Kejaksaan Segera Panggil Mantan Presiden Park
A
A
A
SEOUL - Kejaksaan Korea Selatan (Korsel) akan memanggil mantan Presiden Park Geun-hye untuk diperiksa sebagai tersangka kriminal. Park pekan lalu telah dipecat dari jabatannya dan kehilangan kekebalan hukum dari proses pengadilan.
Park disebut sebagai kaki tangan bagi teman dekatnya, Choi Soon-sil, yang menjadi tersangka utama dalam skandal korupsi dan penyalahgunaan pengaruh hingga memicu pemecatan presiden Korsel tersebut. Kejaksaan pun segera mengambil langkah cepat untuk membawa Park ke meja hijau.
“Kami akan memutuskan pada Rabu (15/3) kapan memanggil mantan Presiden Park dan memberi tahu dia,” ungkap juru bicara Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul pada kantor berita AFP. Belum diputuskan apakah Park akan dipanggil ke kantor kejaksaan secara tertutup atau terbuka untuk media massa. Choi saat ini diadili karena memanfaatkan kedekatannya dengan Park untuk memaksa perusahaan-perusahaan lokal menyumbang sekitar USD70 juta ke yayasan nonprofit yang dia miliki.
Uang itu kemudian digunakan Choi untuk kepentingan pribadinya. Park dituduh menawarkan kebijakan yang menguntngkan bagi perusahaan yang menyumbang yayasan milik Choi, termasuk pada pemimpin perusahaan Samsung, Lee Jaeyong, yang telah didakwa dalam kasus penyuapan dan pelanggaran hukum lainnya. Politisi dan media massa Korsel menuduh Park mengelak saat mengatakan pada para pendukungnya ketika meninggalkan Istana Biru untuk menuju kediamannya.
Park menegaskan kebenaran akan terkuak seiring waktu. Saat masih menjadi presiden, Park menolak pemeriksaan kejaksaan khusus yang menyelidiki skandal tersebut meski mendapat beberapa kali permintaan. Mahkamah Konstitusi (MK) juga telah memintanya hadir dalam sejumlah pemeriksaan untuk memutuskan apakah lembaga itu akan mendukung atau menolak pemakzulan oleh parlemen.
Meski demikian, Park juga menolak pemanggilan oleh MK tersebut. Park saat ini tinggal di dalam rumah berdinding tinggi di Seoul selatan dengan ratusan pendukungnya yang setia duduk dan berjaga di luar kompleks gedung tersebut. Para pendukungnyaberjanji melindungi Park dari semua bentuk gangguan. Bentrok diperkirakan terjadi antara para pendukung Park dan aparat keamanan jika otoritas kejaksaan memaksa masuk ke rumah itu untuk membawa Park menjalani pemeriksaan.
Kejatuhan Park memberi peluang bagi Korsel untuk memilih pemimpin baru melalui pemilu presiden yang akan digelar maksimal 9 Mei mendatang. Krisis politik yang dialami Korsel ini terjadi saat Korea Utara (Korut) semakin agresif dengan aksi peluncuran empat rudal pekan lalu.
Pyongyang menegaskan peluncuran rudal itu untuk latihan serangan ke pangkalan Amerika Serikat (AS) di Jepang. Park selama ini mengambil sikap keras terhadap Korut terkait program rudal dan nuklirnya. Dia telah menutup kawasan industri Kaesong di Korut, yang dibangun dengan investasi dari Korsel. Kaesong merupakan warisan terakhir dari upaya pendekatan dua Korea pada dekade sebelumnya.
Park disebut sebagai kaki tangan bagi teman dekatnya, Choi Soon-sil, yang menjadi tersangka utama dalam skandal korupsi dan penyalahgunaan pengaruh hingga memicu pemecatan presiden Korsel tersebut. Kejaksaan pun segera mengambil langkah cepat untuk membawa Park ke meja hijau.
“Kami akan memutuskan pada Rabu (15/3) kapan memanggil mantan Presiden Park dan memberi tahu dia,” ungkap juru bicara Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul pada kantor berita AFP. Belum diputuskan apakah Park akan dipanggil ke kantor kejaksaan secara tertutup atau terbuka untuk media massa. Choi saat ini diadili karena memanfaatkan kedekatannya dengan Park untuk memaksa perusahaan-perusahaan lokal menyumbang sekitar USD70 juta ke yayasan nonprofit yang dia miliki.
Uang itu kemudian digunakan Choi untuk kepentingan pribadinya. Park dituduh menawarkan kebijakan yang menguntngkan bagi perusahaan yang menyumbang yayasan milik Choi, termasuk pada pemimpin perusahaan Samsung, Lee Jaeyong, yang telah didakwa dalam kasus penyuapan dan pelanggaran hukum lainnya. Politisi dan media massa Korsel menuduh Park mengelak saat mengatakan pada para pendukungnya ketika meninggalkan Istana Biru untuk menuju kediamannya.
Park menegaskan kebenaran akan terkuak seiring waktu. Saat masih menjadi presiden, Park menolak pemeriksaan kejaksaan khusus yang menyelidiki skandal tersebut meski mendapat beberapa kali permintaan. Mahkamah Konstitusi (MK) juga telah memintanya hadir dalam sejumlah pemeriksaan untuk memutuskan apakah lembaga itu akan mendukung atau menolak pemakzulan oleh parlemen.
Meski demikian, Park juga menolak pemanggilan oleh MK tersebut. Park saat ini tinggal di dalam rumah berdinding tinggi di Seoul selatan dengan ratusan pendukungnya yang setia duduk dan berjaga di luar kompleks gedung tersebut. Para pendukungnyaberjanji melindungi Park dari semua bentuk gangguan. Bentrok diperkirakan terjadi antara para pendukung Park dan aparat keamanan jika otoritas kejaksaan memaksa masuk ke rumah itu untuk membawa Park menjalani pemeriksaan.
Kejatuhan Park memberi peluang bagi Korsel untuk memilih pemimpin baru melalui pemilu presiden yang akan digelar maksimal 9 Mei mendatang. Krisis politik yang dialami Korsel ini terjadi saat Korea Utara (Korut) semakin agresif dengan aksi peluncuran empat rudal pekan lalu.
Pyongyang menegaskan peluncuran rudal itu untuk latihan serangan ke pangkalan Amerika Serikat (AS) di Jepang. Park selama ini mengambil sikap keras terhadap Korut terkait program rudal dan nuklirnya. Dia telah menutup kawasan industri Kaesong di Korut, yang dibangun dengan investasi dari Korsel. Kaesong merupakan warisan terakhir dari upaya pendekatan dua Korea pada dekade sebelumnya.
(esn)