Pengancam Bom terhadap Pusat Yahudi AS Ternyata Pria Israel
A
A
A
TEL AVIV - Seorang pria Israel-Amerika Serikat (AS) berusia 19 tahun telah ditangkap di Israel selatan atas tuduhan membuat rentetan ancaman serangan bom terhadap pusat-pusat Yahudi di AS. Pria tersebut membuat ancaman mengerikan melalui telepon.
Penangkapan dilakukan pada hari Kamis setelah berbulan-bulan dilakukan penyelidikan multi-lembaga yang dipimpin Unit Investigasi Kriminal Internasional Kepolisian Israel. Penyelidikan ini melibatkan FBI dan badan-badan penegak hukum AS lainnya.
Tersangka ditangkap dengan ayahnya di rumah mereka di Kota Ashkelon. ”Penyelidikan khusus ini kompleks dalam hal tersangka dan sifatnya,” kata juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfeld, kepada Jerusalem Post.
”Ada terobosan signifikan dalam penyelidikan yang menyebabkan kami melakukan penangkapan terhadap tersangka yang tinggal di Israel selatan,” ujarnya.
”Dia adalah tersangka utama di balik banyak ancaman yang dibuat terhadap komunitas Yahudi yang berbeda-beda dan organisasi (Yahudi) di seluruh dunia,” imbuh Rosenfeld, yang dikutip Jumat (24/3/2017).
The Anti-Defamation League telah mencatat ada 165 ancaman bom yang menargetkan komunitas Yahudi di seluruh Amerika Utara sejak Januari lalu, serta di Selandia Baru dan Australia pada tahun 2016.
“Saya memuji FBI dan Kepolisian Nasional Israel atas pekerjaan luar biasa mereka pada kasus ini,” kata Jaksa Agung AS Jeff Sessions dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, seperti dikutip Reuters.
”Departemen Kehakiman berkomitmen untuk melindungi hak-hak sipil dari semua orang Amerika, dan kami tidak akan mentoleransi penargetan terhadap setiap masyarakat di negeri ini atas dasar keyakinan agama mereka,” lanjut Sessions.
Tersangka menggunakan berbagai teknologi masking canggih untuk menyamarkan identitasnya. Meski demikian, motif tersangka membuat rentetan ancaman pengeboman terhadap komunitas-komunitas Yahudi belum diungkap polisi.
Penangkapan dilakukan pada hari Kamis setelah berbulan-bulan dilakukan penyelidikan multi-lembaga yang dipimpin Unit Investigasi Kriminal Internasional Kepolisian Israel. Penyelidikan ini melibatkan FBI dan badan-badan penegak hukum AS lainnya.
Tersangka ditangkap dengan ayahnya di rumah mereka di Kota Ashkelon. ”Penyelidikan khusus ini kompleks dalam hal tersangka dan sifatnya,” kata juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfeld, kepada Jerusalem Post.
”Ada terobosan signifikan dalam penyelidikan yang menyebabkan kami melakukan penangkapan terhadap tersangka yang tinggal di Israel selatan,” ujarnya.
”Dia adalah tersangka utama di balik banyak ancaman yang dibuat terhadap komunitas Yahudi yang berbeda-beda dan organisasi (Yahudi) di seluruh dunia,” imbuh Rosenfeld, yang dikutip Jumat (24/3/2017).
The Anti-Defamation League telah mencatat ada 165 ancaman bom yang menargetkan komunitas Yahudi di seluruh Amerika Utara sejak Januari lalu, serta di Selandia Baru dan Australia pada tahun 2016.
“Saya memuji FBI dan Kepolisian Nasional Israel atas pekerjaan luar biasa mereka pada kasus ini,” kata Jaksa Agung AS Jeff Sessions dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, seperti dikutip Reuters.
”Departemen Kehakiman berkomitmen untuk melindungi hak-hak sipil dari semua orang Amerika, dan kami tidak akan mentoleransi penargetan terhadap setiap masyarakat di negeri ini atas dasar keyakinan agama mereka,” lanjut Sessions.
Tersangka menggunakan berbagai teknologi masking canggih untuk menyamarkan identitasnya. Meski demikian, motif tersangka membuat rentetan ancaman pengeboman terhadap komunitas-komunitas Yahudi belum diungkap polisi.
(mas)