Gerhana Dinikmati di Afrika

Selasa, 28 Februari 2017 - 23:30 WIB
Gerhana Dinikmati di Afrika
Gerhana Dinikmati di Afrika
A A A
SARMIENTO - Penikmat fenomena astronomi bertepuk tangan dan berteriak riang gembira saat siang yang berubah menjadi malam ketika bulan melewati matahari hingga membentuk gerhana “cincin api”. Fenomena langka itu terjadi pada Minggu (26/2) waktu setempat.

Para ahli dan penggemar astronomi di Argentina berkumpul untuk melihat gerhana matahari annular. Gerhana tersebut mampu dilihat oleh warga di Argentina, Cile, Angola, Zambia, dan Republik Demokratik Kongo.

“Penduduk Cile dan Argentina di Amerika Selatan; Zambia, Angola, dan Kongo di Afrika, merupakan tempat di mana bisa melihat cincin api selama satu menit,” kata pakar fisika astronomi matahari dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) C Alex Young, dilansir The New York Times .

Banyak penikmat astronomi yang menceritakan momen langka tersebut melalui media sosial. Mereka juga menyambut pengalaman penting dalam kehidupan tersebut dengan berpesta bersama kawan dan saudara. Namun, banyak juga orang mengeluh karena tidak bisa menikmati gerhana matahari itu karena faktor cuaca.

Khusus di Sarmiento, Argentina, sekitar 300 penikmat astronomi berkumpul di lokasi yang paling tepat untuk menikmati gerhana langka tersebut. Beberapa orang meniup “erkes”, terompet tradisional suku di Amerika Selatan. “Saya pernah melihat gerhana matahari annular sebanyak enam kali.

Setiap gerhana selalu berbeda,” kata Josep Masalles Roman, penikmat fenomena astronomi dari Barcelona, Spanyol, dilansir AFP. Selain di Amerika Selatan, para pemburu gerhana juga berkumpul di Kota Benguela, Angola; kemudian Zambia hingga Kong sebelum matahari tenggelam.

Di Luanda, Angola, beberapa orang melihat peristiwa langka tersebut. Mereka menikmati suasana gerhana cincin api itu selama 15 menit, tapi puncak gerhana hanya berlangsung satu menit. “Ini pertama kali saya menyaksikan fenomena seperti ini. Saya sangat senang,” kata penikmat fenomena astronomi Providencia Luzolo.

Gerhana matahari annular terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari berada dalam satu garis dan sejajar. Meskipun kesejajaran terlalu sempurna, bulan terlalu jauh dari bumi sehingga menutupi matahari dan menciptakan cincin api. “Masyarakat tidak seharusnya melihat langsung gerhana dengan mata telanjang,” saran Terry Moseley dari Asosiasi Astronomi Irlandia.

“Dikarenakan sekitar 90% matahari tertutupi, masyarakat akan merasakan dengan jelas penurunan suhu dan keterangan, dan perubahan dalam kualitas cahaya yang sulit digambarkan,” imbuh Moseley. Menurut penduduk lokal di Sarmiento, Provinsi Chubut, Argentina, banyak perubahan tidak biasa pada tingkah binatang saat terjadi gerhana matahari annular.

Para pakar mengungkapkan siang yang berubah menjadi gelap memaksa burung dan binatang memasuki rutinitas malam. Binatang tersebut menganggap hari sudah malam. Bagaimana suasana puncak gerhana? Itu terjadi ketika bulan tepat berada di tengah matahari dan membentuk cincin api yang sempurna.

Sekitar dua jam bagi bulan untuk bergerak melintasi wajah matahari, tapi puncak “cincin api” hanya berlangsung dalam satu menit. Berawal dari tenggara Samudra Pasifik saat matahari terbit, gerhana bergerak menuju bagian selatan Cile, kemudian Argentina sebelum melintasi Atlantik Selatan.

“Di laut, puncak gerhana berlangsung 44 detik dan hanya kelihatan dari kapal yang kebetulan berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat,” kata Moseley. Masyarakat Astronomi Afrika Selatan (ASSA) menyatakan kalau gerhana matahari lebih aman jika dilihat menggunakan proyektor lubang jarum dasar.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4325 seconds (0.1#10.140)