Putin Diduga Jadi Target Bom St Petersburg
A
A
A
ST PETERSBURG - Presiden Rusia Vladmir Putin diduga jadi target serangan bom di St Petersburg yang menewaskan 11 orang dan melukai sekitar 50 orang lainnya. Dugaan ini muncul karena Putin sedang berada di St Petersburg saat ledakan terjadi.
Ledakan bom di kereta bawah tanah di stasiun metro Tekhnologichesky Institut pada Senin sore.
Pria Rusia 22 tahun kelahiran Kyrgyztan diduga kuat sebagai pelaku bom bunuh diri di kereta bawah tanah. Dampak ledakan itu mengerikan, di mana gerbong kereta berlubang, sementara sejumlah mayat korban tergeletak di sekitar lokasi ledakan.
Ketua Komite Pertahanan Majelis Tinggi Rusia Viktor Ozerov mengatakan, kemungkinan Presiden Putin menjadi target serangan bom tidak bisa dikesampingkan. Menurutnya, saat ledakan terjadi Putin berada di forum media.
“Pemilihan tempat dan waktu ledakan ini tidak disengaja, Presiden Rusia di (Saint Petersburg), sebuah forum media berlangsung di sana, ada banyak wartawan,” katanya, seperti dikutip Sputnik, Selasa (4/4/2017).
Di masa lalu, Rusia telah menjadi target sejumlah serangan bom, yang rata-rata terjadi di moda transportasi umum. Sebagian besar pelakunya adalah para gerilyawan asal wilayah Kaukasus Utara Rusia.
Namun, para ahli keamanan menyatakan intervensi militer Rusia di Suriah telah membuat Rusia menjadi target potensial untuk serangan, terutama dari loyalis kelompok Islamic State atau ISIS.
Sementara itu, Presiden Putin belum berani menyimpulkan penyebab ledakan di kereta bawah tanah. ”Penyebab tidak jelas, sehingga terlalu dini untuk berbicara tentang ini. Penyelidikan akan mengungkapkannya,” kata Putin.
”Namun, jelas kami selalu mempertimbangkan semua opsi, termasuk manifestasi dari sifat (serangan) teroris,” ujar Putin.
Sebaliknya, Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev melalui halaman Facebook-nya menyatakan serangan bom di kereta bawah tanah di St Petersburg merupakan serangan teroris.
Ledakan bom di kereta bawah tanah di stasiun metro Tekhnologichesky Institut pada Senin sore.
Pria Rusia 22 tahun kelahiran Kyrgyztan diduga kuat sebagai pelaku bom bunuh diri di kereta bawah tanah. Dampak ledakan itu mengerikan, di mana gerbong kereta berlubang, sementara sejumlah mayat korban tergeletak di sekitar lokasi ledakan.
Ketua Komite Pertahanan Majelis Tinggi Rusia Viktor Ozerov mengatakan, kemungkinan Presiden Putin menjadi target serangan bom tidak bisa dikesampingkan. Menurutnya, saat ledakan terjadi Putin berada di forum media.
“Pemilihan tempat dan waktu ledakan ini tidak disengaja, Presiden Rusia di (Saint Petersburg), sebuah forum media berlangsung di sana, ada banyak wartawan,” katanya, seperti dikutip Sputnik, Selasa (4/4/2017).
Di masa lalu, Rusia telah menjadi target sejumlah serangan bom, yang rata-rata terjadi di moda transportasi umum. Sebagian besar pelakunya adalah para gerilyawan asal wilayah Kaukasus Utara Rusia.
Namun, para ahli keamanan menyatakan intervensi militer Rusia di Suriah telah membuat Rusia menjadi target potensial untuk serangan, terutama dari loyalis kelompok Islamic State atau ISIS.
Sementara itu, Presiden Putin belum berani menyimpulkan penyebab ledakan di kereta bawah tanah. ”Penyebab tidak jelas, sehingga terlalu dini untuk berbicara tentang ini. Penyelidikan akan mengungkapkannya,” kata Putin.
”Namun, jelas kami selalu mempertimbangkan semua opsi, termasuk manifestasi dari sifat (serangan) teroris,” ujar Putin.
Sebaliknya, Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev melalui halaman Facebook-nya menyatakan serangan bom di kereta bawah tanah di St Petersburg merupakan serangan teroris.
(mas)