Bantuan Malaysia Tiba di Bangladesh

Rabu, 15 Februari 2017 - 22:13 WIB
Bantuan Malaysia Tiba di Bangladesh
Bantuan Malaysia Tiba di Bangladesh
A A A
CHITTAGONG - Kapal Malaysia Nautical Aliya yang membawa bantuan untuk ribuan muslim Rohingya telah berlabuh di Dermaga Chittagong, Bangladesh, kemarin. Sebelumnya kapal itu diprotes demonstran nasionalis di Yangon, Myanmar. Ketika kapal bantuan itu tiba para pejabat senior Bangladesh dan diplomat Malaysia berkumpul di pelabuhan tersebut. Kargo bantuan itu kemudian akan dibawa ke kamp-kamp pengungsi Rohingya.

Saat ini ribuan etnik Rohingya yang mengungsi akibat operasi militer di Myanmar tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh. ”Kapal itu tiba di pelabuhan Chittagong. Kapal itu akan mulai membongkar muatan setelah upacara singkat dalam beberapa menit kemudian,” papar Kepala Otoritas Pelabuhan Chittagong Omar Faruque pada kantor berita AFP.

Truk-truk akan membawa 1.472 ton makanan, pakaian, dan kebutuhan medis ke Coxs Bazar, sekitar 200 kilometer selatan Chittagong, untukdidistribusikan kepada puluhan ribu pengungsi Rohingya. Kapal itu awalnya berencana berlabuh di Teknaf, Bangladesh Selatan, tempat sekitar 70.000 Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine, Myanmar, sejak Oktober untuk menghindari kekerasan.

”Kapal itu berupaya berlabuh dekat Pulau Kutubdia pada Senin (13/2), tapi masalah teknik memaksa kapal itu terus menuju utara ke pelabuhan Chittagong,” papar Kepala Pemerintahan Daerah Ruhul Amin.

Pekan lalu puluhan demonstran nasionalis dan biksu Budha memprotes kehadiran kapal itu di Yangon, Myanmar. Beberapa demonstran mengibarkan bendera nasional dan tulisan ”Tolak Rohingya”. Myanmar awalnya menolak mengizinkan kapal itu memasuki perairannya dan melarangnya berlayar ke ibu kota negara bagian Rakhine, Sittwe. Pemerintah Myanmar juga menolak memberikan kewarganegaraan pada jutaan warga Rohingya di negara itu, meski mereka telah tinggal di sana selama beberapa generasi.

Kelompok nasionalis Buddha menentang keras keberadaan etnik Rohingya yang dianggap sebagai imigran ilegal dari Bangladesh. Ratusan etnik Rohingya diduga tewas dalam kekerasan yang oleh Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) dianggap sebagai pembersihan etnik. Puluhan ribu etnik Rohingya pun melarikan diri ke Bangladesh, membawa berbagai cerita mengerikan tentang pembunuhan dan pemerkosaan. Perlakuan Myanmar terhadap Rohingya memicu kritik internasional, termasuk dari Malaysia yangmayoritasmuslim.

Malaysia pun mengecam keras aksi kekerasan yang dilakukan militer Myanmar terhadap etnik Rohingya. Pengiriman bantuan oleh Malaysia itu dilakukan setelah muncul laporan dari PBB yang menuduh pasukan keamanan melakukan pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan massal terhadap Rohingya. Berdasarkan wawancara dengan ratusan pengungsi Rohingya di Bangladesh, investigator PBB menyatakan kebijakan teror yang telah diperhitungkan oleh militer Myanmaritusangat miripdengan pembersihan etnik.

Sementara itu, otoritas Myanmar menghukum mati seorang pria Rohingya karena memimpin penyerangan di pospos polisi perbatasan yang memicu operasi militer di Rakhine. Kepala Kepolisian Sittwe Yan Yangin Lett menyatakan, pengadilan di ibu kota Rakhine telah memvonis pemimpin penyerangan pos perbatasan Kotankauk dengan hukuman mati pada Jumat (10/2).

”Dia divonis hukuman mati pada 10 Februari di pengadilan Sittwe untuk kasus pembunuhan berencana,” kata Yan Naing Lett, tanpa memberi informasi tentang tanggal eksekusi.

”Dia berpartisipasi dalam berbagai penyerangan dan memimpinnya serta merencanakan dengan pihak lain. Dia satu dari 14 penyerang yang ditahan di Kota Sittwe,” ujar pejabat pemerintah Mamahdnu AkaAula.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5984 seconds (0.1#10.140)