Jenderal AS: Rusia Sebar Rudal-rudal Jelajah untuk Ancam NATO
A
A
A
WASHINGTON - Wakil Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Jenderal Paul Selva menuduh Rusia sudah menyebarkan rudal-rudal jelajah untuk mengancam NATO. Menurut jenderal AS ini, langkah Rusia tersebut sudah melanggar perjanjian pengawasan senjata 1987.
Tuduhan jenderal AS ini merupakan yang pertama kali setelah muncul laporan bahwa Rusia diam-diam mengerahkan rudal jelajah SSC-8. Moskow saat itu membantah laporan tersebut.
”Sistem itu sendiri menyajikan risiko bagi sebagian besar fasilitas kami di Eropa dan kami percaya bahwa Rusia sengaja mengerahkannya untuk menimbulkan ancaman bagi NATO dan fasilitas di wilayah tanggung jawab NATO,” kata Selva selama rapat dengar pendapat dengan Komite Angkatan Bersenjata Parlemen AS, pada hari Rabu, yang dilansir Reuters, Kamis (9/3/2017).
Meski demikian, Jenderal Selva tidak bisa memastikan apakah rudal-rudal jelajah Rusia yang disebar itu membawa hulu ledak nuklir. Dia juga tidak merinci lokasi penyebaran rudal-rudal jelajah Rusia.
Selva mengatakan AS telah memiliki masalah besar dengan Rusia. Dia mengaku tidak tahu pilihan apa yang akan dipertimbangkan jika dialog dengan Rusia tidak membuahkan hasil. ”Kita harus diminta untuk memasukkan satu set pilihan ke usulan (senjata) nuklir,” kata Selva.
Presiden AS Donald Trump dalam sebuah wawancara dengan Reuters bulan lalu, mengatakan bahwa dia akan mengangkat isu penyebaran rudal jelajah Rusia apabila bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.
Dalam rapat dengar pendapat dengan parlemen AS, seorang pejabat senior militer AS sangat mendukung penegakan perjanjian pengawasan senjata tahun 1987.
”Saya telah menyatakan untuk catatan di masa lalu, sekarang saya akan menyatakan lagi bahwa saya pendukung besar dari perjanjian NEW START itu,” kata Jenderal John Hyten, Kepala Komando Strategi AS.
“Risikonya akan menjadi perlombaan senjata, kita tidak berada dalam perlombaan senjata sekarang,” ujar Hyten. Sementara itu, Rusia belum merespons tuduhan terbaru dari pejabat militer AS ini. Moskow selama ini justru merasa terancam dengan pengerahan kekuatan militer NATO di dekat perbatasan Rusia.
Tuduhan jenderal AS ini merupakan yang pertama kali setelah muncul laporan bahwa Rusia diam-diam mengerahkan rudal jelajah SSC-8. Moskow saat itu membantah laporan tersebut.
”Sistem itu sendiri menyajikan risiko bagi sebagian besar fasilitas kami di Eropa dan kami percaya bahwa Rusia sengaja mengerahkannya untuk menimbulkan ancaman bagi NATO dan fasilitas di wilayah tanggung jawab NATO,” kata Selva selama rapat dengar pendapat dengan Komite Angkatan Bersenjata Parlemen AS, pada hari Rabu, yang dilansir Reuters, Kamis (9/3/2017).
Meski demikian, Jenderal Selva tidak bisa memastikan apakah rudal-rudal jelajah Rusia yang disebar itu membawa hulu ledak nuklir. Dia juga tidak merinci lokasi penyebaran rudal-rudal jelajah Rusia.
Selva mengatakan AS telah memiliki masalah besar dengan Rusia. Dia mengaku tidak tahu pilihan apa yang akan dipertimbangkan jika dialog dengan Rusia tidak membuahkan hasil. ”Kita harus diminta untuk memasukkan satu set pilihan ke usulan (senjata) nuklir,” kata Selva.
Presiden AS Donald Trump dalam sebuah wawancara dengan Reuters bulan lalu, mengatakan bahwa dia akan mengangkat isu penyebaran rudal jelajah Rusia apabila bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.
Dalam rapat dengar pendapat dengan parlemen AS, seorang pejabat senior militer AS sangat mendukung penegakan perjanjian pengawasan senjata tahun 1987.
”Saya telah menyatakan untuk catatan di masa lalu, sekarang saya akan menyatakan lagi bahwa saya pendukung besar dari perjanjian NEW START itu,” kata Jenderal John Hyten, Kepala Komando Strategi AS.
“Risikonya akan menjadi perlombaan senjata, kita tidak berada dalam perlombaan senjata sekarang,” ujar Hyten. Sementara itu, Rusia belum merespons tuduhan terbaru dari pejabat militer AS ini. Moskow selama ini justru merasa terancam dengan pengerahan kekuatan militer NATO di dekat perbatasan Rusia.
(mas)