Komite Intelijen AS Kantongi Bukti Penyadapan Trump
A
A
A
WASHINGTON - Ketua Komite Intelijen Parlemen Amerika Serikat (AS), David Nunes, telah mengantongi bukti penyadapan terhadap Presiden Donald Trump selama masa kampanye lalu. Bukti tersebut didapatkan dari sumber whistleblower, seperti dikatakan oleh Ketua Parlemen Paul Ryan.
Ryan menyatakan ia menyarankan Nunes untuk menambahkan fakta baru yang ditemukan terkait penyadapan Trump Tower pada penyelidikan dugaan adanya campur tangan Rusia pada pemilu presiden lalu.
"Dia (Nunes) telah mengatakan kepada saya bahwa seorang whistleblower telah memberinya beberapa informasi baru, yang telah berbicara dengan pemerintahan sebelumnya dan bagian dari penyelidikan ini," ungkap Ryan seperti dikutip dari Sputniknews, Jumat (31/3/2017).
Pada tanggal 22 Maret, Nunes mengatakan kepada wartawan bahwa informasi tentang tim Trump yang dikumpulkan selama masa transisi. Menyusul pengumuman itu, Komite Intelijen mengunjungi Gedung Putih dan memberikan pengarahan kepada presiden AS terkait temuan itu.
Belakangan, Nunes memberikan penjelasan singkat kepada pers dan Presiden Donald Trump mengenai informasi intelijen terbaru sebelum memberitahu kepada Demokrat di Komite Intelijen.
Tindakan ini memicu kritik langsung dari anggota panel, yang belum diberitahu terlebih dahulu mengenai dokumen-dokumen tambahan yang terkait dengan klaim penyadapan Trump. Pada hari Selasa, beberapa anggota terkemuka Partai Demokrat menyerukan Nunes mengundurkan diri dari penyelidikan dugaan gangguan pemilu oleh Rusia.
Pada tanggal 4 Maret, Trump melalui akun Twitternya menuduh Obama menyadap Trump Tower sebelum pemilihan presiden 2016. Trump menyebut aksi Obama ini sebagai tindakan yang rendah dan membandingkannya dengan pengawasan untuk McCarthyisme dan skandal Watergate. Tudingan ini pun ditolak oleh perwakilan Obama.
Komite Intelijen DPR AS dan Senat telah menemukan bukti kredibel untuk mendukung klaim Trump.
Ryan menyatakan ia menyarankan Nunes untuk menambahkan fakta baru yang ditemukan terkait penyadapan Trump Tower pada penyelidikan dugaan adanya campur tangan Rusia pada pemilu presiden lalu.
"Dia (Nunes) telah mengatakan kepada saya bahwa seorang whistleblower telah memberinya beberapa informasi baru, yang telah berbicara dengan pemerintahan sebelumnya dan bagian dari penyelidikan ini," ungkap Ryan seperti dikutip dari Sputniknews, Jumat (31/3/2017).
Pada tanggal 22 Maret, Nunes mengatakan kepada wartawan bahwa informasi tentang tim Trump yang dikumpulkan selama masa transisi. Menyusul pengumuman itu, Komite Intelijen mengunjungi Gedung Putih dan memberikan pengarahan kepada presiden AS terkait temuan itu.
Belakangan, Nunes memberikan penjelasan singkat kepada pers dan Presiden Donald Trump mengenai informasi intelijen terbaru sebelum memberitahu kepada Demokrat di Komite Intelijen.
Tindakan ini memicu kritik langsung dari anggota panel, yang belum diberitahu terlebih dahulu mengenai dokumen-dokumen tambahan yang terkait dengan klaim penyadapan Trump. Pada hari Selasa, beberapa anggota terkemuka Partai Demokrat menyerukan Nunes mengundurkan diri dari penyelidikan dugaan gangguan pemilu oleh Rusia.
Pada tanggal 4 Maret, Trump melalui akun Twitternya menuduh Obama menyadap Trump Tower sebelum pemilihan presiden 2016. Trump menyebut aksi Obama ini sebagai tindakan yang rendah dan membandingkannya dengan pengawasan untuk McCarthyisme dan skandal Watergate. Tudingan ini pun ditolak oleh perwakilan Obama.
Komite Intelijen DPR AS dan Senat telah menemukan bukti kredibel untuk mendukung klaim Trump.
(ian)