Libya Hancur Total, Sepupu Gaddafi Tuntut Barat Tanggung Jawab
A
A
A
TRIPOLI - Sepupu mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi, Ahmed Gaddaf al-Dam, mengatakan bahwa rakyat Libya menderita kelaparan massal dan negaranya hancur total sejak invasi Barat tahun 2011. Dia kini menuntut Barat minta maaf dan bertanggung jawab.
Tuntutan itu dia sampaikan pada momen peringatan enam tahun “Arab Spring”. Dia meratapi negaranya yang jatuh ke era kegelapan.
”Hal ini jelas bagi semua orang apa yang sekarang terjadi di Libya; kehancuran total, orang-orang melarikan diri dari rumah mereka, hingga kelaparan massal. Negara kami telah jatuh ke kegelapan total, dan orang-orang kami abadi dalam penderitaan,” ujar al-Dam, dalam sebuah wawancara dengan Russia Today.
”Pada peringatan Arab Spring, kami harus menuntut permintaan maaf untuk semua warga Libya, orang yang rumahnya hancur dan mereka yang dipermalukan. Atas nama mereka, saya menuntut Dewan Keamanan PBB dan kekuatan dunia terkemuka meminta maaf atas apa yang terjadi pada tahun 2011,” katanya.
Hari Jumat menandai enam tahun Arab Spring, sebuah gelombang protes kekerasan dan non-kekerasan yang melanda Timur Tengah dan Afrika Utara. Kerusuhan sipil yang pecah di Libya pada gelombang revolusi ini terjadi setelah rentetan pengeboman yang negara-negara NATO yang dipimpin AS saat menggulingkan Gaddafi.
Negara Afrika ini menjadi kacau, di mana faksi-faksi bersenjata yang dulu ikut menggulingkan Gaddafi masih mengangkat senjata untuk perang satu sama lain. Kekacauan makin bertambah dengan munculnya kelompok Islamic State atau ISIS di Libya.
Menurut al-Dam, Barat harus bertanggung jawab karena mengaduk konflik. ”Perang, penghancuran Libya, semua itu dalam kata-kata mereka sendiri, adalah sebuah kesalahan (Barat),” ujarnya.
“Semua dari mereka, pertama-tama, harus meminta maaf. Orang-orang Libya yang menderita, yang tinggal di ruang bawah tanah, yang terpaksa meninggalkan rumah mereka, melihat tidak ada yang seperti enam tahun lalu. Tidak ada satu pun yang bahkan berbicara tentang hal itu pada hari ini. Apa yang terjadi di Libya adalah kejahatan dari semua sudut pandang,” imbuh al-Dam, yang dilansir Rabu (22/2/2017).
Tuntutan itu dia sampaikan pada momen peringatan enam tahun “Arab Spring”. Dia meratapi negaranya yang jatuh ke era kegelapan.
”Hal ini jelas bagi semua orang apa yang sekarang terjadi di Libya; kehancuran total, orang-orang melarikan diri dari rumah mereka, hingga kelaparan massal. Negara kami telah jatuh ke kegelapan total, dan orang-orang kami abadi dalam penderitaan,” ujar al-Dam, dalam sebuah wawancara dengan Russia Today.
”Pada peringatan Arab Spring, kami harus menuntut permintaan maaf untuk semua warga Libya, orang yang rumahnya hancur dan mereka yang dipermalukan. Atas nama mereka, saya menuntut Dewan Keamanan PBB dan kekuatan dunia terkemuka meminta maaf atas apa yang terjadi pada tahun 2011,” katanya.
Hari Jumat menandai enam tahun Arab Spring, sebuah gelombang protes kekerasan dan non-kekerasan yang melanda Timur Tengah dan Afrika Utara. Kerusuhan sipil yang pecah di Libya pada gelombang revolusi ini terjadi setelah rentetan pengeboman yang negara-negara NATO yang dipimpin AS saat menggulingkan Gaddafi.
Negara Afrika ini menjadi kacau, di mana faksi-faksi bersenjata yang dulu ikut menggulingkan Gaddafi masih mengangkat senjata untuk perang satu sama lain. Kekacauan makin bertambah dengan munculnya kelompok Islamic State atau ISIS di Libya.
Menurut al-Dam, Barat harus bertanggung jawab karena mengaduk konflik. ”Perang, penghancuran Libya, semua itu dalam kata-kata mereka sendiri, adalah sebuah kesalahan (Barat),” ujarnya.
“Semua dari mereka, pertama-tama, harus meminta maaf. Orang-orang Libya yang menderita, yang tinggal di ruang bawah tanah, yang terpaksa meninggalkan rumah mereka, melihat tidak ada yang seperti enam tahun lalu. Tidak ada satu pun yang bahkan berbicara tentang hal itu pada hari ini. Apa yang terjadi di Libya adalah kejahatan dari semua sudut pandang,” imbuh al-Dam, yang dilansir Rabu (22/2/2017).
(mas)