Politisi ini Dinilai Layak Gantikan Park Geun-hye
A
A
A
SEOUL - Moon Jae-in dinilai layak menggantikan Park Geun-hye yang sudah meninggalkan Istana Biru usai dimakzulkan. Nama Moon pun kian populer sebagai presiden anyar Negeri Ginseng.
Meski belum secara resmi dipilih, Moon telah menjanjikan keadilan seiring proses pengadilan kasus korupsi yang segera dijalani Park setelah keluar dari istana kepresidenan. Mahkamah Konstitusi (MK) pada Jumat (10/3/2017) lalu mendukung pemakzulan Park oleh parlemen, sehingga dia dipecat dari jabatan kepresidenan.
Pemecatan itu menjadi puncak skandal penyalahgunaan pengaruh dan korupsi yang selama beberapa bulan terakhir telah mengguncang Korsel. Kepastian Moon untuk menjadi dipilih sebagai presiden pun masih melalui jalan Pilpre yang baru akan digelar 9 Mei mendatang.
Berbagai survei menunjukkan politisi liberal Moon semakin populer untuk menggantikan Park. Moon terkenal dalam kiprahnya selama ini sebagai pendorong rekonsiliasi Korsel dengan Korea Utara (Korut). "Kita masih memiliki jalan panjang untuk dilalui. Kita harus menciptakan keadilan negara, bersama melalui perubahan rezim," papar Moon dilansir Reuters.
Dia menambahkan, semua harus bekerja sama untuk kemenangan sepenuhnya. Moon meminta Park secara terbuka menerima keputusan pengadilan. Dia menyatakan, Park tidak perlu dipaksa keluar dari Istana Biru sementara rumah pribadinya telah disiapkan selama dua atau tiga hari terakhir.
Moon juga memperingatkan Park agar tidak menghancurkan atau memindahkan dokumen apa pun saat meninggalkan Istana Biru. Park, 65, merupakan presiden Korsel pertama yang terpilih secara demokratis tapi terpaksa dipecat dari jabatannya.
Pemecatan Park dilakukan setelah beberapa bulan kekacauan dan kelumpuhan politik akibat skandal korupsi yang menyeret pemimpin konglomerasi Samsung ke penjara dan menghadapi pengadilan. Park tidak hadir di pengadilan pada Jumat (10/3) lalu dan dia tidak berkomentar sejak saat itu. Dia tetap di Istana Biru dan baru keluar dari sana kemarin. "Dia kembali ke kediamannya di Seoul," ungkap juru bicara kepresidenan. (Syarifudin)
Meski belum secara resmi dipilih, Moon telah menjanjikan keadilan seiring proses pengadilan kasus korupsi yang segera dijalani Park setelah keluar dari istana kepresidenan. Mahkamah Konstitusi (MK) pada Jumat (10/3/2017) lalu mendukung pemakzulan Park oleh parlemen, sehingga dia dipecat dari jabatan kepresidenan.
Pemecatan itu menjadi puncak skandal penyalahgunaan pengaruh dan korupsi yang selama beberapa bulan terakhir telah mengguncang Korsel. Kepastian Moon untuk menjadi dipilih sebagai presiden pun masih melalui jalan Pilpre yang baru akan digelar 9 Mei mendatang.
Berbagai survei menunjukkan politisi liberal Moon semakin populer untuk menggantikan Park. Moon terkenal dalam kiprahnya selama ini sebagai pendorong rekonsiliasi Korsel dengan Korea Utara (Korut). "Kita masih memiliki jalan panjang untuk dilalui. Kita harus menciptakan keadilan negara, bersama melalui perubahan rezim," papar Moon dilansir Reuters.
Dia menambahkan, semua harus bekerja sama untuk kemenangan sepenuhnya. Moon meminta Park secara terbuka menerima keputusan pengadilan. Dia menyatakan, Park tidak perlu dipaksa keluar dari Istana Biru sementara rumah pribadinya telah disiapkan selama dua atau tiga hari terakhir.
Moon juga memperingatkan Park agar tidak menghancurkan atau memindahkan dokumen apa pun saat meninggalkan Istana Biru. Park, 65, merupakan presiden Korsel pertama yang terpilih secara demokratis tapi terpaksa dipecat dari jabatannya.
Pemecatan Park dilakukan setelah beberapa bulan kekacauan dan kelumpuhan politik akibat skandal korupsi yang menyeret pemimpin konglomerasi Samsung ke penjara dan menghadapi pengadilan. Park tidak hadir di pengadilan pada Jumat (10/3) lalu dan dia tidak berkomentar sejak saat itu. Dia tetap di Istana Biru dan baru keluar dari sana kemarin. "Dia kembali ke kediamannya di Seoul," ungkap juru bicara kepresidenan. (Syarifudin)
(bbk)