyangmendesak pemerintah Venezuela menetapkan waktu untuk pemilu sehingga akan ada solusi cepat bagi krisis di negara tersebut. Berbagai unjuk rasa di Venezuela sering berakhir bentrok antara demonstran dan aparat keamanan.
Para pemuda yang melemparkan batu dibalas dengan tembakan gas air mata oleh aparat keamanan. Berbagai bentrok itu sering kali berlangsung hingga malam. Para pemimpin oposisi menuduh pemerintah melakukan penyusupan dalam berbagai unjuk rasa sehingga terjadi kerusuhan untuk memojokkan oposisi.
Oposisi sayap kanan tengah berulang kali mendorong militer untuk melepas dukungan terhadap Maduro. ”Ini saatnya bagi kekuatan angkatan bersenjata menunjukkan bahwa mereka bersama konstitusi dan bersama rakyat,” ungkap pemimpin oposisi di Kongres, Julio Borges. Meski demikian, Menteri Pertahanan Venezuela Jenderal Vladimir Padrino Lopez menegaskan militer setia tanpa syarat kepada pemerintah.
Maduro menegaskan, Borges berupaya mengudeta dia dan anggota parlemen oposisi harus diadili. Presiden Maduro juga mengerahkan pasukannya pekan ini. Dia berjanji mengirim militer ke jalanan dan memerintahkan milisi propemerintah ditambah hingga setengah juta orang, dan semuanya akan dipersenjatai.
”Jam perang telah tiba. Kita di momen penting dalam takdir bangsa kita,” tegas Maduro. Kubu pendukung Maduro menegaskan mereka tidak akan gentar dengan oposisi. ”Seluruh Caracas akan dikendalikan kekuatan revolusioner,” ungkap anggota parlemen Diosdado Cabello, salah satu pendukung kuat Presiden Maduro.
(esn)