Berlin Sebut Turki Perbanyak Mata-mata di Jerman
A
A
A
BERLIN - Pemerintah Jerman mengatakan telah terjadi peningkatan yang signifikan kehadiran mata-mata Turki di Jerman. Peningkatan kehadiran mata-mata Turki ini terjadi jelang referendum di Turki.
"BfV (badan intelijen Jerman) mengamati peningkatan yang signifikan dalam upaya intelijen oleh Turki di Jerman," katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Rabu (8/3).
Sementara itu, Presiden BfV Hans-Georg Maassen menggarisbawahi keprihatinannya atas ketegangan antara sayap kanan Turki di Jerman dan pendukung Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
"Ada bahaya perkelahian proksi ini antara pendukung PKK dan nasionalis, ekstremis sayap kanan Turki akan meningkat karena adanya ketegangan yang tinggi, dengan potensi bahaya yang tinggi pada kedua kelompok," katanya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menuduh Jerman mempengaruhi warga Turki yang berada di Jerman terkait referendum yang akan digelar Ankara. Referendum di Turki pada April nanti untuk perluasan kekuasaan presiden di negara tersebut.
"Ini adalah obstruksi sistematis, dan Jerman menerapkan tekanan sistematis pada warga negara kami. Ini tidak bisa diterima. Kami selalu ingin melihat Jerman sebagai teman, tapi pendekatan sistematis anti-Turki oleh Jerman tidak sesuai dengan persahabatan kami,” kata Cavusoglu.
"BfV (badan intelijen Jerman) mengamati peningkatan yang signifikan dalam upaya intelijen oleh Turki di Jerman," katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Rabu (8/3).
Sementara itu, Presiden BfV Hans-Georg Maassen menggarisbawahi keprihatinannya atas ketegangan antara sayap kanan Turki di Jerman dan pendukung Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
"Ada bahaya perkelahian proksi ini antara pendukung PKK dan nasionalis, ekstremis sayap kanan Turki akan meningkat karena adanya ketegangan yang tinggi, dengan potensi bahaya yang tinggi pada kedua kelompok," katanya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menuduh Jerman mempengaruhi warga Turki yang berada di Jerman terkait referendum yang akan digelar Ankara. Referendum di Turki pada April nanti untuk perluasan kekuasaan presiden di negara tersebut.
"Ini adalah obstruksi sistematis, dan Jerman menerapkan tekanan sistematis pada warga negara kami. Ini tidak bisa diterima. Kami selalu ingin melihat Jerman sebagai teman, tapi pendekatan sistematis anti-Turki oleh Jerman tidak sesuai dengan persahabatan kami,” kata Cavusoglu.
(esn)