Cegah Ancaman Hizbullah, Israel Perkuat Pertahanan Maritim
A
A
A
TEL AVIV - Israel masih menganggap Hizbullah sebagai salah satu ancaman terbesar mereka. Hal ini terlihat dari keputusan Israel untuk memperkuat sistem pertahanan maritim mereka, yang secara khusus ditujukan untuk mencegah ancaman yang ditunjukan Hizbullah.
Angkatan Laut Israel dilaporkan akan menempatkan sistem pertahanan udara "Iron Dome" di kapal terbaru mereka, Sa'ar 6, yang saat ini tengah dibangun di Jerman. Angkatan Laut Israel setidaknya membangun empat buah kapal perang generasi terbaru tersebut.
"Karena ancaman yang berkembang ini, kami menambahkan "Iron Dome" ke Sa'ar 6," kata seorang pejabat militer Israel yang berbicara dalam kondisi anonim, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (29/3).
"Sistem pertahanan udara ini dirancang khususnya untuk menghalau roket Hizbullah yang ditembakan dari Libanon. Dengan adanya penambahan fitur ini, membuat pengiriman kapal lebih lambat dari yang dijadwalkan," sambungnya.
Israel percaya Hizbullah memiliki setidaknya 1.000 rudal yang ditempatkan di sejumlah basis militer di Libanon. Israel dan Hizbullah sendiri sempat terlibat pertempuran pada tahun 2015 lalu, yang berakhir dengan gencatan yang masih bertahan hingga saat ini.
Angkatan Laut Israel dilaporkan akan menempatkan sistem pertahanan udara "Iron Dome" di kapal terbaru mereka, Sa'ar 6, yang saat ini tengah dibangun di Jerman. Angkatan Laut Israel setidaknya membangun empat buah kapal perang generasi terbaru tersebut.
"Karena ancaman yang berkembang ini, kami menambahkan "Iron Dome" ke Sa'ar 6," kata seorang pejabat militer Israel yang berbicara dalam kondisi anonim, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (29/3).
"Sistem pertahanan udara ini dirancang khususnya untuk menghalau roket Hizbullah yang ditembakan dari Libanon. Dengan adanya penambahan fitur ini, membuat pengiriman kapal lebih lambat dari yang dijadwalkan," sambungnya.
Israel percaya Hizbullah memiliki setidaknya 1.000 rudal yang ditempatkan di sejumlah basis militer di Libanon. Israel dan Hizbullah sendiri sempat terlibat pertempuran pada tahun 2015 lalu, yang berakhir dengan gencatan yang masih bertahan hingga saat ini.
(esn)