Mesir Berlakukan Darurat Nasional
A
A
A
KAIRO - Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi mendeklarasikan darurat negara selama tiga bulan setelah ledakan bom mematikan mengguncang dua gereja Kristen Koptik di dua kota besar saat perayaan Minggu Palem. Selain itu, Al-Sisi menyatakan Mesir akan menjalani tiga hari berkabung nasional.
Pemerintah Mesir juga akan membentuk Dewan Agung untuk mengatasi kasus terorisme dan ekstremisme. “Serangan itu tidak akan mengendurkan tekad kami untuk menumpas pasukan jahat, tapi justru semakin menguat,” ujar Sisi dalam siaran pers, dikutip CNN .
Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab dalam serangan tersebut. Di dalam telegram, pendukung ISIS menyatakan pelaku pengeboman berkewarga negaraan Mesir. Namun, sejauh ini pemerintah Mesir tidak mengungkap identitas pelaku.
ISIS menyampaikan akan kembali meluncurkan serangan serupa. “Mereka harus sadar “utang” mereka sangat besar. Mereka akan membayarnya dari anak-anak mereka seperti sungai darah jika Tuhan menghendaki,” ungkap ISIS dalam bahasa Arab.
Total korban tewas meningkat setidaknya menjadi 49 orang. Seperti dilansir media milik pemerintah Mesir Al Ahram , sedikitnya 27 orang tewas dan 78 orang luka-luka di Gereja Mar Girgis di Kota Tanta, Delta Nil, Mesir.
Adapun di gerbang Gereja Saint Mark, Kota Alexandria, 18 warga sipil dan empat petugas polisi tewas. Pengeboman terjadi pada Minggu (9/4). Saat itu umat Kristen Koptik menunaikan salah satu ibadah paling suci dalam kalender mereka, yakni Minggu Palem. Lantunan nyanyian pun berubah menjadi teriakan histeris setelah bom yang diyakini dipasang di bawah bangku meledak. Sebagian benda yang ada di dalam gereja hancur.
“Saya melihat beberapa tiang marmer berlumuran darah,” ujar saksi Peter Kamel. Menurut Kamel, sebagian besar korban luka-luka merupakan pendeta dan jemaatnya. Sejam setelah peristiwa itu, seorang pelaku bom bunuh diri kemudian melancarkan aksinya di depan gerbang Gereja Saint Mark setelah dicegah polisi. Kementerian Dalam Negeri Mesir menyatakan dua petugas kepolisian, laki-laki dan perempuan, tewas di tempat.
Saksi lainnya, Maged Butter, mengaku melihat enam ambulans berada 100 meter dari tempat kejadian. Seorang perempuan menangis sambil menyalahkan polisi yang dianggapnya berdiam diri. “Dia juga terus bertanya sambil terus menangis, apakah kamu melihat keluarga saya?” kata Butter. Fadi Sami yang saat kejadian sedang duduk di Katedral Alexandria mengaku mendengar berita pengeboman di Tanta.
Dia menjadi khawatir karena tokoh besar Gereja Koptik Mesir, Paus Tawadros II, mulai terbata-bata dan tampak sedih. Setelah itu, Sami keluar dari katedral. Sekitar 20 menit kemudian, ledakan bom juga terjadi di depan gerbang Gereja Saint Mark.
“Saya kembali ke sana dan mendapati asap membubung. Toko-toko di sekitar gereja hancur berserakan. Saya melihat banyak jenazah dan bagian tubuh, baik di dalam gerbang maupun di luar,” tandasnya.
Pemerintah Mesir juga akan membentuk Dewan Agung untuk mengatasi kasus terorisme dan ekstremisme. “Serangan itu tidak akan mengendurkan tekad kami untuk menumpas pasukan jahat, tapi justru semakin menguat,” ujar Sisi dalam siaran pers, dikutip CNN .
Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab dalam serangan tersebut. Di dalam telegram, pendukung ISIS menyatakan pelaku pengeboman berkewarga negaraan Mesir. Namun, sejauh ini pemerintah Mesir tidak mengungkap identitas pelaku.
ISIS menyampaikan akan kembali meluncurkan serangan serupa. “Mereka harus sadar “utang” mereka sangat besar. Mereka akan membayarnya dari anak-anak mereka seperti sungai darah jika Tuhan menghendaki,” ungkap ISIS dalam bahasa Arab.
Total korban tewas meningkat setidaknya menjadi 49 orang. Seperti dilansir media milik pemerintah Mesir Al Ahram , sedikitnya 27 orang tewas dan 78 orang luka-luka di Gereja Mar Girgis di Kota Tanta, Delta Nil, Mesir.
Adapun di gerbang Gereja Saint Mark, Kota Alexandria, 18 warga sipil dan empat petugas polisi tewas. Pengeboman terjadi pada Minggu (9/4). Saat itu umat Kristen Koptik menunaikan salah satu ibadah paling suci dalam kalender mereka, yakni Minggu Palem. Lantunan nyanyian pun berubah menjadi teriakan histeris setelah bom yang diyakini dipasang di bawah bangku meledak. Sebagian benda yang ada di dalam gereja hancur.
“Saya melihat beberapa tiang marmer berlumuran darah,” ujar saksi Peter Kamel. Menurut Kamel, sebagian besar korban luka-luka merupakan pendeta dan jemaatnya. Sejam setelah peristiwa itu, seorang pelaku bom bunuh diri kemudian melancarkan aksinya di depan gerbang Gereja Saint Mark setelah dicegah polisi. Kementerian Dalam Negeri Mesir menyatakan dua petugas kepolisian, laki-laki dan perempuan, tewas di tempat.
Saksi lainnya, Maged Butter, mengaku melihat enam ambulans berada 100 meter dari tempat kejadian. Seorang perempuan menangis sambil menyalahkan polisi yang dianggapnya berdiam diri. “Dia juga terus bertanya sambil terus menangis, apakah kamu melihat keluarga saya?” kata Butter. Fadi Sami yang saat kejadian sedang duduk di Katedral Alexandria mengaku mendengar berita pengeboman di Tanta.
Dia menjadi khawatir karena tokoh besar Gereja Koptik Mesir, Paus Tawadros II, mulai terbata-bata dan tampak sedih. Setelah itu, Sami keluar dari katedral. Sekitar 20 menit kemudian, ledakan bom juga terjadi di depan gerbang Gereja Saint Mark.
“Saya kembali ke sana dan mendapati asap membubung. Toko-toko di sekitar gereja hancur berserakan. Saya melihat banyak jenazah dan bagian tubuh, baik di dalam gerbang maupun di luar,” tandasnya.
(esn)