Ketegangan di Laut China Selatan, Duterte Salahkan Obama
A
A
A
MANILA - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyalahkan pemerintah Amerika Serikat di masa lalu atas ketegangan yang terjadi di Laut China Selatan. Duterte menyatakan pemerintah AS tidak aktif saat China mulai membangun pulau buatan di jalur perairan perdagangan itu.
"Mengapa AS tidak menegus China? Kenapa kau tidak mengirim lima kapal induk? Dan Anda harus menunggu untuk masalah ini matang untuk menjadikannya masalah internasional, saat ini, yang melibatkan banyak negara," kata Duterte
"Anda bisa memotong masalah dalam kuncupnya jika Anda telah mengambil tindakan tegasnya, merujuk pada cara mantan Presiden AS Barack Obama dan pemerintahannya menangani permasalahan Laut China Selatan seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (24/3/2017).
Pemimpin Filipina menekankan bahwa AS diwajibkan oleh perjanjian untuk melindungi negaranya. Tetapi hal itu tidak terjadi ketika China mulai mengambil alih bagian dari zona ekonomi eksklusif Manila.
"Mengapa, Amerika, satu-satunya yang dapat bertindak di sana, mengapa mereka menginginkan angkatan laut saya untuk pergi ke sana? Itu akan menjadi pembantaian. Kenapa kau tidak pergi, sebagai contoh, ke lokasi pekerjaan China, membangun struktur di sana?" kata Duterte dalam pidato yang emosional.
Duterte juga menuduh AS mengambil sikap provokatif dan memaksa Filipina untuk berbicara menentang China. Dia juga mengatakan patroli kebebasan navigasi AS di perairan yang disengketakan bisa memicu konflik.
"Anda pergi ke sana dengan berpura-pura menantang mereka? Satu tembakan soliter tunggal, bisa menyebabkan ledakan dan bisa menyebabkan perang dan itu akan menjadi pembantaian," tegas Duterte.
Pidato Duterte ini terjadi di tengah kekhawatiran atas dugaan rencana China untuk membangun beberapa stasiun pemantauan lingkungan di Laut Cina Selatan. Pembangunan itu termasuk di Scarborough Shoal, yang terletak 124 mil di lepas pantai Filipina.
"Mengapa AS tidak menegus China? Kenapa kau tidak mengirim lima kapal induk? Dan Anda harus menunggu untuk masalah ini matang untuk menjadikannya masalah internasional, saat ini, yang melibatkan banyak negara," kata Duterte
"Anda bisa memotong masalah dalam kuncupnya jika Anda telah mengambil tindakan tegasnya, merujuk pada cara mantan Presiden AS Barack Obama dan pemerintahannya menangani permasalahan Laut China Selatan seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (24/3/2017).
Pemimpin Filipina menekankan bahwa AS diwajibkan oleh perjanjian untuk melindungi negaranya. Tetapi hal itu tidak terjadi ketika China mulai mengambil alih bagian dari zona ekonomi eksklusif Manila.
"Mengapa, Amerika, satu-satunya yang dapat bertindak di sana, mengapa mereka menginginkan angkatan laut saya untuk pergi ke sana? Itu akan menjadi pembantaian. Kenapa kau tidak pergi, sebagai contoh, ke lokasi pekerjaan China, membangun struktur di sana?" kata Duterte dalam pidato yang emosional.
Duterte juga menuduh AS mengambil sikap provokatif dan memaksa Filipina untuk berbicara menentang China. Dia juga mengatakan patroli kebebasan navigasi AS di perairan yang disengketakan bisa memicu konflik.
"Anda pergi ke sana dengan berpura-pura menantang mereka? Satu tembakan soliter tunggal, bisa menyebabkan ledakan dan bisa menyebabkan perang dan itu akan menjadi pembantaian," tegas Duterte.
Pidato Duterte ini terjadi di tengah kekhawatiran atas dugaan rencana China untuk membangun beberapa stasiun pemantauan lingkungan di Laut Cina Selatan. Pembangunan itu termasuk di Scarborough Shoal, yang terletak 124 mil di lepas pantai Filipina.
(ian)